A. Alasan pemerintah menerapkan MBS untuk meningkatkan mutu pendidikan :
1) Dengan pemberian
otonomi yang lebih besar kepada daerah maka sekolah akan lebih inisiatif dan
kreatif dalam meningkatkan mutu sekolah
2) Dengan pemberian
fleksibilitas keluwesan yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola
sumberdayanya, maka sekolah akan lebih luwes dan lincah dala mengadakan dan
memanfaatkan sumberdaya sekolah secara optimal untuk menigkatkan mutu sekolah.
3) Sekolah lebih
mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya sehingga dia
dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan
sekolahnya.
4) Sekolah lebih
mengetahui kebutuhannya, khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan dan
didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan
5) Pengembilan
keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan
sekolah
6) Penggunaan
sumberdaya pendidikan lebbih efisien dan efektif
7) Keterlibatan semua
warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan
8) Sekolah dapat
bertanggungjawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada pemerintah,
orangtua peserta didik dan masyarakat pada umumnya
9) Sekolah dapat
melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah yang lain dalam
peningkatan mutu pendidikan melalui upaya yang inovatif
10) Sekolah dapat secara cepat merespon
aspirasi masyarakat dan lingkunyannya yang berubah dengan cepat.
B. Kendala MBS di lapangan :
1) Tidak Berminat Untuk Terlibat
Sebagian orang tidak menginginkan kerja tambahan selain pekerjaan yang sekarang mereka lakukan. Mereka tidak berminat untuk ikut serta dalam kegiatan yang menurut mereka hanya menambah beban. Anggota dewan sekolah harus lebih banyak menggunakan waktunya dalam hal-hal yang menyangkut perencanaan dan anggaran. Akibatnya kepala sekolah dan guru tidak memiliki banyak waktu lagi yang tersisa untuk memikirkan aspek-aspek lain dari pekerjaan mereka. Tidak semua guru akan berminat dalam proses penyusunan anggaran atau tidak ingin menyediakan waktunya untuk urusan itu.
2). Tidak Efisien
Pengambilan keputusan yang dilakukan secara partisipatif adakalanya menimbulkan frustrasi dan seringkali lebih lamban dibandingkan dengan cara-cara yang otokratis. Para anggota dewan sekolah harus dapat bekerja sama dan memusatkan perhatian pada tugas, bukan pada hal-hal lain di luar itu.
3). Pikiran Kelompok
Setelah beberapa saat bersama, para anggota dewan sekolah kemungkinan besar akan semakin kohesif. Di satu sisi hal ini berdampak positif karena mereka akan saling mendukung satu sama lain. Di sisi lain, kohesivitas itu menyebabkan anggota terlalu kompromis hanya karena tidak merasa enak berlainan pendapat dengan anggota lainnya. Pada saat inilah dewan sekolah mulai terjangkit “pikiran kelompok.” Ini berbahaya karena keputusan yang diambil kemungkinan besar tidak lagi realistis.
4) Memerlukan Pelatihan
Pihak-pihak yang berkepentingan kemungkinan besar sama sekali tidak atau belum berpengalaman menerapkan model yang rumit dan partisipatif ini. Mereka kemungkinan besar tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang hakikat MBS sebenarnya dan bagaimana cara kerjanya, pengambilan keputusan, komunikasi, dan sebagainya.
5) Kebingungan Atas Peran dan Tanggung Jawab Baru
Pihak-pihak yang terlibat kemungkinan besar telah sangat terkondisi dengan iklim kerja yang selama ini mereka geluti. Penerapan MBS mengubah peran dan tanggung jawab pihak-pihak yang berkepentingan. Perubahan yang mendadak kemungkinan besar akan menimbulkan kejutan dan kebingungan sehingga mereka ragu untuk memikul tanggung jawab pengambilan keputusan.
6). Kesulitan Koordinasi
Setiap penerapan model yang rumit dan mencakup kegiatan yang beragam mengharuskan adanya koordinasi yang efektif dan efisien. Tanpa itu, kegiatan yang beragam akan berjalan sendiri ke tujuannya masing-masing yang kemungkinan besar sama sekali menjauh dari tujuan sekolah.
Sebagian orang tidak menginginkan kerja tambahan selain pekerjaan yang sekarang mereka lakukan. Mereka tidak berminat untuk ikut serta dalam kegiatan yang menurut mereka hanya menambah beban. Anggota dewan sekolah harus lebih banyak menggunakan waktunya dalam hal-hal yang menyangkut perencanaan dan anggaran. Akibatnya kepala sekolah dan guru tidak memiliki banyak waktu lagi yang tersisa untuk memikirkan aspek-aspek lain dari pekerjaan mereka. Tidak semua guru akan berminat dalam proses penyusunan anggaran atau tidak ingin menyediakan waktunya untuk urusan itu.
2). Tidak Efisien
Pengambilan keputusan yang dilakukan secara partisipatif adakalanya menimbulkan frustrasi dan seringkali lebih lamban dibandingkan dengan cara-cara yang otokratis. Para anggota dewan sekolah harus dapat bekerja sama dan memusatkan perhatian pada tugas, bukan pada hal-hal lain di luar itu.
3). Pikiran Kelompok
Setelah beberapa saat bersama, para anggota dewan sekolah kemungkinan besar akan semakin kohesif. Di satu sisi hal ini berdampak positif karena mereka akan saling mendukung satu sama lain. Di sisi lain, kohesivitas itu menyebabkan anggota terlalu kompromis hanya karena tidak merasa enak berlainan pendapat dengan anggota lainnya. Pada saat inilah dewan sekolah mulai terjangkit “pikiran kelompok.” Ini berbahaya karena keputusan yang diambil kemungkinan besar tidak lagi realistis.
