Jumat, 03 Juli 2015

Kisah perjalanan para peminang bidadari bagian 5

V. ABU HAMMAM AS SYAHRONI


Beliau seorang pemuda yang datang dari daerah madinah, lima kilo di selatan Kerajaan Arab Saudi. Beliau tumbuh diatas ketaatan kepada Allah. Sejak kecil beliau telah tekun mengikuti halaqoh hafalan Al Qur’an al Karim. Beliau sangat tenang penampilannya, rendah diri, lembut perangainya, bersih hatinya yang itu membedakan beliau dengan teman-teman lainnya.
Ketika terjadi tragedy Bosnia Herzegovia, beliau pada saat itu baru berumur dua puluh tahun. Beliau selalu mengikuti berita-berita tentang penderitaan yang dialami saudara-saudaranya – seiman -, dan beliau berkehendak mendatangi mereka dengan semampu beliau.
Pada suatu hari beliau duduk-duduk dengan seorang temannya membincangkan kesedihan mereka tentang tragedi yang terjdi di Bosnia dan keduanya ingin pergi bergabung dalam jihad di negeri itu.
Benar ….. keduanya bertekad untuk berangkat, lalu kedunya mengikuti berita-berita bagaimana caranya bisa sampai ke negeri tersebut. Sampai mendapatkan jalan menuju kesana lalu kedunya pergi ke Kroasia melalui jalan dalam. Akan tetapi Kroasia menolak keduanya dan tidak mempersilahkan mereka masuk, maka keduanya pun kembali dengan perasaan sedih dan gundah gulana, matanya berlinang air mata. Kemudian mereka mencoba kedua kalinya untuk bisa masuk ke bumi Bosnia.
Dengan izin Allah keduanya dapat masuk ke Bosnia pada akhir bulan Jumadil akhir pada tahun 1415 H.
Sampailah teman ini di kantor mujahidin dan mereka – para mujahidin – adalah orang yang berakhlak mulia dan mendalam agamanya. Kedua teman itu pergi ke sebuah Kamp latihan – muasykar – dan keduanya tadrib disana. Setelah itu keduanya pergi ke Front.
Setiap saat Abu Hammam rohimahullah bercita-cita untuk bisa mendapatkan syahadah dan beliau bersemangat menghafalkan Al Qur’an dan mengulang-ulangnya. Beliau selalu puasa dan sholat malam dan selalu ikut serta dalam ribat selama kurang lebih enam bulan lamanya sampai datanglah musim panas pada tahun 1415 H.
Pada musim itu terjadilah peperangan paling besar yang terjadi di Bosnia yang banyak menewaskan para mujahidin dan musuh-musuh Allah. Pada saat itu pula terjadi peperangan – yang berakhir – kemenangan yang gemilang. Pada saat itu Serbia menguasai puncak gunung dan menguasai strategi perang dan perlindungan mereka pada saat itu sangat kuat. – dengan begitu, hilanglah – semangat – tentara Bosnia dalam melawan Serbia, karena sebelumnya sudah pernah dicoba.
Setelah itu para komandan Bosnia berkumpul – dan bermusyawaroh – bahwa daerah itu tidak bisa ditaklukkan kecuali dengan menggunakan senjata penerbangan yang tidak dimiliki tentara Bosnia. Maka mereka meminta pasukan mujahidin untuk pergi menuju daerah tersebut dan mencoba memenangkan peperangan tersebut.
Benar ….. para singa mujahidin telah datang ke daerah – perang – itu dan tinggal disana beribat selama kurang lebih delapan bulan hingga datanglah hari peperangan.
Para mujahidin dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok pasti terjadi kisah-kisah yang menarik dan setiap kelompok pasti ada yang syahid.
Abu Hammam rohimahullah berada dalam kelompok yang dipimpin oleh Abu Sa’id Al Falestini. Amaliyat itu dilakukan setelah fajar dan pada waktu itu masih gelap sekali. Salah seorang mujahidin berkata : “ Kita tidak bisa menengarai parit yang digunakan berlindung oleh Serbia “.
