• This is slide 1 description. Go to Edit HTML of your blogger blog. Find these sentences. You can replace these sentences with your own words.
  • This is slide 2 description. Go to Edit HTML of your blogger blog. Find these sentences. You can replace these sentences with your own words.
  • This is slide 3 description. Go to Edit HTML of your blogger blog. Find these sentences. You can replace these sentences with your own words.
  • This is slide 4 description. Go to Edit HTML of your blogger blog. Find these sentences. You can replace these sentences with your own words.
  • This is slide 5 description. Go to Edit HTML of your blogger blog. Find these sentences. You can replace these sentences with your own words.

Janji di Bumi Mbojo: Kisah Cinta dalam Tradisi Pernikahan Bima

 


Di kaki Gunung Tambora yang megah, terbentanglah tanah Bima, Nusa Tenggara Barat. Di sinilah, tradisi pernikahan bukan hanya sekadar upacara, tetapi sebuah perayaan cinta yang kaya akan makna dan simbolisme. Kisah ini menceritakan tentang seorang gadis bernama Ine dan pemuda bernama Dae, yang cintanya terjalin dalam indahnya tradisi pernikahan Bima.
Ine adalah seorang penenun kain tradisional Bima yang terkenal dengan keindahan motifnya. Dae, seorang pelaut ulung yang gagah berani, sering berlayar mencari nafkah untuk keluarganya. Pertemuan mereka di pasar tradisional mengawali kisah cinta yang tumbuh dalam kesederhanaan.
Ketika Dae memutuskan untuk melamar Ine, dimulailah serangkaian prosesi adat yang sakral. Pertama, Mpa'a Rapa, yaitu proses perkenalan keluarga Dae kepada keluarga Ine. Utusan dari keluarga Dae datang membawa sirih pinang sebagai simbol keseriusan. Jika lamaran diterima, keluarga Ine akan membalas dengan memberikan kain tenun Bima sebagai tanda persetujuan.
Setelah lamaran diterima, proses selanjutnya adalah Manca. Keluarga Dae datang kembali untuk membicarakan Boa, yaitu uang mahar yang akan diberikan kepada keluarga Ine. Besarnya Boa biasanya disesuaikan dengan status sosial dan pendidikan Ine. Prosesi ini dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan musyawarah mufakat.
Menjelang hari pernikahan, Ine dipingit dalam rumah selama beberapa hari. Selama masa pingitan, Ine akan dirawat dengan baik, diberi makanan bergizi, dan dipakaikan ramuan tradisional agar kulitnya bercahaya. Proses ini disebut Ndonci Ro Wadu.
Akad nikah atau Nikah Tola dilangsungkan di masjid atau di rumah keluarga Ine. Penghulu akan membacakan khutbah nikah dan menanyakan kesediaan Ine dan Dae untuk menikah. Setelah ijab kabul diucapkan, keduanya resmi menjadi suami istri di mata agama dan adat.
Puncak dari seluruh rangkaian acara adalah Hanta Ua Pua. Dae diarak keliling kampung menuju rumah Ine dengan diiringi tabuhan gendang dan tarian tradisional. Dae menunggangi kuda yang dihias indah, melambangkan keberanian dan kejantanan.
Sesampainya di rumah Ine, Dae disambut dengan upacara adat Peta Kapanca. Kaki Dae dicuci dengan air yang berisi bunga rampai dan uang logam oleh ibu Ine. Upacara ini melambangkan penyucian diri dan harapan agar Dae selalu membawa rezeki bagi keluarganya.

Setelah upacara Peta Kapanca, Dae dan Ine dipersilakan masuk ke dalam kamar pengantin yang telah dihias indah. Di sinilah, mereka akan menjalani malam pertama sebagai suami istri. Keesokan harinya, keluarga Ine akan menyelenggarakan pesta pernikahan yang meriah, mengundang seluruh warga kampung untuk ikut berbahagia.
Ine dan Dae menjalani kehidupan pernikahan dengan penuh cinta dan kebahagiaan. Mereka senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai adat dan tradisi Bima. Kisah cinta mereka menjadi inspirasi bagi banyak pasangan muda di Bima, bahwa cinta sejati akan selalu bersemi dalam indahnya tradisi.

