PERMAINAN TRADISIONAL ; POTENSI PENDIDIKAN YANG MULAI TERGERUS ZAMAN
anamuria |
Di era global dan teknologi informasi saat ini tengoklah disekitar kita, permainan tradisional hampir tidak dikenal oleh generasi saat ini. Jangankan mengenal jenis mainan, mengenal nama permainanpun hampir tidak diketahui. Generasi saat ini lebih memilih memainkan game di handphone, playstasion ataupun jenis permainan berteknologi caggih saat ini. Perlahan-lahan berbagai jenis permainan tradisional ditinggalkan dan digantikan dengan jenis-jenis permainan modern. Bekembangnya kecanggihan teknologi membawa sebagian masyarakat tradisional bangsa indonesia, menjadi lebih praktis. Kini masyarakat mengaggap permainan tradisional, dapat digantikan dengan game-game yang individual baik secara offline maupun online. Bukan hal yang tidak mungkin bahwa suatu saat berbagi jenis permainan tradisional akan tinggal nama dan hanya menjadi memori bagi mereka-mereka yang pernah mengalaminya.
Permainan dan bermain adalah dua hal yang tidak bisa di pisahkan dari lingkungan anak-anak. Permainan dan mainan, hakikatnya dapat dijadikan media belajar yang dapat melatih kecerdasan dan keterampilan. Pelbagai bentuk permainan tradisional masyarakat selain mengajarkan kreativitas seorang anak selain bisa memainkannya, juga dituntut untuk dapat membuatnya sendiri ternyata juga mengajarkan kedekatan mereka dengan alam sekitar. Alam hakikatnya menyediakan media mainan yang tak terbatas bagi anak. Dari mainan dan permainan tradisional inilah kita akan berbicara tentang masa depan manusia yang bijak dengan alamnya.
henge wuzandaza |
Kehidupan anak Indonesia, di lain sisi banyak terenggut oleh pendidikan yang menuntut mereka untuk belajar tak kenal waktu untuk beberapa mata pelajaran yang ditentukan pihak sekolah. Dibanding misalnya, pendidikan yang mengarah kepada lingkungan dan keluarga. Kondisi anak sekarang cenderung dituntut menyelesaikan pendidikan formal secepat dan sedini mungkin, bahkan tidak jarang kondisi psikologis dan perkembangan anak dikesampingkan.
Menurut Santrock (2006: 273) permainan (play) adalah suatu kegiatan menyenangkan yang dilaksanakan untuk kepentingan kegiatan itu sendiri. Sedangkan Freud dan Erickson ( dalam Santrock, 2006: 273) permainan adalah suatu bentuk penyesuainan diri manusia yang sangat berguna, menolong anak menguasai kecemasan dan konflik. Karena tekanan tekanan terlepaskan didalam permainan, anak dapat mengatasi masalah-masalah kehidupan. Permainan memungkinkan anak melepasakan energi fisik yang berlebihan dan membebaskan perasaan-perasaan terpendam. Menurut Daniel Berlyne (dalam Santrock, 2006: 273) menyatakan permainan sebagai suatu yang mengasyikan dan menyenangkan karena permainan itu memuaskan dorongan penjelajahan kita.
Dorongan ini meliputi keingintahuan dan hasrat akan informasi tentang suatu yang baru atau yang tidak biasa. Permainan adalah suatu alat bagi anak-anak untuk menjelajahi dan mencari informasi baru secara aman, sesuatu yang mungkin mereka tidak lakukan bila tidak ada suatu permainan. Permainan mendorong perilaku penjelajahan ini dengan menawarkan anak-anak kemungkinan-kemungkinan kebaruan ( novelty), kompleksitas, kejutan dan keanehan. Sedangkan menurut Romlah (2001: 118) permainan merupakan cara belajar yang menyenangkan karena dengan bermain anak-anak belajar sesuatu tanpa mempelajarinya. Apa yang dipelajarinya ini disimpan dalam pikiranya dan akan dipadukan menjadi satu kesatuan dengan pengalaman-pengalaman lain yang kadang tanpa disadari. Freeman dan Munandar (dalam Ismail, 2006: 11) mendefinisakan permainan sebagai suatu aktifitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik secara fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional anak.
Bruner (Hurlock, 1996) mengatakan bahwa bermain pada masa kanak-kanak adalah kegiatan yang serius, yang merupakan bagian penting dalam perkembangan tahun-tahun pertama pada masa kanak-kanak, sehingga peran serta orang-orang di sekelilingnya untuk membantu, mengarahkan, dan membimbing mereka sangatlah diperlukan. Bahkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa bermain permainan tradisional dapat meningkatkan kemampuan sosial dan mampu meningkatkan kemampuan empati seorang anak.
Ketika pemerintah (khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) mendorong kembali untuk bangkitnya karakter anak bangsa, permainan tradisional sebetulnya telah menjadi bagian dari pendidikan karakter itu sendiri. Sayangnya, kita seakan alfa bahwa sumber peningkatan karakter ada di sekeliling kita yang telah diciptakan oleh nenek moyang. Nenek moyang kita telah mewariskan aneka permainan tradisional yang dari zaman ke zaman turut membentuk sikap anak-anak hingga sekarang.
henge ogo |
Permainan Tradisional VS Teknologi
Permainan tradisional pun seakan “terpinggirkan” tergerus oleh budaya instan yang turut merambah dalam dunia anak-anak. Hadirnya perangkat games, internet, gadget, hingga permainan online telah mewabah dan menjadikan bibit-bibit bangsa asyik dengan dunianya sendiri dengan hanya mempermainkan jempol atau sekadar berjam-jam di warnet untuk main games online. Belum lagi gempuran televisi yang membuat sang anak betah berlama-lama memandang layar kaca.