Mulai pecahlah peperangan dan kami melempar mereka dengan granat maka terbunuhlah tantara Serbia. Akan tetapi parit ini memang menghalangi kita karena digunakan berlindung oleh Serbia. Pada saat itu masih ada seorang Serbia yang belum terbunuh, katika kami maju ke depan tiba-tiba orang Serbia itu menyerang dan datang dari belakang parit maka terbunuhlah Abu Ghorib Al Britoni rohimahullah, dan Serbia juga menyerang lima mujahidin lainnya. Mereka mengira komandan –mujahidin – hendak maju, akan tetapi dengan pertolongan Allah mereka merasa ketakutan dan kegoncangan hingga ia tidak dapat membunuh kelima mujahidin itu.
Dengan semampunya mujahidin pun membalas membunuh mereka hingga Allah memberikan karomah dengan dapat membunuh seorang dari Serbia. Majulah seorang ikhwah mujahidin dan mendapati seorang Serbia yang terluka sedang bersembunyi lalu dia bunuh orang Serbia itu.
Ada kisah yang menakjubkan, bahwa komandan Abu Sa’id Al Falestini menyerbu sendirian ke parit tempat Serbia, disitu ada dua orang, beliau menyerbu sambil bertakbir. Ketika beliau menyerbu kedua orang yang ada disitu, beliau berhadap-hadapan dengan keduanya. Beliau hendak menghabisi keduanya dengan Kalasinkof akan tetapi tidak ada peluru yang keluar satu pun. Kemudian singa Abu Said merobohkan orang Serbia itu dengan memukulkan Kalasinkof ke wajahnya. Dan pada saat itu juga datanglah seorang Serbia yang lain lalu menyerang Abu Said hingga melukai tangan beliau. Dan pada saat itu juga datanglah seorang mujahid dari Yaman yang menyerang orang Serbia itu dengan senjata Al Bika hingga selamatlah Abu Said dengan pertolongan Allah.
Kami maju setelah menuruni parit untuk mendaki ke puncak dua gunung diantara tiga puncak. Pada waktu itu jumlah mujahidin tinggal sedikit karena telah terbunuh dua orang dan banyak yang terluka.
Diantara mereka yang ada dalam pasukan itu harus ada seorang yang menjadi komandan, lalu kepemimpinan itu diserahkan kepada salah seorang ikhwah. Lalu turunlah ia bersama Abu Hammam rohimahullah menuju parit tempat persembunyian Serbia. Disana jumlah orang Serbia banyak sekali. Maka komandan itu dan Abu Hammam mengelilingi parit tersebut dan meluncurkan tembakan ke arah Serbia hingga kocar-kacirlah orang Serbia dari parit. Setelah itu datanglah Abu Hammam dan meminta kepada komandan untuk mengarahkan penglihatannya kepada para syuhada. Diantara mereka yang syahid adalah Abu Abdullah As Syibani, Shofiyuddien Al Yamani dan seorang yang asing – tidak dikenali -. Kemandan itu berkata : “ Jumlah kita sedikit sementara daerah ini membutuhkan penjagaan, maka kamu jangan pergi – tetaplah disini – “. Maka ia memasrahkan – urusan jaga – ini kepada Abu Hammam, dengan syarat beliau – komandan – segera kembali lagi. Kemudian komandan itu pergi meninggalkan tempat itu dan melayangkan pandangan kepada mereka lalu kembali lagi.
Ketika beliau kembali, Abu Sulaiman Al Hadhromi meminta komandan untuk melayangkan pandangannya dan kembali lagi. Maka komandan itu menolak permintaannya hingga kembalilah seorang ikhwah ke parit-parit penjagaan itu. Pada saat itu jatuhlah serangan Roket di dekat ikhwah Hatib Almani hingga mengenai perutnya. Pada waktu yang sekejap meluncurlah serangan Roket yang lain jatuh diantara Abu Hammam dan Abu Sulaiman hingga keduanya terbunuh – semoga Allah merahmati keduanya – dan diterima sebagai syuhada’ di jalan-Nya.
Abu Sulaiman adalah orang yang hafal Al Qur’an. Akhlak dan  juga agamanya tidak jauh beda dengan saudaranya “ Abu Hammam “ semoga Allah merahmati keduanya.