#Semoga cerita ini memberikan gambaran yang jelas tentang tradisi pernikahan di Bima!

Cinta di Tanah Toraja

 


Mentari pagi merayap malu di antara pegunungan yang menjulang, menyinari hamparan sawah terasering yang menghijau. Di sebuah desa kecil di Toraja, hiduplah seorang gadis bernama Riana. Kulitnya selembut sutra, matanya seteduh embun pagi, dan senyumnya sehangat mentari. Riana dikenal karena kebaikan hatinya dan kepiawaiannya menenun kain Toraja yang indah.
Suatu hari, datanglah seorang pemuda dari desa seberang bernama Aris. Aris adalah seorang pemahat ulung, tangannya mampu mengubah kayu menjadi ukiran yang hidup dan bermakna. Kedatangannya ke desa Riana adalah untuk mengikuti festival seni ukir yang diadakan setiap tahun.
Pertemuan pertama mereka terjadi di pasar desa. Riana sedang menjajakan kain tenunnya, sementara Aris mencari inspirasi untuk ukirannya. Mata mereka bertemu, dan waktu seolah berhenti. Ada getaran aneh yang menjalar di hati mereka, sebuah perasaan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.
Sejak saat itu, mereka mulai sering bertemu. Aris selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi Riana di sela-sela kesibukannya mengikuti festival. Mereka berbicara tentang banyak hal, tentang mimpi-mimpi mereka, tentang kehidupan, dan tentang cinta. Riana terpesona oleh kecerdasan dan kelembutan Aris, sementara Aris jatuh hati pada kecantikan dan kebaikan hati Riana.
Namun, cinta mereka tidaklah mudah. Ada perbedaan adat dan tradisi yang menghalangi. Riana berasal dari keluarga bangsawan, sementara Aris hanyalah seorang pemuda biasa. Keluarga Riana menginginkan ia menikah dengan pria dari kalangan yang sama, agar garis keturunan mereka tetap terjaga.
Riana dan Aris tidak menyerah. Mereka bertekad untuk memperjuangkan cinta mereka. Mereka menemui tetua adat, menjelaskan perasaan mereka, dan memohon restu. Awalnya, para tetua adat menolak, namun kegigihan dan ketulusan cinta Riana dan Aris akhirnya meluluhkan hati mereka.
Para tetua adat memberikan syarat. Aris harus membuktikan bahwa ia pantas menjadi pendamping Riana. Ia harus membuat sebuah ukiran yang melambangkan cinta dan kesetiaan, sebuah ukiran yang akan menjadi simbol abadi bagi cinta mereka.
Aris menerima tantangan itu. Ia bekerja siang dan malam, mencurahkan seluruh hati dan jiwanya ke dalam ukirannya. Ia mengukir sepasang burung Merpati yang saling berhadapan, melambangkan cinta yang tulus dan setia. Di bawahnya, ia mengukir motif Pa'tedong, simbol kekuatan dan keberanian.
Setelah berbulan-bulan bekerja keras, akhirnya ukiran itu selesai. Aris mempersembahkan ukirannya kepada para tetua adat. Mereka terpesona oleh keindahan dan makna yang terkandung di dalamnya. Para tetua adat akhirnya memberikan restu kepada Riana dan Aris untuk menikah.

Pernikahan mereka diadakan dengan meriah. Seluruh desa ikut serta dalam perayaan itu. Riana dan Aris bersumpah untuk saling mencintai dan setia hingga akhir hayat. Ukiran yang dibuat oleh Aris menjadi pusaka keluarga, simbol abadi bagi cinta mereka.
Cinta Riana dan Aris menjadi legenda di tanah Toraja. Kisah mereka mengajarkan tentang kekuatan cinta, tentang keberanian untuk memperjuangkan keyakinan, dan tentang pentingnya menghormati adat dan tradisi.

#Semoga kamu suka cerita ini!

Upacara Adat Penting Suku Ngada

Suku Ngada di Flores memiliki berbagai upacara adat yang kaya dan unik, mencerminkan kepercayaan dan tradisi mereka. Berikut adalah beberapa upacara adat penting suku Ngada:

  • Reba: Upacara ini adalah perayaan syukur atas hasil panen dan memohon berkat untuk tahun yang akan datang. Reba biasanya dilakukan pada bulan Desember atau Januari. Dalam upacara ini, masyarakat Ngada akan menyembelih hewan kurban, seperti kerbau atau babi, dan mengadakan tarian serta nyanyian adat.
  • Ka Sa’o: Upacara ini adalah ritual memasuki rumah adat baru (Sa'o Ngaza). Ka Sa’o dilakukan dengan serangkaian prosesi adat yang bertujuan untuk membersihkan rumah dari roh jahat dan memohon berkat agar rumah tersebut membawa keberuntungan dan kesejahteraan bagi penghuninya.
  • Boka: Upacara Boka adalah ritual untuk menghormati leluhur dan memohon perlindungan dari roh-roh gaib. Upacara ini biasanya dilakukan pada saat-saat penting, seperti sebelum memulai pekerjaan besar atau saat terjadi musibah.
  • Fate: Upacara ini adalah ritual pernikahan adat Ngada. Prosesi Fate melibatkan serangkaian tahapan, mulai dari lamaran, pertunangan, hingga upacara pernikahan yang meriah. Setiap tahapan memiliki makna dan simbol tersendiri yang mencerminkan nilai-nilai budaya Ngada.
  • Penti: Upacara Penti adalah pesta panen yang diadakan setiap tahun sebagai ungkapan syukur atas hasil pertanian yang melimpah. Penti juga menjadi ajang untuk mempererat tali persaudaraan antar warga dan melestarikan budaya Ngada.


Upacara-upacara adat ini tidak hanya sekadar seremonial, tetapi juga memiliki makna sosial dan spiritual yang mendalam bagi masyarakat Ngada. Melalui upacara adat, mereka menjaga hubungan harmonis dengan alam, leluhur, dan sesama manusia.

#mohon masukannya dikolom komentar untuk kesempurnaan ceritanya.

Legenda Gunung Tambora Bima Nusa Tenggara Barat Indonesia

Legenda Gunung Tambora

Terdapat beberapa cerita legenda yang beredar di masyarakat Bima mengenai meletusnya Gunung Tambora. Salah satunya adalah kisah tentang seorang raja di Tambora yang berbuat jahat kepada seorang ulama, sehingga menyebabkan gunung tersebut meletus.



Legenda Raja Tambora dan Ulama

Menurut legenda yang diceritakan oleh Siti Maryam Salahuddin, seorang putri keturunan terakhir Sultan Bima, raja tersebut menjamu seorang ulama dengan daging anjing. Setelah ulama itu selesai makan, raja baru memberitahukan bahwa daging yang disantapnya adalah daging anjing. Sang ulama marah dan mengutuk raja, yang kemudian menyebabkan letusan dahsyat Gunung Tambora. Cerita ini sangat terkenal di kalangan masyarakat Bima, meskipun tidak tertulis dalam naskah kuno.

Asal Usul Nama Tambora

Dalam bahasa Bima, Tambora berarti "ajakan menghilang." Kata "Ta" diartikan sebagai ajakan, sedangkan "Mbora" berarti hilang. Nama ini lahir dari perpaduan sejarah dan cerita rakyat yang dipercaya kebenarannya oleh masyarakat setempat.

Versi Syair Kerajaan Bima

Khatib Lukman, seorang penyair istana Kerajaan Bima sekitar tahun 1830, menulis tentang letusan Tambora dalam bentuk syair. Syair ini mengisahkan tentang Kerajaan Tambora dan kerajaan-kerajaan lain di Pulau Sumbawa.



Versi Lain Cerita Rakyat

Terdapat versi lain dari cerita rakyat yang menyebutkan bahwa seorang Arab bernama Sekh Muhamad Saleh datang ke Kerajaan Tambora untuk menyebarkan agama Islam. Namun, ia disuguhi daging anjing oleh raja. Karena marah, Sekh Muhamad Saleh mengutuk raja, yang kemudian menyebabkan Gunung Tambora meletus sebagai hukuman dari Allah SWT

Gunung Inerie Gunung Tercantik Di Pulau Flores

 


Gunung Inerie adalah gunung berapi tertinggi di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Gunung ini memiliki ketinggian 2.245 meter di atas permukaan laut dan mendominasi lanskap di sekitarnya dengan bentuknya yang kerucut sempurna.

Asal Usul Geologis
Gunung Inerie adalah gunung berapi stratovolcano aktif yang terbentuk akibat aktivitas tektonik yang intens di zona subduksi Busur Banda. Proses ini melibatkan pergerakan dan tumbukan lempeng-lempeng bumi, yang menyebabkan magma naik ke permukaan dan membentuk gunung berapi. Aktivitas vulkanik di wilayah ini telah berlangsung selama ribuan tahun, membentuk lanskap Flores seperti yang kita lihat saat ini.
Sejarah Letusan
Gunung Inerie memiliki sejarah letusan yang relatif sedikit terdokumentasi dibandingkan dengan gunung berapi lain di Indonesia. Letusan terakhir yang tercatat terjadi pada tahun 1970, yang menghasilkan aliran lava kecil dan awan panas. Meskipun aktivitas vulkaniknya tidak terlalu sering, Gunung Inerie tetap dipantau secara ketat oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) untuk mengantisipasi potensi letusan di masa depan.

Signifikansi Budaya
Bagi masyarakat lokal di sekitar Gunung Inerie, gunung ini bukan hanya formasi geologis, tetapi juga memiliki makna spiritual dan budaya yang mendalam. Gunung ini dianggap sebagai tempat suci dan dihormati sebagai penjaga wilayah tersebut. Masyarakat setempat sering mengadakan upacara adat dan ritual di lereng gunung sebagai bentuk penghormatan dan permohonan keselamatan.

Daya Tarik Wisata
Selain nilai sejarah dan budayanya, Gunung Inerie juga menjadi daya tarik wisata yang populer di Pulau Flores. Pendaki dari berbagai daerah datang untuk menaklukkan puncak gunung ini dan menikmati pemandangan alam yang spektakuler. Dari puncak Gunung Inerie, pengunjung dapat menyaksikan panorama lembah hijau, desa-desa tradisional, dan garis pantai yang indah.


Cerita Geologis dan Fakta Tentang Gunung Ebu lobo




Gunung Ebulobo memiliki dua cerita utama: cerita geologis sebagai gunung berapi aktif di Flores dan cerita rakyat yang mengisahkan legenda dengan Gunung Inerie. Secara geologis, Ebulobo adalah stratovolcano dengan ketinggian 2124 mdpl yang telah aktif sejak 1830, dengan erupsi berupa lelehan lava dan letusan eksplosif. Secara cerita rakyat, Gunung Ebulobo terkait dengan legenda cinta segitiga antara pasangan Ine Rie dan Manu Lalu dengan seorang pedagang bernama Ebu Lobo, yang berakhir dengan kematian Ebu Lobo dan kemunculan Gunung Inerie dari tubuhnya. 

Cerita geologis dan fakta

Lokasi: Terletak di Kabupaten Nagekeo, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.

Tipe: Stratovolcano dengan ketinggian 2124 mdpl.

Aktivitas: Aktif sejak 1830, dengan erupsi berupa lelehan lava dan letusan eksplosif di kawah.

Karakteristik: Memiliki puncak yang relatif datar dan sejarah erupsi yang tercatat sejak 1830.

Pendakian: Relatif mudah dimulai dari Desa Mulakoli dengan waktu tempuh sekitar dua jam. Puncak menawarkan pemandangan indah ke arah Boawae dan Inerie serta aroma belerang yang khas. 

Cerita rakyat (legenda Ine Rie dan Ebu Lobo)

Tokoh: Ine Rie (seorang wanita cantik) dan suaminya Manu Lalu, serta seorang pemuda bernama Ebu Lobo.

Awal cerita: Ebu Lobo datang ke rumah Ine Rie dan Manu Lalu untuk berjualan kain. Ia terpesona oleh kecantikan Ine Rie, yang membuat Manu Lalu marah dan mengusirnya.

Konflik: Ebu Lobo kembali untuk membalas dendam. Terjadi pertarungan sengit.

Akhir cerita: Dalam pertarungan, Ine Rie berhasil membunuh Ebu Lobo. Sebagian masyarakat meyakini jasad Ebu Lobo berubah menjadi Gunung Inerie, sementara asap dan runtuhan dari Ebulobo menjadi jejak pertarungan tersebut

Perbedaan Dari Generasi Ke Generasi

 ‎Begini Perbedaan Generasi Baby boomers, X, Y, Z, dan Alpha



‎Belakangan, kamu pasti tidak asing dengan istilah kaum milenial bukan? Sebetulnya, sebutan kaum milenial ditujukan untuk mereka generasi Y atau masyarakat yang lahir ketika teknologi sudah maju. Selain generasi Y, di tengah masyarakat juga sering beredar istilah mengenai generasi baby boomers, X, Z, dan Alpha. Jadi, apa perbedaan generasi baby boomers dengan yang lainnya? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini, yuk!

‎Generasi Baby Boomers



‎Baby boomers merupakan sebutan bagi mereka yang lahir di antara tahun 1946-1964 atau usia sekitar 57-75 di tahun 2021.
‎Meski tak lagi berusia muda, namun menurut laporan Databoks Katadata, generasi ini banyak menduduki jabatan tertinggi dan memiliki pengaruh yang kuat di bidang budaya, politik, maupun ekonomi di dunia.
‎Secara umum, generasi baby boomers mempunyai karakteristik seperti:
  • ‎Kompetitif
  • Berorientasi pada pencapaian
  • ‎Berfokus pada karier
  • Punya kepercayaan diri yang tinggi
  • Serba bisa
  • Tidak suka dikritik
  • ‎Lebih suka mengkritik generasi muda akibat kurangnya komitmen dan etika kerja.
‎Baby boomers sering kali disebut sebagai generasi gila kerja. Meski begitu, semua kerja keras tersebut dilakukan semata-mata untuk membahagiakan keluarganya.

‎Generasi X


‎Generasi setelah baby boomers dikenal sebagai generasi X atau “Gen Bust”. Generasi X sendiri merupakan individu yang lahir di antara tahun 1965-1976. Dibesarkan oleh baby boomers menjadikan generasi X sebagai The Latchkey Kids, yaitu anak-anak yang merasa kesepian lantaran ditinggal orang tuanya bekerja.
‎Akibat kondisi di atas, generasi X biasanya tumbuh menjadi pribadi yang lebih mandiri, mengutamakan work-life balance, banyak akal, dan pandai beradaptasi. Sisi buruknya, generasi X kerap disebut sebagai individu yang skeptis karena tidak suka terlibat dalam kegiatan yang tidak menguntungkan.
‎Memiliki tujuan untuk membahagiakan diri sendiri sering kali menjadikan generasi X sebagai pribadi yang tidak segan dalam menunda pernikahan dan memiliki anak.

‎Generasi Y


‎Nah, buat seseorang yang lahir di tahun 1977-1994 itu berarti kamu termasuk generasi Y atau biasa disebut sebagai generasi milenial. Umumnya, generasi ini memiliki ambisi yang kuat untuk menguasai semua bidang. Mereka juga dikenal sebagai generasi yang dapat diandalkan dalam pemanfaatan teknologi alias tech-savvy.
‎Secara garis besar, generasi Y memiliki karakteristik seperti:
‎Punya rasa percaya diri tinggi dan ambisius. Itu sebabnya angkatan ini lebih mudah meraih kesuksesan di usia muda.
‎Dibandingkan generasi sebelumnya, kaum milenial lebih terbuka dalam menghadapi perubahan.
‎Hidup di zaman yang serba teknologi membuat kaum ini tidak bisa lepas dari penggunaan gawai. Segala hal nyaris dilakukan secara digital.
‎Kekurangan dari generasi ini adalah rentan terkena depresi dan stres juga cenderung sulit bergaul.

‎Generasi Z


‎Generasi Z adalah mereka yang lahir di tahun 1995-2012.  Tumbuh di lingkungan yang serba digital membuat generasi ini tumbuh menjadi pribadi dengan karakteristik yang beragam, baik dari sisi hubungan interpersonal maupun akademis.
‎Bicara lebih jauh mengenai karakteristik generasi Z, secara umum mereka memiliki ciri-ciri seperti:
  • ‎Melek teknologi sehingga dapat dengan mudah mengakses informasi yang diinginkan.
  • Dibandingkan generasi Y, generasi Z cenderung lebih mudah untuk bersosialisasi dengan orang lain.
  • ‎Terbukanya akses informasi membuat generasi ini lebih cepat belajar
  • Lebih menyukai bekerja di lingkungan yang memberikan ruang bagi mereka untuk bertumbuh, lebih kreatif, dan penuh tantangan. Salah satu jenis perusahaan yang diincar oleh generasi Z adalah start-up.

‎Generasi Alpha


‎Bagi individu yang lahir di atas tahun 2012 sampai 2025, mereka inilah yang disebut sebagai generasi Alpha. Mengingat generasi ini masih berada di usia anak-anak, maka karakteristik umumnya belum terlihat jelas. Diperkirakan generasi Alpha tak jauh berbeda dengan generasi Z yang sama-sama melek teknologi.
‎Karena saat ini teknologi semakin berkembang pesat, generasi Z memiliki peluang besar untuk sukses di industri digital dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Kemudahan dalam mengakses informasi dan komunikasi secara global juga membuat generasi Alpha memiliki kemampuan linguistik yang baik.

‎Nah, sekarang kamu sudah tahu kan, seperti apa perbedaan generasi baby boomers, X, Y, Z, dan Alpha? Kalau kamu termasuk generasi yang mana nih?

Pentingnya Sholat Untuk Kemuliaan dan Kedekatan Kepada Allah Swt

gambar 3D Ai.com


Salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang memiliki motivasi kuat untuk melaksanakan sholat adalah Umar bin Khattab ra. Sebelum menjadi Muslim, Umar dikenal sebagai seorang yang keras dan tidak toleran terhadap Islam. Namun, setelah mendengar ayat Al-Qur'an yang dibacakan oleh saudarinya, ia merasakan perubahan besar dalam dirinya.

Umar kemudian mendatangi Nabi Muhammad SAW dan menyatakan keimanannya. Sejak saat itu, ia menjadi salah satu sahabat Nabi yang paling setia dan giat melaksanakan sholat. Umar memiliki motivasi kuat untuk melaksanakan sholat karena ia percaya bahwa sholat adalah kewajiban yang diberikan oleh Allah SWT untuk membersihkan jiwa dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Dalam sebuah riwayat, Umar bin Khattab ra. pernah berkata, "Sesungguhnya kami dahulu adalah kaum yang paling hina, lalu Allah memberikan kemuliaan kepada kami dengan Islam. Maka jika kami mencari kemuliaan dengan selain Islam, niscaya Allah akan menjadikan kami hina kembali." Bagi Umar, sholat adalah salah satu cara untuk mempertahankan kemuliaan dan kedekatan dengan Allah SWT.

Dengan motivasi yang kuat ini, Umar menjadi contoh bagi banyak orang dalam melaksanakan sholat dengan khidmat dan penuh kesadaran. Ia menunjukkan bahwa sholat bukan hanya kewajiban, tetapi juga merupakan sumber kekuatan dan kemuliaan bagi seorang Muslim.


sumber: https://web.whatsapp.com/


Kisah Sahabat Nabi yang Pemalu: Thalhah bin Ubaidillah

Kisah Sahabat Nabi yang Pemalu: Thalhah bin Ubaidillah

gambar dari 3D AI

Thalhah bin Ubaidillah adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang sangat pemalu. Ia memiliki sifat yang mulia dan akhlak yang baik. Meskipun kaya dan memiliki kedudukan tinggi di kalangan Quraisy, Thalhah tidak pernah sombong.

Thalhah dikenal sebagai seorang yang dermawan dan pemberani di medan perang. Namun, di balik keberaniannya, ia memiliki sifat pemalu yang luar biasa. Ia sering kali merasa malu untuk meminta sesuatu kepada Nabi Muhammad SAW, meskipun ia sangat menghormati dan mencintainya.

Suatu hari, Thalhah meminta izin kepada Nabi untuk pergi ke pasar untuk berdagang. Nabi memberinya doa dan restu. Thalhah kemudian menjadi salah satu pedagang yang sukses dan dermawan di Madinah.

Kisah Thalhah bin Ubaidillah mengajarkan kita tentang pentingnya memiliki sifat pemalu yang positif, serta keberanian dan kedermawanan dalam beramal. Ia adalah contoh sahabat Nabi yang patut diteladani.

@bangflo84

@Ardianflo

Bukan Sekedar Drama: Walid 'Bidaah' Adalah Cermin Bahaya Nyata

Bukan Sekedar Drama: Walid 'Bidaah' Adalah Cermin Bahaya Nyata

 "Pajamkan mata, Bayangkan muka Walid... !"

"Mau Tidur tapi takut nampak muka Walid, iiihh....!"

Begitulah kira-kira narasi kocak yang viral belakangan ini: seorang perempuan begitu takut tertidur hingga menempelkan selotip di kelopak matanya agar tetap melek. 

Lucu memang, tapi sekaligus tragis kalau kita pikirkan lebih dalam; betapa takutnya ia untuk kehilangan kendali, meski sesaat. 

Dan bicara tentang “kehilangan kendali”, viralnya drama Malaysia Walid membawa kita pada refleksi yang lebih serius: jangan sampai kita, terutama perempuan, tertidur oleh bujuk rayu sosok ‘alim’ yang ternyata bertopeng.

Sekilas, film berjudul 'Bidaah' dengan sosok viral 'Walid' mungkin tampak seperti drama Malaysia biasa; berisi konflik keluarga, cinta, dan agama. Namun di balik jalan ceritanya yang viral, terselip kenyataan pahit yang harus diwaspadai: hadirnya pria-pria bertopeng agama yang memanipulasi keimanan demi nafsu. 

Karakter 'Walid' bukan sekadar fiksi. Ia adalah representasi dari realitas sosial yang lebih luas di mana ‘kesalehan’ bisa disulap jadi alat untuk menjebak perempuan. 

Melalui ulasan ini, mari kita menyelami lebih dalam: mengapa sosok seperti 'Walid' bisa lahir, bagaimana modusnya bekerja, dan apa yang bisa dilakukan agar kita; terutama perempuan agar tidak menjadi korban berikutnya.

Dari Layar ke Dunia Nyata: Walid, Sosok yang Tak Lagi Fiksi

Drama Malaysia 'Bidaah' menjadi perbincangan hangat karena berani mengangkat sisi gelap dari penyalahgunaan agama. 

Tokoh utama pria dalam cerita itu adalah seseorang yang fasih bicara agama, aktif berdakwah, namun diam-diam menjadikan dalil sebagai alat untuk memperdaya dan memuaskan nafsu pribadinya.

Yang membuat miris, banyak penonton merasa relate. Sebab realitas memang menunjukkan hal yang serupa: betapa banyak lelaki berkedok oknum ustadz, guru spiritual, atau suami idaman yang ternyata menggunakan “jubah keagamaan” untuk menyelubungi niat bejat.

Psikologi Sosok ‘Walid’: Antara Nafsu dan Manipulasi

Dari kacamata psikologi, tipe lelaki seperti Walid bisa dikaitkan dengan perilaku narsistik spiritual. Ia merasa memiliki otoritas moral yang tinggi, sehingga pembenaran terhadap tindakannya dianggap sah, bahkan bila itu merugikan orang lain.

Mereka pintar gaslighting: membuat korban merasa bersalah, berdosa, dan seolah tak cukup taat jika menolak ajakan atau keinginan si “guru”.

Mereka juga mahir memainkan dalil-dalil agama dengan tafsir yang menguntungkan dirinya sendiri. Hasilnya, perempuan yang rentan secara emosional atau spiritual bisa terjerat tanpa sadar.

https://www.google.com/search?

Kenapa Banyak yang Tak Sadar Sedang Dijebak?

Ada beberapa faktor yang membuat perempuan mudah masuk ke dalam jebakan “Walid KW”: Minim pemahaman agama secara utuh. Banyak perempuan hanya menerima sepenggal informasi tanpa konteks dan kritis. Tergoda tampilan luar. Gaya bicara lembut, penampilan Islami, dan rajin dakwah bisa meninabobokan. Rasa takut dianggap melawan agama. Perempuan sering ragu untuk menolak karena takut disebut "tidak taat" atau "durhaka".

Yang lebih berbahaya, kadang lingkungan pun ikut menekan agar korban diam demi “nama baik” atau “kesalehan bersama”.

Modus Halus tapi Mematikan

Awalnya, mereka mendekat dengan dalih memberi nasihat. Mulai dari DM Instagram bertema islami, konsultasi pribadi, ajakan istikharah bersama, hingga ujungnya: pernikahan siri kilat, poligami dadakan, atau bahkan eksploitasi emosional dan finansial.

Semua dibungkus rapi dengan bahasa agama dan janji “surga”. Sayangnya, tidak semua orang bisa mengenali jebakan itu dari awal.

Kajian Agama Sehat: Kritis, Bukan Fanatik Buta

Agama bukan hanya soal hafalan dalil, tapi pemahaman kontekstual yang menyejukkan. 

Kita perlu belajar dari sumber yang sahih dan membuka ruang diskusi kritis. Jangan mudah percaya pada tokoh yang anti-kritik atau hanya mau didengar, tapi tidak mau diuji kebenarannya.

Ulama atau guru sejati justru rendah hati, terbuka pada masukan, dan tidak menempatkan diri sebagai “pemegang kunci surga pribadi”.

Waspada, Mungkin Para Walid KW Ada di Sekitar Kita

Jangan anggap Walid hanya ada di layar kaca. Bisa jadi ia ada di lingkaran pertemanan, lingkungan kerja, bahkan dalam komunitas rohani yang kita ikuti. Ciri-cirinya:

Terlalu sering menyitir dalil untuk mengatur kehidupan pribadi orang lain Menuntut ketaatan penuh tanpa ruang diskusi. Merendahkan perempuan dengan tafsir bias gender. Memanipulasi rasa bersalah korban agar tetap “patuh”

Perempuan harus berani berkata tidak, bertanya, dan mencari ilmu yang membebaskan, bukan mengekang.

Langkah Kritis: Edukasi, Deteksi, dan Perlindungan Diri

Agar tak menjadi korban, berikut yang bisa dilakukan:

Perkuat literasi agama. Belajar dari banyak sumber, termasuk tafsir yang humanis dan rahmatan lil ‘alamin. Jaga batas aman interaksi, bahkan dalam ruang agama. Jangan mudah terbawa euforia atau pesona. Bentuk komunitas perempuan berdaya. Ruang aman untuk bertukar pengalaman dan mendukung satu sama lain. Berani speak up. Jika merasa dimanipulasi atau dilecehkan, laporkan. Diam bukan pilihan.

Jadikan Walid Sebagai Pelajaran

Walid bukan sekadar drama viral. Ia adalah peringatan keras agar kita lebih awas, lebih cerdas, dan lebih kritis; terutama dalam menyikapi wajah-wajah religius yang ternyata menyimpan agenda tersembunyi.

Perempuan harus menjadi pembelajar yang kuat, bukan pengikut yang dibungkam. Mari buka mata, buka hati, dan buka ruang edukasi yang membebaskan.

Karena ketika perempuan memahami agama dengan utuh dan kritis, mereka tak mudah dikelabui oleh topeng kesalehan palsu. Mereka mampu membedakan antara tuntunan ilahi dan manipulasi manusia. 

Dan saat satu perempuan sadar, ia akan menerangi jalan bagi yang lain. Inilah kekuatan sejati: bukan sekadar patuh, tapi sadar dan berdaya.


sumber: Drama walid "Bidaah"