Jumat, 03 Juli 2015

IMAMAH KAUM SYI’AH

IMAMAH KAUM SYI’AH
Kaum Syi’ah meyakini bahwa derajat Imamah (kedudukan pemimpin yang dipilih Allah SWT) lebih tinggi daripada keNabian atau keRasulan. Perhatikanlah bahwa di sini kami membandingkan derajat kedudukan dan bukan derajat seseorang. Dengan demikian dua orang imam pilihan Allah SWT yang keduanya memiliki posisi yang mungkin sama di mata Allah SWT, mempunyai derajat yang berbeda. Contohnya, di samping dua belas Imam Ahlulbait, Imam Ali bin Abi Thalib as adalah yang paling saleh. Demikian juga, Nabi Muhammad SAW lebih saleh daripada Imam Ali as meskipun keduanya dipilih Allah SWT sebagai pemimpin.
Dengan kata lain, Nabi Muhammad SAW derajatnya lebih tinggi di antara umat manusia, dan makhluk Allah yang paling saleh, paling dihormati di hadapan Allah SWT. Keyakinan di atas tidak meruntuhkan kedudukannya karena Nabi Muhammad SAW adalah seorang Imam pada zamannya juga.
Namun, membandingkan ‘tugas’ Nabi Muhammad SAW dan Imam bagaikan membandingkan apel dan jeruk atau seperti membandingkan tugas seorang dokter dan ahli teknik. Imamah dan keNabian sangat berbeda fungsinya meskipun keduanya dapat ada pada diri seseorang seperti pada Nabi Muhammad SAW atau Nabi Ibrahim as.

Bukti dari Quran
Orang-orang yang mengenal Quran hingga tahap tertentu, mengetahui bahwa keyakinan ini bukan sesuatu yang aneh. Sebenarnya Quran memberikan bukti bahwa kedudukan imamah lebih tinggi dari pada kedudukan keNabian atau keRasulan. Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung berfirman,
Dan takala Ibrahim diuji oleh tuhannya dengan beberapa perintah, ia melaksanakannya. Kemudian Ia berkata, “Dengarlah! Aku menun­jukmu sebagai pernimpin bagi umat manusia.” (QS. al-Baqarah : 124)

Seperti yang kita lihat, Nabi Ibrahim as diuji oleh Allah SWT selama masa keNabiannya dan ketika ia berhasil melalui ujian itu (ujian dalam hidupnya, meninggalkan istrinya, mengorbankan putranya), ia dianugrahi oleh Allah SWT kedudukan imamah. Hal ini menunjukkan bahwa kedudukan imamah lebih tinggi daripada keNabian yang diberikan kepadanya setelah ia memperoleh kemampuan lebih lainnya. Derajat selalu diberikan dengan tingkatan yang terus meningkat. Kita tidak pernah melihat ada seseorang yang mendapatkan gelar doktoral lalu mendapatkan gelar diploma. Dalam aturan Allah SWT, tiada kekacauan seperti itu. Derajat pertama Nabi Ibrahim as adalah menjadi hamba Allah (abdi), kemudian menjadi Nabi, lalu menjadi Rasul, setelah itu menjadi Khalil, dan terakhir menjadi Imam. Ayat di atas, membuktikan bahwa Allah SWT mengangkat Imam dan pengangkatan Imam bukan urusan manusia.
Berikut ini penafsiran dari kaum Sunni, Yusuf Ali, mengenai ayat di atas (QS. al-Baqarah : 124), berkomentar,
“Kalimat yang secara literal berarti ‘kata-kata’, digunakan dalam makna yang mistis, makna yang hanya diketahui Allah tujuan, kehendak dan ketentuannya. Ayat ini merupakan ringkasan dari ayat-ayat berikutnya. Nabi Ibrahim melaksanakan semua perintah Allah, yaitu mensucikan rumah Allah (baitullah), membangun tempat perlindungan yang suci, Kabah, dan menyerahkan segala kehendaknya kepada kehendak Allah. Ia dijanjikan diberi jabatan sebagai pemimpin bagi dunia. Ia bermohon untuk anak keturunannya dan doanya dikabulkan dengan kekecualian bahwa apabila keturunannya menyimpang dari ajaran Allah, Allah berjanji tidak akan meridhai orang yang terbukti salah.”

