Minggu, 06 September 2015

Uwi Ndota

Uwi Ndota
Sudah tidak menjadi sesuatu yang baru terdengar lagi uwi ndota dalam masyarakat Ende. Apalagi kepada penghuni pesisir pantainya. Tanaman ubi yang sering dikenal dengan sebutan singkong ini istilah masyarakat Ende uwi ai. Sedangkan uwi ndota adalah ubi yang dicincang. Uwi ndota atau disebut ubi cincang tersebut menjadi makanan lokal terpopuler yang sehingga kini masih dikonsumsikan sebagian besar masyarakat pesisir.
Berikut tahapan yang harus dilalui untuk mendapatkan uwi ndota ini. Sebelum mendapatkan uwi ndota yang perlu dipersiapkan bahan-bahan pendukung lainnya yaitu; zata (wadah dari kayu yang bentuk permukaannya rata), topo (parang untuk cincangnya), nggapi (sebentuk dua batang kayu sebagai pemerasnya), idhe (wadah sebentuk wajan dari anyaman daun lontar), dan juga uwi ai (ubi atau singkong). Pastikan semua bahan tersebut telah disiapkan. Semula uwi (ubi) dikupas kulit luarnya yang kasar lalu dibelah dan dikeluarkan urat yang keras ditengahnya , setelah itu dibersihkan dengan air atau dicuci terlebih dahulu. Setelah kegiatan membersihkan ubi tadi langkah selanjutnya dibelah menjadi beberapa bagian, sehingga membentuk jadi beberapa potongan dan selanjutnya dicincang. Perlu diketahui sebelum ubi tersebut dicincang siapkan terlebih dahulunya wadah atau tempat untuk menampung ubi  hasil cincangnya nanti. Setelah semuanya disiapkan mulailah proses cincangnya. Hasil cincang ubi yang sudah tertampung diwadahnya tadi diperas sampai mengeluarkan air perasannya sehingga ubi hasil cincang tadi tidak mengeluarkan air perasannya lagi. Setelah proses perasan selesai maka, ubi tersebut diletakkan diwadah lainnya dan ditaburi dengan garam secukupnya agar tidak begitu tawar nantinya.
Setelah semua langkah tersebut tadi dilakukan secara runut, maka berikutnya adalah masukkanlah ubi hasil cincang yang sudah diperas dan ditaburi garam  tadi ke dalam wadah atau tempat untuk kukusnya. Ubi yang sudah dimasukkan untuk proses kukus itu didiamkan selama beberapa menit sehingga hasilnya nanti benar-benar matang. Pada tahapan pengukusannnya yang perlu diperhatikan adalah nyala apinya jangan sampai hasilnya nanti menjadi mboto meta dengan kata lain sebagian matang dan sebagian lainnya tidak matang. Usahakanlah apinya jangan sampai padam. Tahapan ini sangat penting, karena proses menjadikannya matang perlu penjagaan yang begitu awasnya.

Setelah uwi ndota matang, maka letakkanlah di wadah yang permukaannya agak lebar atau yang disebut idhe itu, sehingga proses penguapan berjalan dan bisa dengan segera dihidangkan. Uwi ndota lebih enak dimakan dengan lauk ika nasu ae nio (ikan yang dibakar dan dibuat dengan santan). Dan hasilnya mbeja dhenggaka enaki (terlalu enak). Semoga dengan demikian pangan lokal ini tetap tidak terlupakan dan akan selalu dilestarikan, sehingga generasi penerus tetap menikmati pangan lokal ini uwi ndota.