IV. ABU DUJANAH AS SYARQI
( FAHD
AL QOHTONY )
Dalam memulai pembicaraan kisah seorang mujahid
yang telah syahid insya Allah, terlebih dahulu kami sampaikan hadits Rosulullah
shollallahu ‘alaihi wasallam :
إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ
النَّارِ حَتىَّ
لاَيَبْقَى بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ
الْجَنَّهِ فَيَسْبِقَ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَمُوتُ ثُمَّ يَدْخُلُ الْجَنَّهَ
“Sesungguhnya salah
seorang diantara kalian ada yang beramal dengan amalan penghuni neraka hingga
jarak antara dirinya dan neraka itu tinggal satu hasta, kemudian ia beramal
dengan amalan penghuni Jannah, lalu Al Kitab (catatan taqdir ) telah
menetapkannya, kemudian ia mati lalu ia masuk ke dalam Jannah “.
Ikhwan kita Abu Dujanah adalah seorang sopir
Truk di daerah timur, sementara di daerah timur inilah kejahiliyahannya begitu
besar.
Suatu hari ketika ia sedang pergi ke Bahroin
untuk mengantar paket, dia seperti orang gila – sedang mabuk -, hingga akhirnya
Truk yang dikendarainya oleng dan terplanting di atas jembatan Bahroin. Akan
tetapi Allah menyelamatkan dia dengan mobilnya yang tersangkut di jembatan
hingga ia tidak terjatuh ke laut, dan ketika itu dia pingsan atas taqdir Allah.
Pada tahun 1413 H. atau pada awal tahun 1414 H.
ada dua orang yang hendak pergi ke Bosnia melalui jalan Bahroin. Ketika
keduanya sedang melalui Jembatan keduanya melihat Truk yang bagi mereka sudah
tidak asing lagi, lalu mereka berhenti dan turun menuju Truk tersebut, keduanya
mendapatkan seorang di dalam Truk tersebut yang ternyata ia adalah tetangga
salah satu dari dua orang tersebut yaitu Abu Dujanah-, kemudian orang tersebut
dikeluarkan dari dalam Truk, kemudian keduanya melanjutkan perjalanannya menuju
timur.
Ketika keduanya selesai mandi dan wudhu maka
keduanya sholat. Kemudian keduanya memberi nasehat kepada seorang – yang
diselamatkan dari dalam Truk tersebut -. Kedua saudara itu berkata kepada orang
tersebut : “ Jikalau engkau mati pada saat kecelakaan itu sungguh kamu mati
dalam ma’siyat bahkan lebih besar lagi, oleh karena itu pujilah Allah yang
telah menyelamatkan kamu dari kematian itu, karena Allah tidak mengakhiri
hidupmu dalam kemaksiyatan “. Nasehat kedua saudara ini masuk ke dalam hati
lelaki tersebut. Kemudian kedua saudara ini melanjutkan perjalanannya. Lalu
lelaki itu – Abu Dujanah – menginstropeksi diri dan meninggalkan teman-temannya
yang rusak.
Ketika ada teman yang melihatnya di sebuh
terminal Truk, mereka pergi menemuinya dan didapati dia sedang sendirian dengan
memegang Mushaf dan sedang membacanya. Teman-temannya tidak percaya melihat
pemandangan tersebut dan mereka mengira bahwa dia hanya pura-pura karena takut
dari – incaran – pemerintah.
Setelah berlalu beberapa bulan, pulanglah kedua
shahabatnya yang habis pergi dari daerah timur. Kamudian ia pergi ke rumah
salah satu dari keduanya, lalu ia ketuk pintunya dan mengucapkan salam dengan
suara keras.
Saudara yang di dalam rumah tidak mengenalinya.
– karena – jenggotnya telah tumbuh lebat, pakaiannya diatas mata kaki dan
terpancarlah cahaya dari mukanya, kemudian ia mengenalkan dirinya – bahwa dia
adalah Abu Dujanah -. Bergembiralah hati saudara ini, tidak ada kebahagiaan
selain pemandangan yang bagus ini, kemudian ia dipersilahkan masuk. Dia
bertanya tentang persoalan jihad dan kondisi Bosnia dan keutamaan Syuhada dan
para mujahidin dan ribath dan ….. dan….. dan …..
Setelah mendengar jawaban yang ditanyakan lalu
ia berkata : “ Kalau begitu jalan yang paling dekat menuju Jannah adalah
Jihad fie sabilillah. Sekarang umurku sudah 36 tahun dan dipenuhi dosa dan
ma’siyat. Aku meminta kepadamu demi Allah akan menemanimu berjihad !
