IX. ABU YASIR AL IMAROTI
Abu Yasir Al Imaroti, berasal dari negeri
Al Imarot dari kota As Syariqoh. Beliau seorang pemuda yang lahir dari keluarga
hartawan. Ibunya asli Holandia dan bapaknya seorang pekerja sukses.
Bapaknya menikah dengan ibunya ketika
bapaknya sedang mengadakan perjalanan dalam mengurus bisnisnya. Akan tetapi
Allah berkehendak membuat perselisihan diantara kedunaya hingga bapaknya
menceraikan ibunya ketika sudah mempunyai anak satu.
Sesuai peraturan yang berlaku, anak
ditinggalkan pada istri untuk dididiknya.
Pada beberapa kesempatan bapaknya pun
mengunjunginya dan tinggal di Holandia untuk menyelesaikan keperluannya.
Anak ini kini tlah dewasa, ia telah berumur
empat belas tahun dan ia masih tinggal di Holandia. Bapaknya mempunyai teman
yang senasib dengannya yaitu mempunyai seorang istri dan anak lelakinya.
Istrinya di cerai dan – sekarang tinggal bersama anak lelakinya tinggal di
Rusia.
Keduanya – bapak Abu Yasir dan seorang
temannya - bersepakat untuk pergi ke negeri yang dahulu mereka nikah disana
untuk mengadakan Ruju’ – nikah ulang -dengan istrinya dan anaknya.
Benar ….. keduanya terbang ke negeri
istrinya masing-masing, mengunjungi istri dan anaknya dan ternyata keduanya
adalah bertetangga di daerah Syariqoh.
Bapak Abu Yasir memasukkannya dan anak
tetangganya ke sebuah madrasah untuk belajar bahasa arab. Kedua anak itu diberi
uang dan dibelikan mobil baru. Hari-harinya hidup dalam gelimang harta dan
kemewahan, setiap hari dibagi uang seribu dirham.
Abu Yasir bersahabat dengan anak
tetangganya, dan anak tetangganya ini selalu mengagungkan Rusia dengan
kebiasaan hidup disana.
Suatu hari – anak tetangga - itu membaca
sebuah buku yang ditulis oleh seorang wartawan Rusia yang menerangkan
peperangan Afghanistan dan keberanian serta pengorbanan mereka, dan selalu
menjaga agama mareka dan… dan … dan …
Setelah membaca buku, anak itu pergi ke Abu
Yasir dan berkata kepadanya : “ Bagaimana menurutmu mereka – orang Afghanistan
– itu ? “. Ia menjawab : “ Aku mengerti ada sebuah perpustakaan milik orang
Afghanistan di Dubai, bagaimana menurutmu kalau kita pergi kesana bersama “.
Benar ….. keduanya pun pergi ke sana.
Ternyata perpustakaan itu adalah milik
Hikmatyar. Keduanya melihat majalah-majalah jihad dan cetakan jihad, mereka
mengambil banyak hal darinya lalu pulang.
Keduanya membaca – majalah-majalah dan
cetakan yang ada - dengan tekun dan mendalam dan keduanya mengikuti
berita-berita mujahidin Afghan dalam mengusir Rusia.
Benar ….. ternyata keduanya menyiapkan diri
dan terbang menuju Afghanistan. Keduanya sampai di sana dan diterima oleh
teman-teman dari arab di Baitul Anshor – rumah untuk menampung mujahidin – dan
dari sana lalu dibawa ke Kamp Al Faruq. Setelah itu mereka pergi ke Front
Jalalalabad.
Keduanya merasakan kenikmatan yang ada
disana dan keduanya pun meninggalkan kenikmatan dunia dan keindahannya dan –
kenikmatan dunia itu -diletakkan di belakang pungungnya.
Kedua bapak anak tersebut bersedih berpisah
dengannya, maka kedua orang tua itu pun pergi ke Pakistan untuk menjumpai kedua
anak itu.
Benar ….. kedau orang tua itu sampai disana
dan langsung disambut oleh kedua anaknya, lalu keduanya pulang bersama orang
tuanya ke Al Imarot. Akan tetapi fikiran keduanya tidak menentu dan
angan-angannya melayang-layang. Lalu keduanya menyampaikan dakwah kepada ibunya
masing-masing yang pada saat itu masih beragama nashrani hingga Allah
memuliakan keduanya dengan masuk Islam.
Abu Yasir mendengar tragedi yang terjadi di
Bosnia Herzegovina, lalu ia menghabari temannya, akan tetapi temannya tidak
bisa menyertainya karena kesibukannya.
Abu Yasir mengadakan perjalanan lagi ke medan jihad
hingga sampailah ia ke bumi Bosnia Herzegovina. Beliau bergabung di Front
Jlizonubauly dan ribat bersama mujahidin di sana. Dia bersama kedua teman
tadribnya masuk ke Bosnia – mereka adalah – Abbas Al Khoulani dan Abu Ali Al
Bahroini.
Sebagaimana sifat para syuhada, beliau
selalu melayani teman-temannya dengan tenang dan bersikap lemah lembut kepada
mereka.
Allah memberikan kemulian kepada beliau
dengan mengikuti banyak peperangan melawan Serbia dan Kroasia yang melancarkan
serangan kepadanya, hingga datanglah hari beliau mendapat syahadah seperti yang
telah dijanjikan oleh Allah.
Pada saat itu beliau berada di Front
Zafidufitisya. Pada Front tersebut terdapat sebuah Gunung yang memanjang di
atas kota. Serbia hendak memecah belahkan kaum muslimin dari atasnya. Kemudian
tentara Bosnia pun ingin mendaki puncak gunung tersebut untuk mengembalikan
kota tersebut dari koyakan Serbia yang
selama ini telah terkoyak separo.
Para mujahidin arab memasuki medan perang
dan dibagi menjadi beberapa kelompok dan mereka bersiap-siap untuk mengadakan
perang.
Adalah Abbas Al Khaolani dan Abu Ali Al
Bahroini dan Abu Yasir Al Imaroti berada dalam satu kelompok. Dengan izin Allah
keduanya sampai dan dapat menduduki puncak gunung yang telah dikuasai Serbia,
akan tetapi disana ada parit yang dibangun oleh Serbia dan dijadikan sebagai
perlindungan. Maka Abbas pun maju dan menyerangnya, dan terbunuhlah beliau
disana.
Tiba-tiba meluncurlah Roket anti Tank dan
tepat mengenai kepada Abi Ali Al Bahroini hingga beliau menemui syahadah. Dan
tiba-tiba meluncur juga serangan Mortar yang jatuh di samping Abu Yasir Al
Imaroti hingga terbunuhlah beliau…..
Ketiga teman itu telah meninggalkan dunia
setelah menempuh jalan jihad di Afghanistan dan setelah menempuh kesulitan
hingga bisa masuk ke bumi Bosnia Herzegovina….. hingga akhirnya Allah menerima
apa yang mereka persembahkan.
Kita bertemu pada rahmat Allah ……………….