Seperti yang kita lihat, Quran dengan jelas membenarkan pandangan Syi’ah dalam hal ini. Tetapi, karena Nabi Ibrahim, Muhammad dan beberapa Nabi lainnya adalah juga Imam, keyakinan ini (Imamah lebih tinggi daripada keNabian) tidak meruntuhkan derajat mereka.
Imam berarti seseorang yang diangkat oleh Allah SWT sebagai pemimpin atau penunjuk (lihat al-Anbiya:73; as-Sajdah:24). Orang-orang harus taat dan mengikuti mereka. Para Rasul adalah pembawa berita dan imam adalah pemberi petunjuk (QS. al-Ra’d:7). Imam adalah cahaya petunjuk (QS. al-An’am: 97).
Muhammad SAW adalah seorang Nabi, Rasul dan seorang Imam. Setelah ia wafat, pintu keNabian dan keRasulan tertutup selamanya. Tetapi pintu imamah (kepemimpinan) masih terbuka karena ia memiliki penerus (khalifah, wakil), artinya seseorang yang melanjutkan kedudukan orang sebelumnya. Jelaslah bahwa pelanjut Nabi Muhammad SAW tidak memiliki derajat keNabian atau keRasulan. Kedudukan mereka hanyalah sebagai imam (pemimpin). Dan jumlah imam ini ada dua belas sebagaimana yang dinyatakan Nabi Muhammad sendiri. Perhatikan juga bahwa Quran dengan jelas menyatakan bahwa imam dan khalifah ditunjuk oleh Allah SWT dan penunjikannya bukan urusan manusia! Untuk membuktikan penunjikan imam oleh Allah SWT. Lihatlah ayat Quran berikut! Shad:20 tentang Nabi Daud, al-Baqarah:124 tentang Nabi Ibrahim, al-Baqarah:30 tentang Nabi Adam, al-A~raf 142, Thaha:29-36 dan al-Furqan:35 tentang Nabi Harun.
Seorang Wahabi mengartikan bahwa kaum Syi’ah bukanlah orang Islam karena mereka meyakini bahwa imamah lebih tinggi daripada keRasulan, tetapi ia tidak memberikan bukti dari Quran atau hadis yang sahih yang menyatakan sebaliknya. Tetapi kami telah memberikan bukti dari Quran dan dengan demikian penilaian kami lebih baik daripada penilaian mereka, apakah anda seorang Islam atau bukan.
Mengenai malaikat, seluruh umat Islam sepakat bahwa tingkatan Nabi lebih tinggi daripada para malaikat. Quran menyatakan bahwa semua malaikat bersujud di hadapan Nabi Adam. Hal ini cukup untuk membuktikan bahwa derajat Nabi lebih tinggi daripada derajat malaikat. Dan berdasarkan kesimpulan sebelumnya bahwa kedudukan imamah lebih tinggi daripada keNabian, maka derajat imam lebih tinggi daripada derajat malaikat juga.
Bukti dari Koleksi Hadis Sahih Sunni
Kaum Syi’ah  lebih jauh  meyakini bahwa dua belas Imam  dari Keluarga Nabi Muhammad SAW memiliki derajat yang lebih tinggi daripada semua  Rasul  kecuali Nabi Muhammad SAW. dengan kata lain, kedudukan pelanjut  bahtera Nabi Muhammad SAW  lebih tinggi  dari pada penerus semua  Nabi sebelumnya. Perhatikanlah bahwa  penerus Nabi – Nabi  sebelumnya   adalah para Nabi ! Berikut ini  referensi dari Hadis Sunni bahwa  Imam Ali  bin Abi Thalib  memiliki kebajikan yang sangat tinggi dari pada   para Nabi  sebelumnya.
Nabi Muhammad SAW berkata :
jikalau engkau ingin melihat  keteguhan  dalam diri Nabi Nuh, ilmu pengetahuan  Nabi Adam, kemurahan Nabi Ibrahim, kecerdasan  Nabi Musa  dan ketaatan Nabi Isa, lihatlah Ali bin Abi Thalib !”1

