Tidak bisa dipungkiri, seorang penulis pasti pengin dibaca tulisannya. Untuk skala paling kecil, unggahan seseorang di medsos juga pasti pengin diketahui orang, dilihat, dibaca, dikomentari, atau dikasih tanda suka (👍♥)️
Ada banyak motif orang mem-posting, sambil selalu dicek, udah berapa orang yang lihat, kasih tanda emoticon jempo (👍) atau love (♥)️ atau yang lainnya.
Kadang ada juga yang pengin menyampaikan pesan dengan cara pasang status di medsos. Sambil selalu dilihat, apakah orang yang dituju sudah membaca status yang dia bikin. Meskipun cara ini sering menimbulkan sengketa. Sebab, pesan yang dimaksud tidak sampai, malah berubah makna atau mungkin niatnya ditujukan ke seseorang, tapi orang yang lain malah menanggapi beda.
Teman baik saya, sebut saja namanya Kang Tatang punya analisa bahwa apa yang di-posting seseorang, biasanya malah yang jarang dilakukan orang tersebut atau malah bisa jadi sebaliknya. Orang yang posting mesra dengan pasangannya, belum tentu mereka sebenarnya mesra di kehidupan nyata. Orang yang posting sedang di masjid, mungkin merasa orang lain harus tahu bahwa dia sedang di masjid.
Orang posting sesuatu yang sebenarnya bukan jadi kebiasaannya. Orang yang posting sedang makan lobster, karena memang dia enggak pernah atau jarang makan lobster.
Jarang misalkan petani posting dia sedang mencangkul, karena itu memang kegiatannya sehari-hari. Demikian juga orang kantoran, jarang dia posting sedang di kantor, kecuali misalkan pas lembur, pengin kasih tahu orang bahwa dia masuk di hari libur atau foto dengan anaknya di kantor, karena memang jarang/langka anaknya ikut ke kantor.
Dengan kecanggihan aplikasi di medsos, bahkan ada salah satu aplikasi yang bisa membatasi hanya orang-orang tertentu yang bisa membaca status penulisnya. Atau dibatasi bahwa status tidak bisa dibaca oleh orang tertentu. Bahkan, status hanya bisa dibaca oleh seorang saja. Ini bisa dijadikan sarana untuk menyampaikan pesan kepada seseorang secara lebih santun, yang disasar tidak terlalu merasa jadi 'tertuduh'.
Pada akhirnya, tetap saja orang menulis sesuatu itu, untuk maksud dibaca orang lain. Apa pun itu. Jika terlalu 'baper', juga kurang elok, kecewa karena statusnya tidak dibaca atau ditanggapi.
Wallohu'alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Katorang samua Basudara