(Arrahmah.com) – Segala puji
bagi Allah dengan pujian yang banyak, baik dan berkah di dalamnya …
Aku bersaksi
bahwa tiada Ilah selain Allah tiada sekutu baginya, dan aku bersaksi bahwa
Muhammad Shallallahu Alayhi Wa sallam adalah Rasul dan
hambaNya. Amma ba’du …
Pembicaraan
kita hari ini dengan tema : ” Bagaimana kita belajar
diam ” Sebagian orang mungkin heran, apakah diam harus dipelajari?
Yang dimaksud
dengan belajar adalah praktek latihan, mengasah dan menjadikan tradisi. Judul
ini saya ambil dari perkataan sebagian salaf. Ketika mereka berkata :
” kami belajar diam sebagaimana kalian belajar berbicara“,
sekarang ini banyak dilakukan kursus training seni berbicara, seni berpidato
dan juga seni bagaimana mempengaruhi orang lain. Namun pada pertemuan ini, kita
membahas – Insya ALLAH – bagaimana kita belajar diam. Yang saya maksud bukan
diam dari kebenaran, Naudzubillah … atau diam dari amar ma’ruf nahi
munkar atau diam dari menasehati manusia atau diam dari mengarahkan dan memberi
petunjuk kepada mereka … bukan sekali-kali bukan !!! yang aku
maksud adalah diam dari senda gurau, diam dari kata-kata bathil diam dari
katanya dan katanya …serta perkataan yang tidak ada faedahnya baik bagi diennya
maupun dunianya.
Rabb kita Azza Wa Jalla telah mensifati
orang beriman dalam kitabNya yang mulia :
” Sungguh
beruntung orang orang yang beriman. Yaitu orang yang khusyu’ dalam sholatnya
dan orang yang menjauhkan diri dari ( perbuatan dan perkataan ) yang tidak
berguna ( Al Mu’minun 1-3 )
Allah Azza Wa
Jalla memuji orang-orang beriman yang menjauhi senda gurau . senda gurau
disini adalah perkataan bathil. Dan Nabi Shallallahu Alayhi Wa Sallam bersabda
: ” Barangsiapa yang beriman kepada ALLAH dan hari akhir maka
hendaknya berbicara yang baik atau diam” Perhatikanlah wahai
ikhwah … Rasulullah Shallallahu Alayhi Wa Sallam mengaitkan
diam dengan permasalahan aqidah yakni iman kepada Allah dan hari akhir. Aqidah
yang dikaitkan dengan persoalan diam. Allah Azza Wa Jalla juga berfirman :
” Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada disisinya
malaikat pengawas yang selalu siap ( mencatat ) ” ( Qoof 18 ).
Ada Tiga permasalahan yang akan kita
bahas dalam majelis kita, walau sebenarnya banyak permasalahan dalam tema ini,
namun dalam pertemuan ini kita hanya akan membahas 3 perkara.
Masalah
pertama : Bahwa kita tidak mengenal
kalimat ” Allahu A’lam” dalam majelis kita. Kita dapati dalam majelis kita yang
membicarakan banyak bidang, yakni bidang syar’i, kedokteran, politik dan
segala bidang lainnya, seseorang berkata ” ini pendapatku”
yang itu berkata ” saya kira ” dan yang ini berkata
” yang saya yakini” dia tidak tahu kalimat ” Allahu
A’lam ” bahkan kalimat Allahu A’lam termasuk aib sebagaimana
sebagian orang berkata demikian. Padahal sebagian salaf berkata ” Allahu
A’lam adalah setengah ilmu“
Masalah kedua : yaitu dalam majelis, tidak ada sifat ” diam dengan baik ”
kepada orang lain. Ada perbedaan antara ” diam” dengan
” diam yang baik “, masing-masing kita tidak
punya sifat diam yang baik kepada orang lain. Baik orang lain itu anak kecil,
orang bodoh atau bahkan wanita !!! ketika misalnya berbicara dengan isterinya
kita lihat tidak kita dapati sifat diam yang baik, yakni ia malah sibuk dan
tidak memperhatikan. Kita tidak memperhatikan atau mendengar kepada orang lain
kecuali kepada orang tertentu saja. Kepada orang yang punya gelar, kedudukan,
memiliki posisi social, kita akan diam dengan baik, ini semua akibat tidak
mempelajari sifat diam.