Cahaya Nabi Muhammad SAW dan Ali mendahului penciptaan Nabi Adam
Salman Farisi meriwayatkan bahwa Rasulullah berkata,

“Aku dan Ali berasal dari cahaya yang sama di dalam genggaman Allah empat belas ribu tahun sebelum Ia menciptakan Adam. Ketika Allah menciptakan Adam, Ia membagi cahaya itu menjadi dua bagian, satunya adalah cahayaku dan satunya adalah cahaya Ali”2

Hal ini dengan jelas menunjukkan  bahwa derajat Nabi Muhammad  SAW dan Imam Ali lebih tinggi  daripada  seluruh manusia yang diciptakan Allah SWT.
Tidak ada orang yang dapat melintasi Jembatan Shirath kecuali dengan izin Ali
Anas bin Malik meriwayatkan, “Ketika kematian Abu Bakar semakin
dekat, Abu Bakar berkata bahwa ia mendengar Rasulullah berkata,
‘Sebuah rintangan menghadang di jembatan Sirath all-Mustaqim. Tidak ada seorangpun yang dapat melintasinya kecuali dengan izin Alibin Abi Thalib.’ Aku mendengar Rasulullah berkata, ‘Aku adalah penghulu para Nabi dan Ali adalah penghulu para Pemimpin.”3

Imam Ali meriwayatkan, “Nabi Muhammad SAW berkata bahwa ketika Allah SWT mengumpulkan orang-orang yang pertama dan yang terakhir masuk surga, sebuah jalan dibentangkan menjembatani neraka. Tidak seorangpun dapat melintasinya kecuali memiliki bukti yang kuat berpemimpin (wilayah) kepada Ali bin Abi Thalib.”4

Ali adalah orang yang menjadi pemisah antara orang-orang yang masuk surga dan orang-orang yang masuk neraka
Nabi Muhammad SAW berkata kepada Ali,
“Engkau adalah orang yang memisahkan orang-orang yang akan masuk ke surga dan orang-orang yang akan masuk ke neraka pada Hari Kiamat. Engkau akan berkata kepada neraka, “Orang ini untukku dan yang itu untukmu.”

Ali berkata, “Aku adalah pemisah orang-orang yang masuk neraka.”6

Nabi Muhammad SAW pernah berkata Ali, “Engkau adalah pemisah orang-orang yang masuk neraka.”7
Dan berikut ini sebuah catatan dari Syafi’i, salah satu imam fikih dari mazhab Sunni :

Ali akan memeriksa umat manusia dan memisahkan apakah mereka masuk surga atau masuk neraka. Ali, orang yang wngat meyakini Nabi Muhammad, adalah pemimpin golongan manusia dan golongan jin. Sekiranya para pengikut Ali adalah Rafidhi sesungguhnya aku termasuk ke dalam golongan itu. Pada saat itu Ali merobek simbol Kabah dan menginjaknya di mana Allah telah meletakkan lengannya pada ‘malam Mikraj’. Sesungguhnya pada ke dua mata Ali terpancar cahaya Allah.

Umar bin Khatab berkata mengenai kebajikan Imam Ali, “Apabila seluruh planet dan tujuh lapis langit diletakkan pada sebuah sisi timbangan dan keimanan Ali pada sisi yang lain, sisi timbangan Ali akan memberati.”8

Ali adalah orang yang paling baik setelah Nabi Muhammad SAW
Jabir meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW berkata, “Ali adalah umat yang paling baik setelahku, dan barangsiapa yang meragukannya, ia adalah orang kafir.”9
Abu Dzar yang mengutip dari Abdullah yang mengutip dari Ali bahwa bahwa Nabi Muhammad berkata, “Barangsiapa yang tidak mengtakan bahwa Ali adalah orang terbaik dalam umatku, ia adalah orang kafir.”10
Barida juga meriwayatkan, “Nabi Muhammad SAW berkata kepada Fathimah, ‘Aku menikahkanmu kepada orang yang paling terbaik dalam umatku, orang yang paling berpengetahuan, sabar dan orang pertama yang masuk Islam di antara mereka.”11

Imam Mahdi  
Sekarang mari kita lihat periode kedatangan Imam Mahdi, Imam terakhir dari keluarga Nabi Muhammad SAW, di masa yang akan datang.
Kaum Sunni telah meriwayatkan dalam kitab-kitab sahih mereka bahwa ketika Imam Mahdi datang, Nabi Isa as akan turun dan shalat di belakangnya. Hal ini menunjukkan bahwa derajat Imam Mahdi lebih tinggi daripada Nabi Isa yang merupakan salah satu Rasul utama Allah.
Diriwayatkan dalam Shahih Muslim bahwa Jabir Abdillah Anshari berkata bahwa ia mendengar  Nabi Muhammad bersabda :
“Sekelompok dari umatku akan berperang demi kebenaran hingga Hari Kiamat mendekat. Saat itu Nabi Isa putra Maryam akan turun dan pemimpin saat itu akan memintanya untuk memimpin shalat tetapi Nabi Isa menolak. Ia mengatakan, “Sesun~guhnya, Allah telah mengangkat di antara kalian pemimpin bagi yang lainnya dan Ia mencurahkan anugrah kepada mereka.”12

Ibnu Abu Shaibah, seorang ahli hadis Sunni lainnya, guru dari Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan banyak hadis mengenai Imam Mahdi. Ia juga meriwayatkan bahwa Imam umat Islam yang akan memimpin shalat Nabi Isa adalah Imam Mahdi.
Jalaluddin Suyuthi menyebutkan,
“Aku telah mendengar beberapa umat yang menyangkal kebenaran yang telah disampaikan tentang Nabi Isa yang ketika datang, ia akan shalat di belakang Imam Mahdi. Mereka mengatakan bahwa Nabi Isa lebih tinggi kedudukannya untuk memimpin shalat daripada seseorang yang bukan Nabi. Ini merupakan pendapat yang aneh karena persoalan tentang Nabi Isa yang akan diimami oleh Imam Mahdi telah dibuktikan secara kuat melalui oleh banyak hadis sahih dari Rasulullah yang paling benar.”13
Selanjutnya Suyuthi meriwayatkan hadis mengenai hal ini. Hafizh dan Ibnu Hajar Asqalani menyebutkan bahwa Imam Mahdi berasal dari umat ini, dan Nabi Isa akan turun dan shalat di belakangnya.14
Hadis ini pun disebutkan oleh ulama lain. Ibnu Hajar Haitsami menuliskan,
“Ahlulbait bagaikan cahaya-cahaya yang menunjuki kami pada jalan yang benar dan apabila cahaya itu disembunyikan kita akan berhadapan dengan tanda kekuasaan Allah yang dijanjikan (Hari Kiamat). Ini akan terjadi ketika Imam Mahdi datang, seperti yang disebutkan dalam hadis dan Nabi Isa akan shalat di belakangnya, Dajjal akan dihancurkan dan tanda-tanda kebesaran Allah akan bermunculan susul menyusul.”15

Semuanya dengan jelas menunjukkan bahwa derajat Imam mahdi as lebih tinggi daripada Nabi Isa as yang merupakan salah satu dari lima Rasul utama Allah.