Namun, tentunya hal ini bagaimana kebijakan dari keluarga sebagai pihak yang sangat tahu keseharian sang anak. Keluarga dapat mengarahkan sang anak untuk beraktivitas fisik dan bersosialisasi. Kondisi lainnya, keadaan zaman telah ikut menggerus ruang bermain anak yang semakin kalah dengan pembangunan fisik. Jika anak zaman dulu, bisa asyik bermain bersama di lapangan atau tanah terbuka, namun kini pembangunan fisik telah merambah hingga ke daerah-daerah yang ikut “merampas” hak-hak sang anak untuk bermain.
Contoh kecilnya seperti bermain sepakbola, lapangan yang lebar dan luas jarang kita temui, sekarang lebih tren dengan lapangan-lapangan futsal yang setiap main harus dibayar dengan sewa lapang. Ini menjadi tugas pihak terkait untuk lebih banyak membuka ruang publik, semacam taman atau lapangan olahraga.
Kembali kemasalah permainan tradisional, nilai-nilai budaya lokal terdapat pada berbagai fenomena budaya masyarakat. Salah satunya ada pada permainan tradisional anak. Permainan tradisional memiliki arti tersendiri dalam menanamkan sikap, perilaku, dan keterampilan pada anak. Ada makna yang luhur yang terkandung di dalamnya, seperti nilai agama, nilai edukatif, norma, dan etika yang kesemuannya itu akan bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat kelak.
Sejumlah permainan tradisional mengarahkan anak menjadi kuat secara fisik maupun mental, sosial dan emosi, tak mudah menyerah, bereksplorasi, bereksperimen, dan menumbuhkan jiwa kepemimpinan. Di dalam permainan tradisional yang dilakukan oleh anak, semua kegiatan menjadi bagian penting dan strategis yang akan membangun seluruh potensi yang dimiliki anak secara menyeluruh.
hengeboy |
Nilai Edukasi
Beberapa aspek penting nilai edukasi dari bermain bagi anak adalah terasahnya:
1. Keterampilan motorik halusnya meningkat, pada saat anak menyentuh, meraba, memegang suatu benda (alat permainan), secara spontan hal ini akan mengantarkan anak dalam kesiapan mengenali, menggunakan, mengendalikan alat permainan.
1. Keterampilan motorik halusnya meningkat, pada saat anak menyentuh, meraba, memegang suatu benda (alat permainan), secara spontan hal ini akan mengantarkan anak dalam kesiapan mengenali, menggunakan, mengendalikan alat permainan.
2. Perkembangan kognitif, yaitu keterampilan anak dalam berpikir. Pada saat bermain dengan teman sebaya, anak akan belajar membangun pengetahuannya sendiri dari interaksi. Mereka dapat menyelesaikan masalah yang ditemukan pada saat bermain, sehingga anak dapat terlatih untuk berfikik logic. Bermain penting untuk Perkembangan bahasa anak. Pada saat anak bermain, ketika kemampuan kognitifnya tumbuh dan berkembang, anak mulai berpikir secara simbolik melalui pemerolehan dan penggunaan bahasa.
3. Perkembangan psikologis yaitu pemahaman diri, ketika anak tumbuh secara kognitif dan fisik, ia akan mulai menyadari keberadaan dirinya. Dalam sosial emosional, yaitu kemampuan anak berbagi rasa, secara psikologis anak telah melewati masa-masa sulit (bereaksi dengan menangis) dan dapat menyampaikan pesan dan perasaannya, keinginannya, kemauannya dengan tepat.
4. Fungsi sosial, dengan bermain anak dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, baik teman sebaya, ataupun orang dewasa. Keterampilan sosial ini akan terus bertambah ketika ia mulai berhubungan dengan lebih banyak orang lagi di lingkungan yang lebih tua.
Permainan tradisional menjadi bagian dari berbagai jenis pendorong yang kuat bagi perkembangan anak. Ditemukan pula bahwa pada permainan tradisional yang ada di masyarakat memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang perlu dijaga keberadaannya. Misalnya, jenis permainan tradisional yang dapat melatih ketangkasan, kekuatan fisik, keberanian, kegesitan, keterampilan, dan lain sebagainya. Beberapa permainan tradisional lainnya dapat menggambarkan tentang kekompakan, kerja sama, kebersamaan dalam menyelesaikan masalah yang mereka temukan.
Sebuah permainan biasanya dilakukan untuk tujuan kesenangan. Permainan berbeda dari pekerjaan dan juga seni yang lebih sering merupakan ekspresi dari unsur estetika atau ideologi, namun perbedaan ini tidak jelas dalam bentuk-bentuk permainan tradisional masyarakat Indonesia, karena unsur seni dan juga pekerjaan terdapat di dalamnya. Di beberapa kasus, permainan tradisional Indonesia bahkan mempunyai kaitan dengan unsur magis-religi.
Komponen kunci dari permainan adalah adanya tujuan, aturan, tantangan, dan interaksi. Permainan umumnya melibatkan stimulasi mental atau fisik, dan sering melibatkan keduanya secara bersamaan. Permainan juga dapat membantu mengembangkan keterampilan praktis, berfungsi sebagai bentuk latihan, atau melakukan peran pendidikan, simulasi, dan untuk kebutuhan psikologis.
Sekian, semoga bermanfaat ya, jangan lupa follow blogku sob thanks.
sumber:
https://athanua.wordpress.com/2016/05/07/permainan-tradisional-potensi-pendidikan-yang-mulai-tergerus-zaman/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Katorang samua Basudara