Masalah
ketiga yang kita bahas di majelis ini
bahwa sebagian orang yang diuji, ia senang jika ia duduk di suatu majelis, dia
merasa senang jika 70 % atau 80 % dari majelis semuanya memperhatikannya, dia
yang harus menyampaikan, mengemukakan dan yang menilai, ia senang jika semua
orang di majelis memberikan perhatian kepadanya. Hal Ini termasuk kesalahan,
walaupun orang ini misalnya syaikh dan alim jika ia memberi nasehat, bimbingan
dan menjawab pertanyaan terkadang bisa diterima. Akan tetapi jika ada
seseorang yang tidak tahu terhadap sebuah ilmu atau kurang pengalaman dan yang
lain, begitulah dia ( yakni tidak ada perhatian )
3
permasalahan ini adalah pengaruh dari tidak belajar diam, termasuk renungan
kita bersama pada pertemuan ini adalah keseimbangan iman bukan keseimbangan
olah raga fisik. Perhatikan keseimbangan tentang ini .. ! keseimbangan ini saya
kumpulkan dari perkataan para ahli hikmah yaitu 7 hikmah dari hikmah
yang terbaik dalam bab ini, yaitu bab diam.
Hikmah
pertama : ” Barangsiapa yang
banyak bicaranya banyak pula dosanya“. Yaitu jika manusia semakin
banyak bicara maka akan menyebabkan ia kepada dosa. Dan begitu juga sebaliknya,
jika engkau sedikit bicara maka engkau sedikit pula dosanya.
Hikmah
kedua : ” Barangsiapa yang
sempit hatinya maka akan leluasa lisannya” sebagian orang yang hati dan
dadanya sempit, maka kamu dapati lisannya leluasa mencela, menyakiti, mentalak,
melaknat dan menuduh orang lain begitu juga sebaliknya ” barangsiapa
yang luas hatinya maka akan sempit lisannya ( tidak banyak bicara ) “.
Hikmah yang
ketiga : ” barangsiapa yang
sibuk dengan hal yang tidak bermanfaat maka ia akan kehilangan hal yang
bermanfaat” artinya kita dapati sekarang ini manusia sibuk dengan
melihat acara-acara media yang rusak dan membaca majalah-majalah lucah,
barangsiapa yang melakukannya maka ia terhalang dari banyak sekali ketaatan dan
ibadah.
Hikmah
keempat : mereka ahli hikmah berkata : ” barangsiapa
yang banyak akalnya maka sedikit bicaranya dan barangsiapa yang sedikit akalnya
maka banyak bicaranya” SubhanALLAH, ungkapan ini, tentu engkau dapati
orang yang paling sedikit berkata : ” katanya dan katanya ” mereka ini adalah
ahli ilmu sedangkan orang-orang yang banyak mengatakannya adalah orang bodoh.
Hikmah kelima
: para ahli hikmah sepakat bahwa ” kunci
utama hikmah adalah diam” ini tidak perlu lagi ada penjelasan.
Hikmah keenam
: para ahli hikmah ditanya tentang
sifat pencela. Siapakah pencela ? mereka menjawab : ” jika
tidak ada orangnya ia mencelanya dan jika ada maka ia akan menggunjing orang
lain“ ini adalah sifat yang aneh!!! Jika ia jauh darimu, ia
mencelamu, dan jika engkau ada maka ia menggunjing yakni menggunjing orang
lain, sehingga kamu tidak selamat darinya dan orang lain pun tidak akan selamat
darinya.
Hikmah
ketujuh ( terakhir ) : para ahli hikmah berkata :
” barangsiapa yang sibuk dengan keadaan orang lain maka keadaan
dirinya akan hilang ” engkau dapati sebagian orang berkeinginan
besar untuk menjadi yang menjadi pertama kali tahu tentang kabar berita orang
lain, jika ia mengikuti kabar manusia untuk kemaslahatan atau untuk faedah maka
bisa diterima, namun begitulah, ia senang apa ? senang bertanya apa yang
dilakukan si fulan ? apa yang dikerjakan si fulan ? lalu apa yang terjadi ?
maka yang terjadi adalah keadaan dirinya hilang yakni ia tidak melihat keadaan
dirinya, keadaan pribadinya dan tentang aib-aibnya.
