Selasa, 13 Februari 2018
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Setiap pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah dan kemudian perguruan tinggi, universitas atau magang. Sebuah hak atas pendidikan telah diakui oleh beberapa pemerintah. Pada tingkat global, Pasal 13 PBB 1966 Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya mengakui hak setiap orang atas pendidikan.Setiap manusia berhak mengenyam pendidikan yang layak dan sama tidak bisa di bedakan pendidikan antara orang yang kurang mampu dengan orang yang mempunyai kemampuan ekonomi yang lebih. Seiring berkembangnya jaman,pendidikan di rasa penting untuk di miliki setiap orang, jenjang pendidikan yang di miliki seseorang sekarang ini sering kali menjadi tolak ukur sampai mana kenaikan ‘harga’ atas dirinya tersebut, makin tinggi jenjang pendidikan yang dia jalankan semakin tinggi ‘harga’ itu. Sebaiknya orang yang kurang mampu tidak perlu takut untuk mengenyam pendidikan sampai ke tingkat tinggi,karena pemerintah menyediakan pendidikan murah bagi semua kalangan yang bertujuan memenuhi hak setiap orang untuk menaikan taraf hidup nya di kemudian hari dengan pendidikan. Pendidikan sangat penting untuk menuju hidup yang lebih baik.Pada masa sekarang pendidikan juga dapat di peroleh secara murah bahkan geratis ini semua bertujuan agar mendorong semua orang agar mau belajar. Banyak Lembaga-lembaga yang tidak resmi ikut menolong dalam pemerataan pendidikan di negeri ini. Masih selalu terkenang kebesaran seorang KI Hadjar Dewantara yang telah menanamkan nilai-nilai luhur bagi perkembangan dunia pendidikan di tanah air. Ki Hadjar Dewantara dengan Perguruan Taman Siswa-nya, telah memberikan sumbangan yang sangat besar pada perkembangan pendidikan nasional. Karena sampai saat ini, landasan pokok penyelenggaraan pendidikan nasional sebagian besar berdasarkan prinsip-prinsip Taman Siswa. Salah satu hal itu dapat dibuktikan dengan penggunaan adagium Tut Wuri Handayani, menjadi semboyan resmi dunia pendidikan di tanah air. Semboyan lengkap dari adagium itu adalah Hing Ngarsa Sung Tulada (di depan berilah teladan) Hing Madya Mangun Karsa (di tengah ikut serta membentuk kehendak) dan Tut Wuri Handayani (di belakang tetap mempengaruhi dengan memberi kesempatan pada anak-anak).Tujuan pendidikan kita dewasa ini dirasa sangat berbeda dengan tujuan pendidikan ketika waktu itu.Bila di cari persamaannya terlihat persamaannya yaitu sama-sama berkehendak mencerdaskan pikiran dan perasaan seseorang. Tetapi amat disayangkan, bila pada akhirnya dunia pendidikan hanya menghasilkan ketajaman pikiran, yang terkadang tidak dibarengi oleh ketajaman rasa. Dengan kata lain, pendidikan saat ini, cenderung menghasilkan orang-orang pandai dan cerdas, tetapi kurang pandai dan cerdas dalam perasaan. Sehingga terjadilah hal-hal yang kerapkali menyimpang dari tujuan pendidikan semula, seperti pemalsuan ijazah atau tawuran di antara sesama pelajar. Bisa di lihat penyebabnya yaitu, lantaran pendidikan kita dewasa ini lebih mementingkan hasil semata, tanpa mau (lagi) melihat proses yang terjadi di dalamnya. Padahal pendidikan adalah sebuah proses memanusiakan manusia(humanisasi). Dan sebagai sebuah proses, tentulah ada sesuatu yang harus dilalui serta diikuti. Apabila kita mencoba mengingkarinya, maka kitapun telah melemparkan diri pada titik nadir humanisasi itu sendiri. Kurikululum 1975 di rubah Dengan membentuk kurikulum baru yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi pada tahun pelajaran 2004/2005.Ada yangtidak pernah berubah dari perubahan kurikulum ini.Pendidikan kita masih terus mempertahankan tradisinya yang mementingkan menilai hasil belajar daripada proses. Lebih mementingkan hasil tes daripada karya. Lebih fokus pada output daripada terhadap proses. Bukti kuatnya paradigma itu terlihat pada bentuk rapot yang belum pernah berubah mengikuti target perubahan kurikulum. Nilai matematika dan IPA menjadi perhatian banyak pihak. Bagaimana pun pengajarannya, pada akhirnya yang muncul sebagai hasil akhir adalah nilai rapot dan nilai UN. Dan, dikemanakan hasil penilaian keterampilan dan sikap? Untuk membenahi kesalahan pada kurikulum 2004/2005 pemerintah menyusun kurikulum baru yaitu kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013 Pembelajaran berbasis aktivitas. Pembelajaran memfasilitasi siswa mencari tahu. Karena itu, siswa memerlukan lingkungan sebagai sumber belajar, perpustakaan, nara sumber, labolatorium, internet, dan pengalaman belajarnya sendiri. Pokoknya guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar. Lebih jauh dari itu, perubahan kurikulum harus tercermin dalam aktivitas guru mengajar, dalam aktivitas siswa belajar, dalam materi yang dipelajarinya, dalam buku yang digunakan sebagi sumber serta aksi dalam bentu aktivitas siswa dalam kelas menghasilkan karya. Kurikulum 2013 juga menerapkan pendidikan budi pekerti yang sangat tinggi, pendidikan budi pekerti ini dirasa juga sangat penting untuk membangun etika kemampuan bersosialisasi, dan meningkatkan kemampuan akademik siswa. Kurikulum 2013 ini amat mementingkan proses belajar para siswanya bukan hanya memntingkan hasil akhir pada siswanya seperti kurikulum sebelumnya. Kurikulum ini juga dapat melatih ke mandirian para siswa dan mental para siswa agar mampu bersaing di kemudian harinya dan menjadi pekerja keras.
wassalam ...thanks...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Katorang samua Basudara