Kamis, 02 September 2021

WHO: COVID-19 Akan Jadi Penyakit Endemi, Apa Artinya?



Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan perihal kemungkinan COVID-19 yang tidak akan hilang dan akan berubah menjadi penyakit endemi. Apa maksudnya?

Bagaimana COVID-19 menjadi penyakit endemi?

COVID-19, penyakit akibat virus SARS-CoV-2 menyebar dari China ke seluruh dunia. Penyebaran yang meluas ke seluruh negara di seluruh benua di dunia membuat WHO menyatakan COVID-19 sebagai pandemi global sejak Maret lalu.

Pandemi adalah penyebaran penyakit baru yang mempengaruhi banyak orang. Menurut WHO, sebuah wabah penyakit bisa dikatakan pandemi jika telah ke banyak negara di beberapa benua. Hal ini terjadi dengan COVID-19.

Pandemi COVID-19 saat ini sudah menyebar ke seluruh benua di dunia kecuali Antartika. Angka penularannya yang belum memperlihatkan penurunan membuat beberapa ahli membuat beberapa skenario bagaimana pandemi ini berakhir.

Ketua tim darurat kesehatan WHO Michael Ryan menyatakan kemungkinan COVID-19 tidak akan benar-benar hilang dan bisa menjadi penyakit endemi di masyarakat.

“Virus ini mungkin tidak akan pernah hilang dan kemungkinan akan menjadi salah satu penyakit endemi di masyarakat,” kata Dr. Ryan dalam konferensi pers WHO, Rabu (13/5).

Apa itu endemi?

Endemi adalah penyakit yang biasanya mewabah di suatu wilayah tertentu. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC), endemi mengacu pada kehadiran suatu wabah penyakit terus menerus pada populasi di bentang geografis tertentu, seperti satu wilayah, negara, atau benua.

Penyakit yang termasuk endemi antara lain malaria dan demam berdarah dengue (DBD) yang setiap tahun masih ada kasus yang terdaftar di beberapa daerah.

Malaria diketahui umumnya berada di daerah hangat dekat dengan garis khatulistiwa, itulah sebabnya pelancong yang berniat mengunjungi daerah tersebut memerlukan obat pencegahan. Indonesia merupakan negara endemi penyakit malaria terutama di wilayah provinsi Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Kemungkinan pandemi COVID-19 berubah menjadi endemi

Hingga kini vaksin belum ditemukan dan masa depan berakhirnya COVID-19 belum bisa diprediksi dengan tepat.

Pernyataan WHO bahwa COVID-19 akan menjadi penyakit endemi tersebut dimaksudkan untuk mengajak masyarakat agar lebih realistis melihat skenario perjalanan pandemi ini.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Center for Infectious Disease Research and Policy (CIDRAP), pandemi COVID-19 ini kemungkinan muncul dalam beberapa gelombang ledakan kasus.

Itu berarti setelah ada penurunan jumlah penambahan kasus positif, kemungkinan ada gelombang kedua COVID-19 dalam beberapa waktu. Mengacu studi tersebut, kemungkinan akan butuh waktu lama untuk menghentikan penularan COVID-19.

Ahli epidemiologi Universitas Padjajaran dr. Panji Hadisoemarto juga menyatakan adanya kemungkinan wabah COVID-19 akan menjadi endemi.

New Normal Akibat Pandemi COVID-19 dan Efek Psikologisnya

Untuk penyakit yang sifatnya akut dan menular itu selalu ada outbreak, ada wabah kecil atau ledakan kasus. Katakanlah demam berdarah, itu selalu ada ledakan kasus setiap tahun ada, setiap 5 tahun ada, cuma seringnya jumlah segitu-segitu saja, itu yang kita sebut kondisi endemi,” kata dr. Panji kepada Hello Sehat.

“Sebetulnya kondisi seperti ini bisa terjadi. Secara natural bisa terjadi pada COVID-19 juga, tapi bisa terjadi dalam jangka waktu berapa lama saya nggak tahu karena belum simulasikan,” jelasnya.

Kemungkinan COVID-19 benar-benar hilang dan tidak menjadi penyakit endemi adalah jika telah ditemukan vaksin untuk menangkal penularannya. Vaksin COVID-19 ini harus sangat efektif dan tersedia untuk diimunisasikan ke semua orang.

Sampai saat ini belum ada yang berhasil membuat vaksin COVID-19. Beberapa negara masih dalam proses uji klinis sedangkan Indonesia baru memulai meneliti vaksin COVID-19 sendiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Katorang samua Basudara