V. ABU
HAMMAM AS SYAHRONI
Beliau seorang pemuda yang datang dari daerah
madinah, lima kilo di selatan Kerajaan Arab Saudi. Beliau tumbuh diatas
ketaatan kepada Allah. Sejak kecil beliau telah tekun mengikuti halaqoh hafalan
Al Qur’an al Karim. Beliau sangat tenang penampilannya, rendah diri, lembut
perangainya, bersih hatinya yang itu membedakan beliau dengan teman-teman
lainnya.
Ketika terjadi tragedy Bosnia Herzegovia,
beliau pada saat itu baru berumur dua puluh tahun. Beliau selalu mengikuti
berita-berita tentang penderitaan yang dialami saudara-saudaranya – seiman -,
dan beliau berkehendak mendatangi mereka dengan semampu beliau.
Pada suatu hari beliau duduk-duduk dengan
seorang temannya membincangkan kesedihan mereka tentang tragedi yang terjdi di
Bosnia dan keduanya ingin pergi bergabung dalam jihad di negeri itu.
Benar ….. keduanya bertekad untuk berangkat,
lalu kedunya mengikuti berita-berita bagaimana caranya bisa sampai ke negeri
tersebut. Sampai mendapatkan jalan menuju kesana lalu kedunya pergi ke Kroasia
melalui jalan dalam. Akan tetapi Kroasia menolak keduanya dan tidak mempersilahkan
mereka masuk, maka keduanya pun kembali dengan perasaan sedih dan gundah
gulana, matanya berlinang air mata. Kemudian mereka mencoba kedua kalinya untuk
bisa masuk ke bumi Bosnia.
Dengan izin Allah keduanya dapat masuk ke
Bosnia pada akhir bulan Jumadil akhir pada tahun 1415 H.
Sampailah teman ini di kantor mujahidin dan
mereka – para mujahidin – adalah orang yang berakhlak mulia dan mendalam
agamanya. Kedua teman itu pergi ke sebuah Kamp latihan – muasykar – dan
keduanya tadrib disana. Setelah itu keduanya pergi ke Front.
Setiap saat Abu Hammam rohimahullah
bercita-cita untuk bisa mendapatkan syahadah dan beliau bersemangat
menghafalkan Al Qur’an dan mengulang-ulangnya. Beliau selalu puasa dan sholat
malam dan selalu ikut serta dalam ribat selama kurang lebih enam bulan lamanya
sampai datanglah musim panas pada tahun 1415 H.
Pada musim itu terjadilah peperangan paling
besar yang terjadi di Bosnia yang banyak menewaskan para mujahidin dan
musuh-musuh Allah. Pada saat itu pula terjadi peperangan – yang berakhir –
kemenangan yang gemilang. Pada saat itu Serbia menguasai puncak gunung dan
menguasai strategi perang dan perlindungan mereka pada saat itu sangat kuat. –
dengan begitu, hilanglah – semangat – tentara Bosnia dalam melawan Serbia,
karena sebelumnya sudah pernah dicoba.
Setelah itu para komandan Bosnia berkumpul –
dan bermusyawaroh – bahwa daerah itu tidak bisa ditaklukkan kecuali dengan
menggunakan senjata penerbangan yang tidak dimiliki tentara Bosnia. Maka mereka
meminta pasukan mujahidin untuk pergi menuju daerah tersebut dan mencoba
memenangkan peperangan tersebut.
Benar ….. para singa mujahidin telah datang ke
daerah – perang – itu dan tinggal disana beribat selama kurang lebih delapan
bulan hingga datanglah hari peperangan.
Para mujahidin dibagi menjadi beberapa kelompok
dan setiap kelompok pasti terjadi kisah-kisah yang menarik dan setiap kelompok
pasti ada yang syahid.
Abu Hammam rohimahullah berada dalam kelompok
yang dipimpin oleh Abu Sa’id Al Falestini. Amaliyat itu dilakukan setelah fajar
dan pada waktu itu masih gelap sekali. Salah seorang mujahidin berkata : “
Kita tidak bisa menengarai parit yang digunakan berlindung oleh Serbia “.