Saudara tersebut berkata kepadanya : “
Sekarang Bosnia sedang dikepung dari segala penjuru dan tidak mudah untuk masuk
kesana, padahal saudara-saudara kita disana sedang menanti ada orang yang bisa
membuka jalan masuk.
Adapun kalau ditempuh dari Kroasia dan Slevonia
kedua negara ini penuh kema’siyatan, khomer, wanita jalang, dan penuh fitnah
yang seseorang tidak mampu menahannya “.
Abu Dujanah berkata : “ Aku akan pergi
walaupun aku harus menunggu selama satu tahun “. Dan dia berusaha memuaskan
saudaranya itu.
Dan betul ternyata Abu Dujanah pergi ke Kroasia
dan tinggal di sebuah kota dekat pantai di Eropa yang penuh dengan fitnah dan gemerlapnya
dunia, sementara Abu Dujanah adalah seorang yang baru saja sadar dari
kema’siyatan. Ia telah sampai di kota itu yang merupakan perbatasan dengan
Bosnia Herzegovina. Ia tinggal di sebuah rumah yang kecil bersama seorang teman
yang datang dari Turki sekitar enam bulan lamanya demi mencari jalan masuk ke
Bosnia. Seluruh waktunya ia pergunakan sholat dan ibadah dan mempelajari
urusan-urusan Dien kepada seorang teman Da’I disana, hingga pada akhirnya ia
mendapatkan kabar gembira dibukanya jalan menuju Bosnia. Lalu pergilah ia ke
Bosnia dan masuk ke sana yang selama ini ia impikan dan nantikan untuk bisa
masuk bergabung dengan para mujahidin. Lalu
bergabunglah ia dengan sebuah pasukan mujahidin di daerah Zintisia dan ia tadrib (diklat) disana dan menyusun
kekuatan.
Disana ada ma’rokah (medan perang) yang dekat
dengan daerah Syirisya, lalu beliau masuk ke daerah itu dan daerah itu adalah
petama kalinya ma’rokah (medan peperangan) yang ia ikuti dalam perjalanan
jihadnya, dan Allah memenangkan mujahidin dalam amaliah – oprasi - tersebut.
Dan para mujahidin membuat khondaq (parit) di front tersebut dan mendapatkan
kemulian ribat (berjaga) fie sabilillah.
Setelah berlalu dua bulan dari amaliah tersebut
terjadilah amaliah yang lebih kuat dan besar dari sebelumnya, yaitu amaliah
Visico Qolava yang masih di satu kawasan tersebut. Beliau ikut serta dalam
amaliah tersebut dan amaliah tersebut merupakan kebahagiaan tersendiri bagi
beliau yang tidak dapat beliau
gambarkan.
Beliau adalah seorang pemberani yang tidak
mengenal rasa takut, ia selalu berbuat itsar (mementingkan keperluan orang
lain) dan mengasihinya, dan orang sama heran bila berteman dengan beliau.
Setelah amaliah tersebut tepatnya pada tahun
1414 H. beliau pergi bergabung dengan Jam’iyah Ihya’ut Turots Al Islami Al
Kuwaity dan bekerja bersama mereka di kota Turovinik dan tinggal disana selama
beberapa saat, dan belaiu pun menikah di Bosnia dengan orang asli Dagestan.
Beliau sangat keras dalam menindak kemungkaran
di kota tersebut hingga beliau ditakuti oleh orang-orang fasiq di daerah itu.
Bahkan sampai ke kawasan Karwat di daerah Fitiza. Dan tidak ada seorangpun dari
orang-orang fasiq yang berani melewati daerah yang ditempati Abu Dujanah.
Sepanjang malam dan siang ia gunakan untuk
berkhidmat kepada masyarakat Bosnia, khususnya menangani orang dewasa dan
anak-anak hingga orang-orang yang berada di kota tersebut sangat cinta kepada
ketawadhuan beliau dan ruhiyah beliau yang mulia. Beliau mampu menguasai bahasa
Bosnia dengan sangat baik, oleh karena itu beliau dapat bergabung dan pergi
bersama mujahidin di Turovinika dan beliau habiskan urusannya disana dan
beribath bersama mereka.
Teman-temannya menyampaikan habar kepadanya
bahwa dalam waktu dekat ini mau ada amaliah, maka beliau pun bersiap-siap.
