Jumat, 25 September 2020

Surah At Taubah Dalam AlQur'an



Seperti kita ketahui, dalam Alquran hanya surah at-Taubah yang tanpa diawali dengan bacaan Basmalah. Alhasil, kita bila ingin membaca surah tersebut hanya perlu membaca ta'awwuz--"audzubillah himinasyaitonirrajim."

Mengapa demikian?

Pertama-tama, Sebelum membaca Alquran--surah apa pun--kita memang diperintahkan untuk membaca ta'awwuz terlebih dahulu. Perintah ini ditegaskan dalam Alquran surah an-Nahl ayat 98. Artinya, "Apabila kamu membaca Alquran, maka mohonlah perlindungan kepada Allah dari (godaan) setan yang terkutuk."

Adapun basmalah, memang hanya surah at-Taubah (sering pula disebut sebagai surat Bara'ah) yang tak diawali dengan "Bismillahirrahmanirrahim."

Karena itu, para ulama qira'at umumnya bersepakat, tidak membaca basmalah pada awal surah tersebut. Memang, ada juga yang membolehkannya, setelah menganalisis sebab tidak dicantumkannya basmalah pada surah at-Taubah.

Pertama, karena surah tersebut mengandung ancaman kepada orang-orang musyrik. Padahal, basmalah mengandung makna rahmat. Maka, tak wajar bila membaca basmalah untuk ayat-ayat yang ditujukan kepada mereka.

Beberapa ulama membolehkan membaca basmalah sebelum surah at-Taubah bila bersandar pada alasan ini saja. Sebab, tak dibacanya basmalah itu hanya khusus bagi orang-orang musyrik yang memang tidak wajar memperoleh rahmat. Adapun kaum Muslimin yang membaca surah tersebut, maka rahmat dapat diperoleh sehingga membaca basmalah insya Allah mengantarkan pada meraih berkat-Nya.

Kedua, tidak dicantumkannya basmalah pada awal surah kesembilan itu adalah karena at-Taubah diduga sebagai kelanjutan daripada surah al-Anfaal (surat kedelapan).

Jika memang surah Bara'ah merupakan lanjutan surat sebelumnya, maka tidak ada alasan untuk melarang membaca basmalah pada awal surah Bara'ah. Sebab, tidak ada halangan atau larangan membaca basmalah pada awal setiap juz yang biasanya merupakan pertengahan (lanjutan) dari satu surah. Akan tetapi, pendapat ini tidak didukung oleh banyak ulama.

Bagaimana bila mulai membacanya pada pertengahan (bukan awal) surah?


Di sini, para ulama berbeda pendapat. Menurut pakar qiraat Ibnul Jazri (wafat 833 H) dalam bukunya An-nasyr fi l-qiraat al-'asyr, mayoritas ulama-ulama Irak membaca basmalah ketika memulai membaca Alquran pada pertengahan surah. Adapun mayoritas ulama di Maroko, Tunis dan Andalusia, tidak membacanya.

Atas dasar itu, membaca Basmalah pada pertengahan surah at-Taubah diperbolehkan. Ini bukan dalam konteks semata-mata membaca surah tersebut, melainkan dalam konteks memenuhi anjuran Nabi Muhammad SAW. Yakni, memulai setiap pekerjaan dengan basmalah. Sabda beliau: ''Setiap persoalan penting yang tidak dimulai dengan Bismillahirahmanirrahim, maka persoalan tersebut cacat."

