Mentari pagi merayap malu di antara pegunungan yang menjulang, menyinari hamparan sawah terasering yang menghijau. Di sebuah desa kecil di Toraja, hiduplah seorang gadis bernama Riana. Kulitnya selembut sutra, matanya seteduh embun pagi, dan senyumnya sehangat mentari. Riana dikenal karena kebaikan hatinya dan kepiawaiannya menenun kain Toraja yang indah.
Suatu hari, datanglah seorang pemuda dari desa seberang bernama Aris. Aris adalah seorang pemahat ulung, tangannya mampu mengubah kayu menjadi ukiran yang hidup dan bermakna. Kedatangannya ke desa Riana adalah untuk mengikuti festival seni ukir yang diadakan setiap tahun.
Pertemuan pertama mereka terjadi di pasar desa. Riana sedang menjajakan kain tenunnya, sementara Aris mencari inspirasi untuk ukirannya. Mata mereka bertemu, dan waktu seolah berhenti. Ada getaran aneh yang menjalar di hati mereka, sebuah perasaan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.
Sejak saat itu, mereka mulai sering bertemu. Aris selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi Riana di sela-sela kesibukannya mengikuti festival. Mereka berbicara tentang banyak hal, tentang mimpi-mimpi mereka, tentang kehidupan, dan tentang cinta. Riana terpesona oleh kecerdasan dan kelembutan Aris, sementara Aris jatuh hati pada kecantikan dan kebaikan hati Riana.
Namun, cinta mereka tidaklah mudah. Ada perbedaan adat dan tradisi yang menghalangi. Riana berasal dari keluarga bangsawan, sementara Aris hanyalah seorang pemuda biasa. Keluarga Riana menginginkan ia menikah dengan pria dari kalangan yang sama, agar garis keturunan mereka tetap terjaga.
Riana dan Aris tidak menyerah. Mereka bertekad untuk memperjuangkan cinta mereka. Mereka menemui tetua adat, menjelaskan perasaan mereka, dan memohon restu. Awalnya, para tetua adat menolak, namun kegigihan dan ketulusan cinta Riana dan Aris akhirnya meluluhkan hati mereka.
Para tetua adat memberikan syarat. Aris harus membuktikan bahwa ia pantas menjadi pendamping Riana. Ia harus membuat sebuah ukiran yang melambangkan cinta dan kesetiaan, sebuah ukiran yang akan menjadi simbol abadi bagi cinta mereka.
Aris menerima tantangan itu. Ia bekerja siang dan malam, mencurahkan seluruh hati dan jiwanya ke dalam ukirannya. Ia mengukir sepasang burung Merpati yang saling berhadapan, melambangkan cinta yang tulus dan setia. Di bawahnya, ia mengukir motif Pa'tedong, simbol kekuatan dan keberanian.
Setelah berbulan-bulan bekerja keras, akhirnya ukiran itu selesai. Aris mempersembahkan ukirannya kepada para tetua adat. Mereka terpesona oleh keindahan dan makna yang terkandung di dalamnya. Para tetua adat akhirnya memberikan restu kepada Riana dan Aris untuk menikah.
Pernikahan mereka diadakan dengan meriah. Seluruh desa ikut serta dalam perayaan itu. Riana dan Aris bersumpah untuk saling mencintai dan setia hingga akhir hayat. Ukiran yang dibuat oleh Aris menjadi pusaka keluarga, simbol abadi bagi cinta mereka.
Cinta Riana dan Aris menjadi legenda di tanah Toraja. Kisah mereka mengajarkan tentang kekuatan cinta, tentang keberanian untuk memperjuangkan keyakinan, dan tentang pentingnya menghormati adat dan tradisi.
#Semoga kamu suka cerita ini!


0 Comments:
Posting Komentar
Katorang samua Basudara