Uwi Ndota
Sudah
tidak menjadi sesuatu yang baru terdengar lagi uwi ndota dalam
masyarakat Ende. Apalagi kepada penghuni pesisir pantainya. Tanaman ubi yang
sering dikenal dengan sebutan singkong ini istilah masyarakat Ende uwi ai. Sedangkan
uwi ndota adalah ubi yang dicincang. Uwi ndota atau disebut ubi
cincang tersebut menjadi makanan lokal terpopuler yang sehingga kini masih
dikonsumsikan sebagian besar masyarakat pesisir.
Berikut
tahapan yang harus dilalui untuk mendapatkan uwi ndota ini. Sebelum mendapatkan
uwi ndota yang perlu dipersiapkan bahan-bahan pendukung lainnya yaitu; zata
(wadah dari kayu yang bentuk permukaannya rata), topo (parang untuk
cincangnya), nggapi (sebentuk dua batang kayu sebagai pemerasnya), idhe
(wadah sebentuk wajan dari anyaman daun lontar), dan juga uwi ai (ubi
atau singkong). Pastikan semua bahan tersebut telah disiapkan. Semula uwi (ubi)
dikupas kulit luarnya yang kasar lalu dibelah dan dikeluarkan urat yang keras
ditengahnya , setelah itu dibersihkan dengan air atau dicuci terlebih dahulu.
Setelah kegiatan membersihkan ubi tadi langkah selanjutnya dibelah menjadi beberapa
bagian, sehingga membentuk jadi beberapa potongan dan selanjutnya dicincang.
Perlu diketahui sebelum ubi tersebut dicincang siapkan terlebih dahulunya wadah
atau tempat untuk menampung ubi hasil
cincangnya nanti. Setelah semuanya disiapkan mulailah proses cincangnya. Hasil
cincang ubi yang sudah tertampung diwadahnya tadi diperas sampai mengeluarkan
air perasannya sehingga ubi hasil cincang tadi tidak mengeluarkan air
perasannya lagi. Setelah proses perasan selesai maka, ubi tersebut diletakkan
diwadah lainnya dan ditaburi dengan garam secukupnya agar tidak begitu tawar
nantinya.
Setelah
semua langkah tersebut tadi dilakukan secara runut, maka berikutnya adalah
masukkanlah ubi hasil cincang yang sudah diperas dan ditaburi garam tadi ke dalam wadah atau tempat untuk
kukusnya. Ubi yang sudah dimasukkan untuk proses kukus itu didiamkan selama
beberapa menit sehingga hasilnya nanti benar-benar matang. Pada tahapan
pengukusannnya yang perlu diperhatikan adalah nyala apinya jangan sampai
hasilnya nanti menjadi mboto meta dengan kata lain sebagian matang dan
sebagian lainnya tidak matang. Usahakanlah apinya jangan sampai padam. Tahapan
ini sangat penting, karena proses menjadikannya matang perlu penjagaan yang
begitu awasnya.
Setelah
uwi ndota matang, maka letakkanlah di wadah yang permukaannya agak lebar
atau yang disebut idhe itu, sehingga proses penguapan berjalan dan bisa
dengan segera dihidangkan. Uwi ndota lebih enak dimakan dengan lauk ika
nasu ae nio (ikan yang dibakar dan dibuat dengan santan). Dan hasilnya mbeja
dhenggaka enaki (terlalu enak). Semoga dengan demikian pangan lokal ini
tetap tidak terlupakan dan akan selalu dilestarikan, sehingga generasi penerus
tetap menikmati pangan lokal ini uwi ndota.