https://m.republika.co.id/amp/q9g9nu458

Setiap surat dalam Al-Quran diawali oleh basmalah kecuali dalam surat at-Taubah atau al-Bara'ah. Dalam surat at-Taubah tidak dicantumkan basmalah sebagaimana surat-surat yang lain. Hal demikian menimbulkan pertanyaan banyak kalangan: kenapa hanya surat at-Taubah yang tidak dicantumkan basmalah?   Sejarah penulisan Al-Quran berawal sejak turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad. Namun penulisan Al-Quran pada saat itu dalam kondisi yang sangat terbatas. Nabi setiap kali menerima wahyu, beliau memanggil sekretaris (katib resmi) untuk mendokumentasi wahyu tersebut ke dalam bentuk tulisan. Dukomentasi wahyu ini kemudian dikenal dengan nama mushaf (penulis akan menggunakan kata mushaf). 
Pada masa Utsman bin Affan, mushaf ini kemudian ditulis kembali dalam rangka menjaga dari kesalahan sekaligus menjaga otentesitas variasi bacaan Al-Quran (qira'at Al-Quran). Penulisan masa ini, dilaksanakan oleh tim yang telah mendapatkan rekomendasi dari khalifah Utsman dan persetujuan para pembesar sahabat. Direktur utama dalam penulisan mushaf ini adalah Zaid bin Tsabit. Secara teknis pelaksanaan penulisan ini dilakukan secara selektif dan ketat. Setiap ayat yang hendak ditulis harus melalui persaksian dua orang yang mendengar langsung dari Nabi.   Tidak hanya itu saja, Sayyidina Utsman mengeluarkan kebijakan yang luar biasa, yaitu memerintahkan untuk membakar semua mushaf selain mushaf yang ditulis oleh tim. Hal ini dilakukan dalam rangka menyatukan persepsi tentang bacaan Al-Quran yang sesuai bacaan Nabi ﷺ. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa penulisan Al-Quran ini telah tuntas tanpa problem yang berarti. Kembali pada pertanyaan di atas: kenapa dalam surat at-Taubah tidak dicantumkan basmalah, apakah hal ini sesuai petunjuk Nabi, sahabat atau tim penulis mushaf lupa mencantumkannya?.    Dalam banyak kesempatan, penulis sering mendapat pertanyaan, baik dari kalangan mahasiswa/mahasiswi maupun dari kalangan masyarakat biasa, yang kira-kira hampir sama dengan di atas, yaitu kenapa dalam surat at-Taubah tidak dicantumkan basmalah bahkan tidak diperkenankan membacanya, baik di awal surat maupun di tengah-tengah surat? 
Ada beberapa sebab yang melatarbelakangi tidak dicantumkannya basmalah dalam surat di atas. Pertama, dalam tradisi Arab jahiliyah dahulu, jika mereka melakukan perjanjian dengan sebuah kaum atau kabilah yang lain dan hendak memutuskan perjanjian tersebut, maka mereka mengirimkan sepucuk surat pemutusan tanpa mencantumkan kalimat basmalah. Pun demikian, ketika umat Islam memutuskan perjanjian dengan orang-orang musyrik, Nabi mengutus Sayyidina Ali untuk membacakan surat di atas (at-Taubah) di hadapan mereka tanpa diawali dengan bacaan basmalah, sesuai adat mereka.   Kedua, Ibnu Abbas bertanya kepada Utsman tentang tidak dicantumkannya basmalah dalam surat at-Taubah. Utsman menceritakan kronologinya, bahwa pada masa Nabi, ketika wahyu diturunkan kepadanya, Nabi memanggil salah satu sekretaris beliau untuk mendokumentasinya, dan beliau mendekte penempatan dan tata letaknya. Perlu diketahui bahwa surat al-Anfal termasuk surat yang turunnya awal, sedangkan surat at-Taubah termasuk surat yang turunnya Terakhir, kedua kisah dan penyajiannya kedua surat di atas mirip dan hampir sama. Dalam hal tersebut, Nabi tidak menjelaskan bahwa surat al-Anfal bagian dari surat at-Taubah. Saya pun (Utsman bin Affan) berkesimpulan bahwa surat al-Anfal bagian dari surat at-Taubah. Oleh karena itu, saya urutkan kedua surat tersebut tanpa mencantumkan basmalah
Ketiga, pada kekhalifahan Utsman, para sahabat berselisih pendapat tentang surat at-Taubah. Sebagian sahabat menganggap bahwa antara surat at-Taubah dan al-Anfal adalah satu surat yang tidak terpisahkan. Sebagian sahabat yang lain menganggap bahwa keduanya adalah dua surat yang mandiri. Untuk mendamaikan kedua perselisihan tersebut, Utsman mengambil sikap tengah, yaitu tidak mencantumkan basmalah. Tujuannya adalah agar kedua belah pihak yang berselisih dapat saling menerima. Dari pihak yang menganggap keduanya (al-Anfal dan at-Taubah) satu surat tidak keberatan, karena tidak dicantumkan basmalah. Sedangkan dari pihak yang menganggap keduanya adalah dua surat yang mandiri juga dapat menerima karena beda nama suratnya, meskipun tidak diawali dengan basmalah.    Keempat, diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa beliau bertanya kepada Sayyidina Ali tentang tidak dicantumkannya basmalah dalam surat at-Taubah. Sayyidina Ali menjelaskan bahwa basmalah adalah kalimat aman sementara surat at-Taubah turun sebab perang, tidak aman. Oleh karena demikian, antara aman dan perang tidak dapat disatukan. Demikian pula, dalam basmalah itu terdapat kandungan rahmat, kasih sayang, sedangkan dalam surat at-Taubah terdapat kemarahan. Oleh karena itu, antara rahmat dan kemarahan tidak bisa disatukan. Senada dengan pendapat di atas, Imam al-Sufyan mengatakan bahwa basmalah adalah ayat rahmah, rahmah memiliki arti aman. Sedangkan surat at-Taubah turun kepada orang-orang munafik dan mengandung perang, sebab itu tidak aman bagi orang-orang munafik. 
Dari kronologi di atas dapat disimpulkan bahwa para sahabat sepakat tidak mencantumkan basmalah dalam surat at-Taubah berdasarkan pada periwayatan yang diterima oleh mereka dari Nabi. Pun demikian, Nabi ketika menerima ayat tersebut dari Jibril tidak disertai basmalah. Hal ini juga dibuktikan bahwa tidak ada satu pun ahli qurra’ sab'ah (qira'at tujuh) maupun qurra' asyrah (qira’at sepuluh) yang meriwayatkan membaca basmalah di awal surat at-Taubah. Artinya, mereka sepakat meninggalkan membaca basmalah di awal surat at-Taubah.    Dalam ilmu qiraat, dasar utama dalam membaca Al-Quran adalah bersumber dari Nabi dan transmisi yang berkesinambungan. Sebab dalam membaca Al-Quran tidak ada istilah qiyas.    القراءة سنة متبعة يأخذها الأخر عن الأول، ولا قياس في القراءة    Imam al-Jazariy berkata dalam bentuk gubahan syair:    لأنه به الإله أنزلا *** وهكذا منه الينا وصلا   Wallahu A'lam. 

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/91737/mengapa-surat-at-taubah-tak-dimulai-dengan-basmalah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Katorang samua Basudara