Mulai pecahlah peperangan dan kami melempar
mereka dengan granat maka terbunuhlah tantara Serbia. Akan tetapi parit ini
memang menghalangi kita karena digunakan berlindung oleh Serbia. Pada saat itu
masih ada seorang Serbia yang belum terbunuh, katika kami maju ke depan
tiba-tiba orang Serbia itu menyerang dan datang dari belakang parit maka
terbunuhlah Abu Ghorib Al Britoni rohimahullah, dan Serbia juga menyerang lima
mujahidin lainnya. Mereka mengira komandan –mujahidin – hendak maju, akan
tetapi dengan pertolongan Allah mereka merasa ketakutan dan kegoncangan hingga
ia tidak dapat membunuh kelima mujahidin itu.
Dengan semampunya mujahidin pun membalas
membunuh mereka hingga Allah memberikan karomah dengan dapat membunuh seorang
dari Serbia. Majulah seorang ikhwah mujahidin dan mendapati seorang Serbia yang
terluka sedang bersembunyi lalu dia bunuh orang Serbia itu.
Ada kisah yang menakjubkan, bahwa komandan Abu
Sa’id Al Falestini menyerbu sendirian ke parit tempat Serbia, disitu ada dua
orang, beliau menyerbu sambil bertakbir. Ketika beliau menyerbu kedua orang
yang ada disitu, beliau berhadap-hadapan dengan keduanya. Beliau hendak
menghabisi keduanya dengan Kalasinkof akan tetapi tidak ada peluru yang keluar
satu pun. Kemudian singa Abu Said merobohkan orang Serbia itu dengan memukulkan
Kalasinkof ke wajahnya. Dan pada saat itu juga datanglah seorang Serbia yang
lain lalu menyerang Abu Said hingga melukai tangan beliau. Dan pada saat itu
juga datanglah seorang mujahid dari Yaman yang menyerang orang Serbia itu
dengan senjata Al Bika hingga selamatlah Abu Said dengan pertolongan Allah.
Kami maju setelah menuruni parit untuk mendaki
ke puncak dua gunung diantara tiga puncak. Pada waktu itu jumlah mujahidin
tinggal sedikit karena telah terbunuh dua orang dan banyak yang terluka.
Diantara mereka yang ada dalam
pasukan itu harus ada seorang yang menjadi komandan, lalu kepemimpinan itu
diserahkan kepada salah seorang ikhwah. Lalu turunlah ia bersama Abu Hammam
rohimahullah menuju parit tempat persembunyian Serbia. Disana jumlah orang
Serbia banyak sekali. Maka komandan itu dan Abu Hammam mengelilingi parit
tersebut dan meluncurkan tembakan ke arah Serbia hingga kocar-kacirlah orang
Serbia dari parit. Setelah itu datanglah Abu Hammam dan meminta kepada komandan
untuk mengarahkan penglihatannya kepada para syuhada. Diantara mereka yang
syahid adalah Abu Abdullah As Syibani, Shofiyuddien Al Yamani dan seorang yang
asing – tidak dikenali -. Kemandan itu berkata : “ Jumlah kita sedikit
sementara daerah ini membutuhkan penjagaan, maka kamu jangan pergi – tetaplah
disini – “. Maka ia memasrahkan – urusan jaga – ini kepada Abu Hammam,
dengan syarat beliau – komandan – segera kembali lagi. Kemudian komandan itu
pergi meninggalkan tempat itu dan melayangkan pandangan kepada mereka lalu
kembali lagi.
Ketika beliau kembali, Abu Sulaiman
Al Hadhromi meminta komandan untuk melayangkan pandangannya dan kembali lagi.
Maka komandan itu menolak permintaannya hingga kembalilah seorang ikhwah ke
parit-parit penjagaan itu. Pada saat itu jatuhlah serangan Roket di dekat
ikhwah Hatib Almani hingga mengenai perutnya. Pada waktu yang sekejap meluncurlah
serangan Roket yang lain jatuh diantara Abu Hammam dan Abu Sulaiman hingga
keduanya terbunuh – semoga Allah merahmati keduanya – dan diterima sebagai
syuhada’ di jalan-Nya.
Abu Sulaiman adalah orang yang hafal Al Qur’an.
Akhlak dan juga agamanya tidak jauh beda
dengan saudaranya “ Abu Hammam “ semoga Allah merahmati keduanya.