X. ABU ZAID AL HAJIRI AL QITRY
Abu Zaid Al Qitry seorang pemuda yang tinggal di Ri’an.
Masa mudanya dihabiskan bersama keluarganya di Qitr dan kota Ad Dauhah yang
mencetak singa ini. Bapaknya bekerja sebagai tentara di Qitr dengan menyandang
pankat tinggi.
Ketika anaknya sudah berumur empat belas tahun, bapaknya
mulai mengajak anaknya bergabung dengan tentara Qitr, bapaknya menggabungkan
anaknya dengan tentara. Maka anak itu belajar sebisanya sesuai dengan tingkatan
umurnya sampai umur tujuh belas tahun.
Pada tahun itu terjadilah tragedy Bosnia Herzegovina dan
berita itu telah tersebar ke seluruh orang. Beliau terbang kesana untuk
menolong saudara-saudaranya dengan mengorbankan jiwa dan hartanya.
Abu Zaid mencari-cari berita dan berfikir bagaimana bisa
menolong mereka. Fikirannya menerawang membayangkan seandainya beliau termasuk
orang yang mengorbankan dirinya untuk menolong dan mengangkat kemuliaan Dien
mereka atas darah dan tulang belulang mereka, sampai pada akhirnya Allah
berkehendak mempertemukan beliau dengan keempat pemuda Qitr. Mereka adalah Abu
Muhammad, Abu Mus’ab dan Abu Mu’ad.
Mereka bertekad untuk berangkat ke Bosnia dan menolong saudara-saudara mereka
disana. Mereka bertemu dengan Abu Sholih Al Qitri, Abu Mu’ad Al Qitri, Abu
Kholid Al Qitri – semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka semua -.
Benar ….. para pahlawan itu bergerak ke Bosnia dan bersama
mereka saudara kita Abu Zaid rohiamhullah. Mereka hadapi semua kesulitan dan
kepayahan. Mereka tinggalkan dunia dan gemerlapnya, keindahannya dan
kemegahannya di belakang punggung mereka dan mereka selalu bercita-cita untuk
mendapatkan syahadah.
Mereka telah sampai di Bosnia dan bergabung dengan pasukan
mujahidin. Setelah berlalu beberapa bulan salah seorang teman mereka tadzrib
ada yang ingin kembali pulang ke keluarganya di Qitr. Akan tetapi setelah
berfikir panjang dan mengingat kembali cita-cita untuk mendapatkan syahadah
maka ia menetapkan untuk tinggal disana dan tidak akan kembali pulang ke Qitr.
Benar ….. beliau pun meninggalkan teman-temannya – yang ada
di Qitr - dan mengokohkan tekad untuk menetap disana.
Pada musim dingin di tahun 1414 H. mujahidin turun dari
parit-parit penjagaan menuju barisan belakang untuk beristirahat selama sebulan
penuh, karena pada bulan ini saljunya sangat tebal.
Di baris belakang para mujahidin berkumpul di sebuah
madrasah milik orang-orang Bosnia. Di tempat inilah tampak sifat-sifat orang
yang mendapat syahadah pada diri saudara kita – Abi Zaid Al Qitri -, seperti,
sikap tawadhu’, mementingkan kepentingan saudaranya, beliau selalu menjadi
petugas yang membagi-bagikan makanan kepada mujahidin, dan beliau tidak makan
kecuai setelah semua mujahidin sudah mendapat makanan semua lalu beliau memakan
sisa-sisa makanan yang ada dari mujahidin. Jiwanya begitu mulia, beliau
dicintai para pemuda disana dan dihormati oleh mereka. Pada malam hari beliau
tidak pernah melewatkan sholat malam dalam kekhusyuan dan kerendahan hati di
depan Robnya. Dan pada siang hari beliau selalu puasa daud – sehari puasa
sehari berbuka -.
Setelah berlalu musim dingin bergeraklah para mujahidin
menuju Front untuk berjaga.
Pada suatu hari ketika beliau sedang jaga waktu itu cuaca
langit sangat cerah dan salju memenuhi bumi dan pada malam hari itu komandan
pasukan sedang mengadakan kontrol di parit-parit penjagaan, maka komandan itu
menyaksikan Abu Zaid seorang diri sedang memandangi langit dengan pandangan
tajam. Lalu komandan itu memanggil beliau : “ Wahai Abu Zaid ….. Abu Zaid …..
Abu Zaid ….. beliau tidak menoleh kepada komandan hingga komandan itu mendekati
beliau dan menggerakkan beliau dan berkata : “ Ada apa denganmu ? “. Beliau
menjawab : “ Tidak ada apa-apa “. Komandan itu berkata lagi : “ Demi Allah
engkau harus bercerita kepadaku “. Beliau berkata : “ Demi Allah ! Aku telah
melihat langit seakan-akan langit itu terbuka dan pada saat itu muncullah
seorang perempuan yang sangat cantik sekali yang belum pernah aku lihat dalam
hidupku, ia lambaikan tangannya kepadaku dan memberikan salam kepadaku “.
Komandan menyudahi cerita itu dan keduanya lalu berjaga bersama.
Peperangan al Fath Al Mubin telah dekat, para singa Allah
bersiap-siap untuk menyambut peperangan ini dengan gembira dan bahagia.
Peperangan itulah yang disebut-sebut dengan “ Pengalaman militer “. – karena
- front tersebut tidak akan dapat
dimenangkan kecuali dengan menggunakan pesawat terbang. Tentara Bosnia telah
mencobanya berkali-kali untuk menaklukan daerah itu – namun belum juga bisa
ditaklukkan -.
Mujahidin bergerak maju menuju daerah itu dan setiap
mujahidin menyenandungkan bait-bait syair :
“ Akan aku bawa ruhku menuju peristirahatanku
Dan aku bawa ruhku menuju jurang kematian “.
Setiap mujahid bercita-cita mendapatkan syahadah dengan
jujur di dalam hatinya setelah terlebih dahulu banyak membunuh musah-musuh
Allah Serbia dan menimpakan siksaan kepada mereka di dunia sebelum mereka
rasakan di akhirat kelak.
Ketika dimulai peperangan dan meningilah suara takbir,
gugurlah saudara kita Abu Zaid Al Qitri sebagai syuhada’ – semoga Allah
melimpahkan rahmatnya kepada beliau - dalam kondisi berhadapan dengan lawan
bukan membelakangi – lari -. Dan kita tidak mensucikan seseorang atas Allah.
Beliau gugur sebagai pahlawan pemberani.
Semoga Allah melimpahkan rahmatnya kepada sang pahlawan yang
masih muda umurnya, akan tetapi besar amalnya. Beliau pada saat itu baru
berumur tujuh belas tahun.
Selamat tinggal wahai Abu Zaid. Insya Allah kita berjumpa
kembali di Jannah