Disetiap amaliah (medan perang) beliau selalu
kembali pada pertengahan jalan karena tidak dapat melanjutkan perjalanan karena
beliau mengalami sakit hinga pada akhir amaliah selesai. Sehingga pada saat
terjadi amaliah Falasyij yang kedua di waktu malam Arofah pada tahun 1415 H.
beliau berangkat besama seoarang teman
dengan berjalan kaki menuju musuh dan pada saat ini beliau tidak seperti
biasanya ! beliau kelihatan tenang dan banyak menoleh kesana-kesini seakan-akan
beliau melihat sesuatu.
Waktu amaliah dilakukan pada pukul 12.00 malam
dan dimulailah pertempuran. beliau maju dengan membawa senjata RPG dan
menghadang pasukan Serbia. Beliau bersama seorang teman yang bernama Musthofa
Al Busnawy (orang Bosnia) hingga mendekat ke parit + sejarak 10 meter, dan beliau bersiap-siap
menyerang Serbia, akan tetapi timah panas telah menembus leher beliau terlebih
dahulu hingga beliau jatuh sebagai syuhada. Dan keluarlah dari mulut beliau
seperti cahaya.
Akh Musthofa memeriksa tempat terbunuhnya
beliau – untuk melrtakkan jasad beliau – lalu ia pergi dan meninggalkan beliau
dikarenakan dahsyatnya serangan musuh, dan para mujahidin pun widerawl
(mundur). Dan akh Mustofa hampir-hampir tak mampu berjalan karena menangisi
saudaranya “ Abu Dujanah “.
Ketika para mujahidin lainnya mendengar kejadian
tersebut, maka komandan pasukan memerintahkan untuk meyakinkan keberadaan
tempat terbunuhnya Abu Dujanah. Lalu komandan mengutus dua orang singa Allah
untuk mengambil mayat Abu Dujanah. Ternyata benar Abu Dujanah telah terbunuh,
akan tetapi mayat tersebut telah diserang oleh pasukan Serbia dan mayat
tersebut disimpan oleh pasukan Serbia selama lebih dari dua bulan.
Kemudian Palang Merah menghubungi tentara Bosnia
yang menghabarkan akan permintaan Serbia untuk menukar mayat. Dan ternyata
diantara mayat-mayat itu ada mayat seorang arab. Lalu tentara Bosnia
menghabarkan kepada mujahidin – bahwa diantara mayat tersebut adalah seorang
arab -, lalu pergilah komandan dan diikuti oleh beberapa mujahidin.
Komandan tersebut berkata : “ Kami pergi ke
tampat penyimpanan mayat dan kami dapatkan mayat-mayat yang baru saja terbunuh
kurang lebih baru satu hari. Bau mayat-mayat tersebut sangat busuk. Lalu aku
masuk dan berjalan diantara mayat-mayat hingga aku dapatkan peti mayat yang
tertutup. Lalu peti itu aku angkat dengan seorang teman dan kami keluarkan
mayat tersebut. Ternyata mayat tersebut dibungkus dengan jaitan nilon. Tentara
memberi tahu kami bahwasanya mayat-mayat ini diantaranya ada mayat seorang arab
yang tidak disimpan di dalam Almari Es untuk mayat, akan tetapi dicampakkan di
tanah lapang. Lalu kami dekati saudara kami itu – mayat Abu Dujanah -. Lalu aku
buka sendiri penutup itu dari arah kepala. Perasaan khawatir menggelayut di
kepalaku dan kepala temanku, bagaimana keadaan mayat tersebut setelah dua bulan
lebih ?, apakah telah dimakan ulat ? atau telah berubah kondisinya ? atau ……
atau ….. atau ….. ? lalu aku mulai membuka tutup itu, tangan dan tubuhku
tiba-tiba gemetar, karena ternyata wajahnya seperti bulan dan jenggotnya
berwibawa yang memancarkan cahaya putih dan tubuhnya ….ternyata dia ….. dia….
Dan tidak ada perubahan sama sekali. Aromanya seperti aroma pohon Inai. Allah
menyaksikan kejadian tersebut kemudian para ikhwah dan semua yang hadir pun
menyaksikan hal tersebut.
Mayatnya telah berlalu dua bulan setengah tapi
tidak berubah sama sekali hingga aromanya pun tidak berubah.
Allah telah mengasihi singa itu dan memberikan
kepadanya seorang putri ( bernama Nauroh ), dan memberinya kebaikan dan
hidayah. Sekarang ia berumur enam tahun dan tinggal bersama ibunya di Bosnia di
kota Tuzela.
Selamat tinggal wahai Abu Dujanah. Semoga Allah
memperbanyak bilangan orang-orang sholih dan mujahidin sepertimu.