4) Memerlukan Pelatihan
Pihak-pihak yang berkepentingan kemungkinan besar sama sekali tidak atau belum berpengalaman menerapkan model yang rumit dan partisipatif ini. Mereka kemungkinan besar tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang hakikat MBS sebenarnya dan bagaimana cara kerjanya, pengambilan keputusan, komunikasi, dan sebagainya.
5) Kebingungan Atas Peran dan Tanggung Jawab Baru
Pihak-pihak yang terlibat kemungkinan besar telah sangat terkondisi dengan iklim kerja yang selama ini mereka geluti. Penerapan MBS mengubah peran dan tanggung jawab pihak-pihak yang berkepentingan. Perubahan yang mendadak kemungkinan besar akan menimbulkan kejutan dan kebingungan sehingga mereka ragu untuk memikul tanggung jawab pengambilan keputusan.
6). Kesulitan Koordinasi
Setiap penerapan model yang rumit dan mencakup kegiatan yang beragam mengharuskan adanya koordinasi yang efektif dan efisien. Tanpa itu, kegiatan yang beragam akan berjalan sendiri ke tujuannya masing-masing yang kemungkinan besar sama sekali menjauh dari tujuan sekolah.
Tanggungjawab
kepala sekolah :
1) sebagai evaluator melakukan pengukuran seperti kehadiran, kerajinan dan
pribadi para guru, tenaga kependidikan, administrasi sekolah dan siswa.
2)
sebagai
manajer memahami dan mampu mengaplikasikan fungsi-fungsi manajerial
3) sebagai administrator bertugas, sebagai pengendali struktur organisasi
(pelaporan dan kinerja sekolah), melaksanakan administrasi substantif
(kurikulum, siswa, personalia, keuangan, sarana, humas dan administrasi umum).
4) sebagai supervisor (memberikan pembinaan atau bimbingan kepada para guru
dan tenaga kependidikan).
5) sebagai leader (mampu menggerakkan orang lain agar melakukan kewajibannya
secara sadar dan sukarela).
6) sebagai inovator (cermat dan cerdas melakukan pembaharuanpembaharuan dan
inovasi-inovasi baru).
7) sebagai motivator (memberikan semangat dan dorongan kepada para guru dan
staf untuk bergairah dalam pekerjaan).
Tanggungjawab guru :
1) Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan
melaksanakan pengajaran.
2) Guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas, memberikan bantuan
kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya.
3) tugas sebagai administrator kelas pada hakikatnya merupakan jalinan antara
ketatalaksanaan bidang pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya.
Tugas-tugas;
Tugas-tugas;
Soal
:
1.
Mengapa
guru itu harus professional
2.
Apa
tanggungjawab kepala sekolah sebagai manajer sekolah
3.
Apa yang
menjadi tujuan mempelajari MBS
4.
Benarkah
melalui MBS dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah
Jawab
1.
Guru
harus profesional karena
Ø Guru harus menciptakan suasana pendidikan yang
bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis.
Ø Guru harus mempunyai komitmen secara profesional untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan
Ø Guru harus memberikan teladan dan menjaga nama baik
lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan
kepadanya.
Ø Karena guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses
belajarnya.
Ø Karena guru harus menguasai secara mendalam bahan/
mata pelajaran yang diajarkan serta cara mengajarnya pada siswa.
Ø Karena guru bertanggung jawab memantau hasil belajar
siswa melalui berbagai cara evaluasi.
Ø Guru harus mampu berpikir sistematis tentang apa yang
dilakukannya dan belajar dari pengalamannya.
Ø Karena guru seyogyanya merupakan bagian dari
masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.
2.
Tanggungjawab
Kepala Sekolah Sebagai Manajer;
Ø melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan
profesi para guru
Ø memfasiltasi dan memberikan kesempatan yang luas
kepada para guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui
berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, seperti: MGMP/MGP tingkat sekolah,
atau melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan di luar sekolah, seperti
kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan pelatihan
yang diselenggarakan pihak lain.
Ø Kemampuan menyusun program (perencana)
Ø Kemampuan menyusun organisasi sekolah (organisator)
Ø Kemampuan menggerakkan guru
Ø Kemampuan mengoptimalkan sarana pendidikan
3.
Tujuan
dan Manfaat mempelajari MBS yaitu :
a) Memperkenan-kan orang-orang yang kompeten di sekolah untuk mengambil
keputusan yang akan dapat meningkatkan pembelajaran
b) Memberikan kesempatan kepada komunitas sekolah (guru, staf sekolah,
orang tua dan masyarakat) dalam keterlibatan mengambil keputusan kunci
(prioritas)
c) Memfokuskan akuntabilitas pada keputusan; (4) mengarahkan pada
kreativitas dan fleksibilitas yang lebih besar dalam mendesain program sehingga
dapat memenuhi kebutuhan siswa
d) Mengatur ulang sumber daya untuk mendukung tujuan yang dikembangkan di
sekolah
e) Mengarahkan pada penganggaran yang realistik yang mendorong orang tua
dan guru semakin menyadari akan status keuangan sekolah, batasan pembelanjaan
dan biaya dari setiap program
f) Meningkatkan moral para guru dan memelihara kepemimpinan baru pada
setiap tingkat
g). Meningkatkan kuantitas, kualitas, dan fleksibilitas
komunikasi di antara komunitas sekolah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar