Upacara
Membangun dan Masuk Rumah Adat
Bagi
masyarakat Bajawa, rumah adat adalah lambang kekuatan antara laki-laki dan
perempuan. Laki-laki dilambangkan dengan ’Lasu Wisu’ dan perempuan
dilambangkan dengan ’Lia loki’. Pertemuan antara lasu wisudan lia
loki membuat rumah adat menjadi kuat.
Ada tiga
jenis rumah adat (Sao Meze) yakni Sao Saka Pu’u (rumah
pokok), Sa’o saka lobo (rumah pendamping rumah pokok) dan sejumlah
Sao Pibe/Dai (rumah adat lainnya dari para anggota suku/klan). Sao keka/sao
keka.
Proses
membuat rumah adat yang harus dilalui adalah:
- Zepa Kolo : mempersiapkan alat ukur yang
terbuat dari bilah-bilah bambu.
- Ka Kolo/Basa Mata Taka.Upacara yang dilakukan sebagai
awal dari proses pembuatan rumah adat.
- Gebhe Puu Kaju. Upacara pembasmian
tunas-tunas kayu yang kayunya telah diambil untuk material rumah adat
baru. Hal ini berkaitan dengan kepercayaan orang Ngadha bahwa pohon yang
telah diambil untuk material rumah tumbuh(bertunas) maka akan membawa sial
bagi penghuni dan ana sa’o (anggota rumah/suku).
- Bama Ngaru Kaju. Bahan sa’o yang telah
disakralkan sebagai perwujudan atau personifikasi leluhur para anggota
suku/anggota sa’o yang akan dibangunn.
- Weti. Weti adalah proses untuk
memahat atau relief atau simbol-simbol tradisional orang Ngadha.
- Tore ngawu. Membawa semua material sa’o
dari tempat persiapan akhir menuju ke dalam kampung.
- Tere Leke/Tere Pudha. Acara Zia
Ura Ngana Basa Leke yaitu pengorbanan hewan korban (babi)
dalam rangka menyucikan semua meterial sa’o yang akan dibangun
terutama leke sebagai bahan dasar sekaligus pemberian makan
kepada leluhur.
- Mula Leke: adalah pemasangan tiang sa’o
(leke) sebanyak 4 (empat) buah yang terbuat dari kayu hebudengan
bantuan alat ukur yang terbuat dari bambu yang disebut Suru Nuba.
- Se’a Tenga : Tenga adalah balok besar
penghubung antar leke. Se’a tenga leke adalah pemasangan balok
besar (tenga) untuk menghubungkan atau mengikat antar leke.
- Dolu/fedhi wae/dolu wae : menentukan rata atau
tidaknya leke yang telah dipasang dengan mericiki air pada pertengahan
tenga, bila jatuhnya atau mengalirnya air tegak lurus dari atas ke
bawah berarti posisileke dan tenga yang telah dipasang
sudah pas.
- Soka Leke : Soka leke pada
dasarnya adalah sebuah maklumat atau pernyataan dari para pemilik sa’o
atau anggota suku kepada khalayak tentang kesanggupan anggota suku serta
proses yang telah dilalui sesuai dengan tahapan-tahapan dalam membangun
sa’o mereka.
- Remi Ube/Kobo Ube. Pemasangan ube sa’o
secara keseluruhanselain pintu atau pene sa’o dengan urutan
sebagai berikut : Ulu-wewa , kemo-pali (belakang-depan,
kiri-kanan). Ulu-wewa melambangkan mama atau induk yang melahirkan,
sedangkan kemo-pali melambangkan anak yang dilahirkan, sehingga
sebagai mama harus dipasang terlebih dahulu sebelum anak.
- Wa’e Sa’o. Memberi atap rumah adat. Atap
rumah adat tradisional biasanya dari ilalang.
- Tege Sua Sa’o dan Kawa Pere.Tahapan
ini adalah proses lanjut yg dilaksanakan setelah pembangunan atap rumah
selesai yakni memasukkan symbol-simbol penting yang merupakan lambing
dan identitas rumah yakni Sua Sa’o (lambang hak atau yang disebut
juga dengan sertifikat tradisional) dan Kawa Pere (lambang
kebesaran, kewibawaan sesuai dengan status rumah adat di dalam sebuah
suku).
- Ka Sa’o. Acara puncak sebagai pentabisan rumah adat yang baru sebagai pertanda bahwa rumah adat ini dinyatakan sehat seseuai dengan ketentuan adat untuk dihuni oleh Ana Sa’o. Pada acara ini biasanya dipentaskan tarian Jai Laba Go dan diikuti dengan penyembelihan kerbau dan babi. Tahapan ini akan dihadiri oleh semua Ana Woe (anggota suku/klan), Wai Laki (kelurga besar karena hubungan perkawinan),Lobo Tozo tara dhaga (kerabat jauh dan hubungan perkawinan).