Termasuk
renungan yang perlu kita renungkan bersama dalam pertemuan ini adalah
tema, ” bahasa diam dalam dunia wanita ” dunia
wanita sekarang adalah dunia yang mengherankan dan aneh, mereka tidak tahu
diam, wanita dalam majelis tidak tahu bahasa diam padahal diam itu bermanfaat
dan berfaedah, tentu pertama mereka membicarakan tentang makanan, kemudian
tentang sesuatu yang lain, kemudian tentang dunia pernikahan kemudian masalah
pengasuh anak, lalu tenang dunia anak-anak, artinya dalam suatu majelis para
wanita ini biasa membahas 32 tema masalah dan idak mendapatkan faedah atau
hasil apapun. Diantara pemahaman yang salah, dan ini satu perenungan juga bahwa
sebagian orang yang selalu melihat kepada orang yang lebih mengutamakan diam
atau orang yang tidak pandai bicara dengan orang lain yakni orang melihatnya
dengan pandangan negative, cela dan memiliki kekurangan, padahal ini bukanlah
sebuah aib !!! … maaf, orang yang tidak pandai atau banyak bicara bukanlah aib
!!! tetapi yang aib adalah jika seseorang banyak berbicara, Nampak apa ?
kesalahannya.
Sekarang wahai saudara-saudara yang
mulia … kita bahas tentang langkah apa yang harus ditempuh ? atau bagaimana
kita belajar diam secara praktek, bukan hanya secara teori, bukan ! tapi secara
praktek. Langkah pertama dalam metode belajar diam adalah :
Pertama : merasa malu kepada Allah Azza Wa Jalla … demi Allah, wahai
saudara-saudaraku yang mulia alangkah indah dan mengagumkannya bahwa seseorang
merasakan dalam hatinya, keyakinan rasa malu kepada Allah dalam perkataannya,
perbuatannya, tingkah lakunya, tindak tanduknya dan seluruh keadaanya. Demi
Allah yang tiada Ilah kecuali Dia seandainya manusia merasakan keyakinan rasa
malu kepada Allah maka Demi Allah … ia akan merasakan kelezatan, kesenangan,
kebahagiaan dan ketenangan.
Berapa banyak perkataan yang kita
ucapkan, tetapi tidak keluar dari hati kita. Malu kepada Allah, seorang hamba
yaitu dengan apa ? malu jika batinnya tidak sesuai dengan dhahirnya, engkau
dapati jika ia sendirian, ia bermaksiat kepada Rabbnya Azza Wa Jalla dan jika
ia bersama manusia, ia nampak orang baik dan bertaqwa. Seorang hamba patut malu
kepada Allah, bahwa Allah melihatmu sedangkan engkau sholat, jasadmu
bersama ALLAH, sedangkan hati bersama makhluk, bersama dunia … Laa Haula Wala
Quwwata Illa Billah … Sungguh indah seseorang yang malu kepada Allah hingga
dalam perkataan dan ucapannya, bagaimana ketika Allah melihatmu
sedang saat itu kita kata melafadzkan kalimat yang tidak diridhoi Rabb
kita Azza Wa Jalla.
Sebagian
salaf berkata, diantara tanda Al Maqt ( kemurkaan Allah ) tanda
kemurkaan Allah atau penghinaan Alah kepada hambanya yaitu berbicara pada hal
yang tidak bermanfaat. Ini termasuk tanda kemurkaan!
Perhatikanlah ! hati-hatilah ! dan murka itu lebih keras daripada marah. Rabb
kita Azza Wa Jalla berfirman : ” Wahai orang-orang yang beriman !
mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan ( sangatlah ) besar
murka Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. ”
Dan murka itu lebih keras dari marah.
Ini adalah faktor pertama, wahai
saudara-saudaraku yang mulia bahwa langkah pertama yang dilakukan
seseorang adalah selalu merasakan malu kepada Allah yang Maha Agung, Maha
Besar, Maha Kuasa, Maha Mendengar dan Maha Melihat Subhanahu Wa Ta’ala yang
mana tidak ada sesuatupun yang tersembunyi padaNya, maka Anda harus merasa malu
kepada Allah tatkala engkau berkata dengan kalimat-kalimat yang Allah Azza Wa
Jalla tidak ridho dengannya, dan dimurkaiNya.
