Hanya mereka yang memenuhi syarat yang dapat menjadi anggota militersuatu negara.
Hal itu wajar, mengingat tanggungjawab militer yang begitu besar, yakni untuk melindungi dan mempertahankan kedaulatan negara.Salah satu cara yang dilakukan oleh militer untuk menjaring individu yang terbaik adalah dengan menetapkan prosedur latihan dan seleksi yang ketat serta menantang -- dari segi fisik dan mental.
Dari berbagai contoh, berikut 7 latihan atau seleksi militer paling gila di seluruh dunia, seperti Liputan6.com kutip dari KickassFacts (9/3/2018).Tes 'jalan menuju surga' adalah tahap akhir dari Program Pelatihan Pasukan Amfibi Korps Marinir Taiwan.
Uji ketahanan fisik dan mental itu merupakan ujung dari rangkaian pelatihan program intensif yang berjalan selama 9 pekan.
Seperti dikutip dari KickassFacts, tes itu mengharuskan peserta program untuk merayap di atas jalur berbatu dan berkarang sepanjang 45 meter -- menyimulasikan skenario penyerbuan di pesisir pantai.
Tak hanya menguji ketahanan fisik, tes itu juga dilakukan sebagai bentuk uji ketahanan mental. Karena, peserta melakukan tes tersebut setelah 4 hari tanpa tidur
Salah satu proses latihan dan seleksi yang dilakukan oleh tentara Belarus untuk tergabung menjadi anggota Special Unit (Pasukan Khusus) adalah melakukan lari halang-rintang sejauh 10 Km.
Tes itu merupakan rangkaian dari paket program tes demi menguji ketahanan fisik para calon anggota Special Unit.
Salah satu rintangan yang harus dilalui oleh para calon anggota dalam tes tersebut adalah memanjat tembok yang diselimuti bara api.
Tidak alat bantu ekstra -- terkecuali yang sudah disediakan oleh panitia -- yang dikenakan para calon anggota dalam melakukan tes itu, yang justru semakin menambah kesulitan uji coba tersebut.
Oh ya, sebelum melakukan tes panjat tembok api tersebut, para calon anggota telah terlebih dahulu melewati beragam halang rintang sulit yang menguji kapabilitas fisik.
Dan, di garis akhir, para calon anggota juga langsung melakukan simulasi close-quarter combat atau pertarungan jarak dekat.
Seperti dikutip dari KickassFacts, salah satu program latihan baru yang wajib dilakukan oleh para anggota Korps Marinir AS (USMC) adalah meminum darah ular.
Kabarnya, latihan itu terinspirasi oleh format uji mental dan teknik bertahan hidup dari militer negara-negara Asia Timur dan Asia Tenggara Tenggara, seperti Indonesia, Thailand, Jepang, dan Filipina.
Bagi Korps Marinir AS, tujuan latihan itu tetap sama, yakni menguatkan mental para 'the Devil's Dogs' -- julukan USMC -- dan teknik bertahan hidup dalam skenario pertempuran gerilya di hutan belantara (guerilla-jungle warfare).
Kini, tes itu rutin mereka lakukan jika tengah berlatih bersama dengan militer dari negara-negara Asia Timur-Tenggara.
Oh ya, dikabarkan, Menteri Pertahanan AS James Mattis -- yang merupakan Jenderal Purnawirawan USMC -- suka dengan teknik latihan semacam itu.
Pada kunjungannya ke Jakarta pada Januari 2018 lalu, personel Komando Pasukan Khusus TNI-AD menyuguhkan simulasi tes membunuh dan meminum darah ular sebagai seremoni perpisahan Mattis yang hendak bertolak dari Tanah Air ke Vietnam.
Melihat aksi para Kopassus, Jim 'the Mad Dog' Mattis kagum.
"Ularnya! Kalian lihat cara mereka membuat ular-ular itu lelah dan mereka memutar-mutar ular itu," kata Mattis kepada reporter Reuters di Jakarta, seperti dikutip dari media AS, The Drive (25/1/2018).
Melanjutkan komentarnya terhadap aksi para prajurit Kopassus tersebut, Jim Mattis mengatakan, "Kalian bisa bayangkan latihan para individu tersebut sehingga mereka bisa melakukan aksi itu. Ketika Anda melihat pasukan melakukan banyak hal kecil seperti itu dengan sempurna, bayangkan mereka melakukan hal besar bersama-sama."
Seperti dikutip dari KickassFacts, Pasukan Khusus Rusia melakukan tes gila yang mengancam nyawa itu demi menguji mental dan kapabilitas tempur dalam jarak dekat (Close-quarter combat).
Skenarionya, dua personel saling berhadap-hadapan dalam jarak yang cukup berdekatan. Mereka dipersenjatai dengan sebuah pistol berpeluru tajam. Tubuh mereka dilindungi dengan sebuah rompi kevlar anti-peluru.
Ketika diperintahkan oleh instruktur, keduanya mulai beradu cepat menembak satu sama lain di dada atau tepat di area tubuh yang dilindungi kevlar.
Dan skenario itu dilakukan berkali-kali.
Bahkan, dalam satu skenario, masing-masing di antara mereka diminta untuk terus saling tembak-menembak hingga diperintahkan berhenti.
Gagasan di balik latihan itu adalah menguatkan mental para pasukan jika terkena peluru dalam baku tembak. Latihan itu juga dilakukan demi mempersiapkan para personel agar tetap mampu melakukan counter-attack di tengah hujan peluru musuh.