Senin, 05 Oktober 2015

Upacara Yang Berkaitan Dengan Kelahiran

Upacara Yang Berkaitan Dengan Kelahiran
Bagi masyarakat Bajawa tujuan perkawinan adalah melahirkan anak-anak. Ini diungkapkan dengan bahasa adat (Pata Dela) ’Bo moe tewu taba, loka moe muku wuka’ (bertunas bagaikan tanaman tebu, menghasilkan buah bagaikan tanaman pisang).
Kelahiran dalam pandangan masyarakat Bajawa harus diawali dengan perkawinan adat yang melegalkan sanggama antara pria dan wanita, dalam bahasa adat disebut ’beke sese papa pe, pa’a bhara papa dhaga’ (dada saling berhimpitan, paha saling bertindisan) untuk melanjutkan keturunan. Keturunan sangatlah penting guna meneruskan nama marga dan penguasaan harta warisan leluhur secara turun-temurun.
Setiap perempuan yang hamil (ne’e weki) harus ada suami atau ada laki-laki yang menghamili. Dalam bahasa adat dilukiskan dengan ungkapan ’Wae benu toke, uta benu bere, ne’e go mori’ (air penuh bambu sayur penuh keranjang pasti ada yang memasukkan) atau ’Sa a, keka ea, nee go mori (burung gagak bersuara, burung kakatua berkicau, pasti ada penyebabnya).
Kelahiran anak, entah laki-laki atau perempuan, bagi masyarakat Ngada adalah berkah dari leluhur. Karena itu kelahiran anak selalu disyukuri dengan upacara adat dalam berbagai tahapan ritus:

  • Geka Naja: upacara yang dilakukan sesaat setelah anak lahir yang ditandai dengan pemotongan tali pusar (poro puse) dan pemberi nama (tame ngaza). Untuk pemberian nama, biasanya semua daftar nama leluhur disebutkan di depan bayi tersebut sampai sang bayi bersin. Ketika sesudah sebuah nama disebut dan disusul dengan bersinan bayi, maka nama tersebut akan menjadi namanya karena bersin bagi orang Bajawa berarti tanda kesepakatan dari bayi. Pemberian nama melalui cara ini penting dilakukan. Jika tidak, maka anak tersebut tidak akan bertumbuh dengan normal dan sehat. Di sini, kecocokan antara nama dan orang amat menentukan masa depannya.
  • Tere Azi: masyarakat Bajawa memandang ari-ari sebagai kembaran si bayi sehingga harus diperlakukan secara baik. Ari-ari tidak dikuburkan tetapi diletakkan pada suatu tempat yang tinggi ( di atas pohon). Awalnya diletakkan di dasar rumah pokok.
  • Lawi Azi, Lawi Ana atau Ta’u: Upacara bertujuan untuk mengesahkan kehadiran anak dalam keluarga besar dan mensyukuri kelahiran anak yang ditandai dengan penyembelihan babi untuk memberi makan kepada leluhur. Biasanya rambut anak dicukur disebut Koi Ulu.