Kedua : termasuk langkah nyata dan sebab-sebab kita dapat mempelajari diam
adalah jadikanlah ia kaedah atau ciri utama dalam kehidupanmu,
pikirkanlah sebelum engkau berbicara, biasakan dirimu, latihlah lisanmu, memang
lisan itu perlu latihan dan percobaan. Latihlah dirimu sebelum menyatakan
persoalan apapun di suatu majelis atau kalimat apa saja, engkau memikirkan
dahulu perkataan itu, pikirkan sebelum engkau apa ? sebelum engkau bicara !
sebagian orang ada yang pesimis dengan hal ini … ia berkata hal itu sulit,
berat dan susah …ini hanya perlu berlatih, berlatih, dan berlatih lagi hingga
selanjutnya mudah bagimu. Sedangkan kita dalam perkara dunia, sebelum maju
melangkah dalam program-program dunia selalu berfikir dahulu, sebelum maju
untuk menikah ia berfikir, bermusyawarah dan bertanya, sebelum ia ingin
membeli rumah, sebelum berfikir untuk membeli mobil, sebelum maju untuk
bekerja. Perkataan tentang dunia apa saja ia akan berfikir terlebih dahulu
hingga tercapai dengan baik maka fikirkan sebelum engkau bicara!
Oleh karena
itu sebagian ahli hikmah berkata : ” termasuk tanda kebodohan,
perhatikan ! termasuk tanda kebodohan, adalah berkata pada hal yang tidak
bermanfaat” termasuk tanda kebodohan adalah sifat ini. Engkau
berkata pada hal yang tidak bermanfaat.
Banyak orang
duduk dalam suatu majelis dan menghabiskan waktu 1 jam, 2 jam atau 3 jam,
berbicara pada hal-hal yang tidak dapat menggemukkan dan tidak pula
membuat kenyang ! ini termasuk sikap yang mengesankan, yaitu sikap
tarbawiyyah ( pendidikan ) yang kita pelajari dari sikap ini. Diriwayatkan oleh
sebagian orang sholeh bahwa ia hendak mentalak isterinya, ” berniat” mentalak
isterinya, baru berniat saja lalu dikatakan kepadanya, apa yang membuatmu
ragu dengannya ? mengapa engkau mentalaknya ? apa yang ia katakan ? maka apa
yang ia katakan? ya akhi … Demi ALLAH kata-kata ini ditulis dengan tinta emas
jadikanlah kalimat ini sebagai prinsip hidup. Orang sholeh itu berkata,
dengarkan dan perhatikan !!! … ia berkata : ” orang yang
berakal tidak akan membuka tabir rahasia isterinya “, dan ketika
ia telah mentalaknya, mereka bertanya lagi, mengapa engkau mentalaknya ? ia
menjawab : ” apa hubungannya diriku dengan wanita itu ? ia sekarang
bukan tanggunganku lagi, apa hubunganku dengannya, saya tidak akan membicarakan
orang lain.” Kita saat ini, memohon kepada ALLAH yang Maha Agung agar
memaafkan kita dan tidak menghukum kita serta merahmati kita seandainya ada
salah seorang yang mentalak isterinya, maka ia akan langsung saja menceritakan
seluruh hidupnya dari sejak malam pertama hingga 5-6 atau 7 tahun sepanjang
sejarah hidup bersamanya.
Ketiga : termasuk langkah praktek – nanti kita cukupkan sampai empat langkah saja – adalah mempersedikit
bergaul dengan manusia atau arti lain menyendiri yang syar’i.
Imam Ibnul
Qayyim Al jauziyyah berkata : ” termasuk perusak hati adalah
banyak bergaul dengan orang lain.” Tidak dibenarkan jika seseorang dari
pagi hingga sore selalu bersama manusia. Selalu berbicara dengan manusia, ini
tidak dibenarkan ! bagi seorang muslim minimal harus apa ? harus ada waktu menyendiri
bersama Rabbnya dan di malam harinya juga ada waktu. Saya beri contoh kepada
kalian, waktu antara maghrib dan isya banyak sekali masjid dan tidak ada
seorangpun antara maghrib dan isya memiliki waktu, satu jam saja ! hanya antara
maghrib dan isya engkau berdzikir kepada Allah, shalat, berisighfar kepada
Allah, membaca buku yang bermanfaat dan berfaedah. Didiklah jiwamu,
biasakanlah dirimu untuk menyendiri.
Ya … sebagian
orang merasa sempit dadanya, merasa kesepian. Ia berkata : aku tak
mampu untuk duduk sendirian, merasa sempit dan kesepian, kami katakan
inilah penyakit pada kepribadianmu !!! dikatakan kepada salah seorang yang
sholeh : tidaklah engkau kesepian ketika sendirian ? ia
menjawab : ” bagaimana aku akan merasa kesepian ? sedangkan aku duduk
bersama yang mengingatku ! ” Allah berfirman : ” Ingatlah
aku maka aku akan ingat kalian ” Allah mengingatmu !
diriwayatkan dari sebagian orang sholeh bahwa ia berkata kepada sebagian para
shahabatnya ketika mereka mengunjunginya dan ingin keluar darinya, ia
mewasaiatkan kepada mereka kata-kata yang bagus dan mengagumkan, ia berkata
jika keluar dariku maka berpisah-pisahlah kalian dan semoga salah seorang dari
kalian ada yang membaca al-qur’an di tengah perjalanannya, membaca Alquran dan
berdzikir kepada Allah.
Ya perbuatan
berkumpul, selalu berkumpul dengan manusia mendorong untuk saling
bercakap-cakap tapi ketika seseorang dalam sebagian waktunya menyedikitkan atau
tidak berkumpul dengan manusia adalah bagus. Ia telah belajar berkaitan dengan
mempersedikit bicara. Oleh karena itu engkau dapati sebagian orang jika ingin
pergi dalam perjalanan panjang misalnya 1 atau 2 jam, ia akan menghubungi
sebagian temannya dan berkata : maukah engkau pergi bersama
menemaniku dalam perjalanan ? baiklah wahai akhi … gunakanlah
waktu ini … engkau sibukkan dengan mengulang hafalanmu, berdzikir kepada Allah,
merasa berdiri di hadapan Allah dan berdoa kepada Allah. Jelaslah bahwa masalah
kita adalah kita tidak terbiasa menyendiri, kita tidak terbiasa menyendiri
dalam waktu 1, 2 atau 3 jam saja. Kita cepat merasa dadanya sempit, merasa apa
? kesepian dan kesempitan.
Sebab
terakhir yang membantu kita untuk diam adalah dengan memperbanyak berdzkir
kepada Allah, Umar Bin Khottob berkata ” mengingat manusia itu
penyakit dan mengingat Allah adalah obat “.
Rasulullah Shallallahu
Alayhi Wa Sallam sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Umar ia berkata
kami menghitung Rasulullah Shallallahu Alayhi Wa Sallam dalam
satu majelis 100 x membaca “rabbighfirlii wa tub alayya innaka anta tawwaburrahiim ”
dalam satu majelis ! engkau biasakan dirimu misalnya ketika pergi ke suatu
majelis katakanlah pada dirimu sendiri : Aku tidak akan keluar dari
majelis ini hingga aku mengucapkan ” Astaghfirullah ” 100 x dan
bershalawat 10 x misalnya atau aku akan berkata ” SubhanALLAhul adzim
subhanaALLAh wa bihamdih 100 x . program ini menjadikanmu apa ?
engkau akan sedikit berbicara, ia akan mendidik dan membiasakanmu untuk diam.
Mengapa kita
membahas tema ini wahai saudaraku yang mulia dalam akhir pertemuan ini.
Hasil dan faedah kita membahas tema ini adalah bagaimana kita belajar diam.
Hasil dan faedahnya besar sekali yaitu bahwa termasuk lurusnya hati adalah
dengan menjaga lisan. Sebagian salaf berkata : ” jika engkau
ingin hatimu baik, maka minta tolonglah dengan menjaga lisanmu. Maka minta
tolonglah dengan menjaga lisanmu. ” Alangkah indah, bagus dan
manisnya jika seseorang melatih dirinya sendiri. Kita memberi pelatihan kepada
orang lain tapi apakah engkau sendiri juga berlatih ? dengan akhlaqmu, tingkah
lakumu, lisanmu, engkau latih sendiri engkau ajari dan didik sendiri, aku tidak
akan banyak bicara, aku tidak akan mengucapkan kata-kata, tema yang aku
sampaikan, aku berusaha untuk menjaga kata-kata, mengendalikan lisan dan Allah
akan menolong hambanya jika Dia melihat kejujuran darinya, sebagiamana
perkataan Ibnul Qayyim : ” Jujurlah dalam mencari maka akan datang
pertolongan kepadamu ” hikmah yang sangat mengagumkan!!!
Aku memohon
kepada Allah yang Maha Mulia pemilik Arsy Yang Agung untuk memberi petunjuk
kepadaku dan kalian kepada apa yang Allah cintai dan ridhoi dan akhir dakwah
kami ” Alhamdulillah rabbil Aalamiin.”
(gashibu.com/arrahmah.com)
Oleh: Syaikh Abu Zaid Al Kuwaity (rahimahullah)