• This is slide 1 description. Go to Edit HTML of your blogger blog. Find these sentences. You can replace these sentences with your own words.
  • This is slide 2 description. Go to Edit HTML of your blogger blog. Find these sentences. You can replace these sentences with your own words.
  • This is slide 3 description. Go to Edit HTML of your blogger blog. Find these sentences. You can replace these sentences with your own words.
  • This is slide 4 description. Go to Edit HTML of your blogger blog. Find these sentences. You can replace these sentences with your own words.
  • This is slide 5 description. Go to Edit HTML of your blogger blog. Find these sentences. You can replace these sentences with your own words.

Muhasabah

"BILA TAKDIR BERBICARA, LIDAH KELU TIDAK TERKATA. ALLAH ITU MAHA ADIL, MAHA MENGETAHUI SETIAP KEHENDAK HAMBA-NYA. TARBIYAH-NYA PENUH HIKMAH. BILA HATI TAWAKAL PADA-NYA, KETENANGAN PASTI MENYINGGAH. TERSENTUH AKAN NIKMAT KASIH-NYA PADA DIRI. KATAKAN PADA HATI, SEGALANYA PUNYA HIKMAH YANG TELAH CANTIK DI SUSUN -NYA. SENYUM LAH SELALU WALAU DI UJI, WALAU HATI RASA TAK MAMPU DENGAN UJIAN. KITA PERLUKAN-NYA LEBIH DARI SEGALA-GALANYA. DI MANA DIA DI HATIKU? CARILAH DIA DISETIAP LANGKAH"
Hati manusia sering kali diuji. Hanya bertemankan iman untuk mengharungi perasaan yang Allah anugerahkan ini. 
Saat hati diuji dengan kecintaan pada manusia, airmata menjadi peneman setia. Hanya Allah tempat meluah segala, hanya Dia mengetahui isi hati hambaNya. Sungguh, perasaan ini fitrah. Allah hadiahkan buat semua hambaNya, sebagai satu nikmat tatkala ia digunakan ditempat yang betul,juga sebagai ujian tatkala ia bukan pada masa dan orang yang selayaknya. Kerisauan menerpa, andai perasaan ini menjadikan kecintaan pada Allah itu bukan yang utama.
 Aku hamba Tuhanku, bukan hamba cinta manusia..!
 Seringkali berdoa agar Allah hilangkan perasaan yang bukan pada tempat dan waktunya, supaya dapat terus mengharungi kehidupan seperti biasa. Dan Allah itu Maha Mengetahui apa yang terbaik buat hambaNya. Andai diberikan lagi ujian menguji hati, lebih hebat dan perlunya ketahanan Iman yang lebih mantap untuk mengharungi ujian ini.
 Sungguh, Dia menguji dengan hikmah. Setiap darinya diselitkan pengajaran, bukan sekadar ujian kosong. Berdiri hari ini, meneruskan langkah, berbekal keyakinan yang tinggi padaNya, berserah segala padaNya. Meniti hari dengan tanda tanya yang hanya Allah akan beri jawapan suatu hari nanti.

Antara bertemu cinta manusia, atau lebih pasti untuk bertemu janji denganNya di akhirat sana.! Aku hanya manusia biasa, kita hanya manusia biasa, yang sedang sentiasa cuba perbaiki diri. Mengagumi srikandi Islam dahulu,mengagumi sahabat-sahabt Nabi terdahulu, namun jauh sekali dibandingkan dengan mereka.  Mendidik diri, mendidik jiwa, mentarbiyah hati agar terus kuat melangkah dengan pasti, penuh keyakinan pada janji Ilahi. Berpegang teguhlah dengan tali Allah, agar kita tahu bahawa Allah sedang melakar sesuatu yang indah sebagai jalan kehidupan kita walau ia ujian sukar buat kita.
 “Rabbi Yassir Wala Tu’assir, Rabbi Tammim Bil Khair”
Ya Allah, permudahkanlah jangan kau susahkan, semoga segalanya berakhir dengan baik
 “Hasbunallah wa ni’mal wakil”
Allah cukup bagiku dan Dialah sebaik baik penjaga
 Notakaki : Andai bidang pengurusan perniagaan mengajar kita mengurus sebuah perniagaan dengan baik, perlunya juga kita belajar bidang pengurusan hati agar ia dapat diurus dengan baik berpandukan iman dalam diri.
(sumber :http://myheartinislam.blogspot.co.id/2013/11/manusia-dan-ujian-hati-muhasabah-diri.html)

Kisah Tentang Gunung Ia dan Meja

Kisah Percintaan Gunung
Bergeser ke timur nusantara kita akan mendengar kisah tentang gunung yang sangat menarik, tepatnya di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Alkisah di masa dahulu kala terdapat dua orang pemuda bernama Meja dan Wongge. Meja adalah pemuda yang jujur, bersahaja, rupawan dan baik hati, sedangkan Wongge berpenampilan sebaliknya, baik fisik maupun sifat dan wataknya. Kedua pemuda ini kebetulan mencintai seorang pemudi bernama Iya, tokoh melankolis yang menjadi pujaan desa atau bisa disebut kembang desa, baik karena memiliki kepribadian yang baik hati dan ditunjang dengan paras yang cantik. Meja dan Wongge akhirnya memberanikan diri melamar Iya, namun hanya pinangan Meja yang diterima sedangkan pinangan Wongge ditolak.
Tidak menerima lamarannya ditolak, Wongge akhirnya marah besar, begitu sakit hati karena cintanya ditolak. Kemudian Wongge beritikad jahat dan akan melakukan segala cara untuk coba menghalangi hubungan antara Iya dan Meja. Wongge berencana untuk membunuh Meja sebagai cara untuk mencegah bersatunya Iya dan Meja dalam perkawinan, dan berpikir bahwa dengan terbunuh Meja setidaknya Wongge berharap bisa mendapatkan cinta Iya. Di suatu hari ketika Meja dan Iya sedang berduaan, Wongge dengan penuh amarah datang dan menebas putus kepala Meja dengan parang, Meja seketika tewas tak bernyawa disamping Iya. Entah, mungkin karena kejadian ini merupakan pelanggaran adat, maka menjelmalah ketiga tokoh ini menjadi gunung. Meja menjadi gunung di selatan Kota Ende, Iya menjadi gunung di Semenanjung Ende dan Wongge menjadi gunung yang terletak di Utara Kota Ende.
Kepala Gunung Meja yang ditebas Gunung Wongge terlempar ke arah Timur Laut dan menjelma menjadi Pulau Koa yang terletak tepat di timur Kota Ende, sebagai pulau karang yang tidak berpenghuni. Pulau ini terbilang misterius karena konon kabarnya sudah ada beberapa kali usaha pengeboman di masa pendudukan Jepang, tapi kemudian tumbuh kembali seperti semula. Atas kejadian tersebut hingga saat ini masyarakat Ende tak akan pernah mengijinkan upaya pemerintah untuk menghancurkan Pulau Koa, karena keberadaannya dianggap dapat menganggu aktivitas dan keselamatan penerbangan di Lapangan Terbang H. Hasan Aroeboesman Ende. Jika saja kemudian akhirnya Pulau Koa berhasil diratakan atau dihilangkan, maka dipercaya bahwa Gunung Iya akan terus menangis yang akan mengakibatkan air laut pasang tinggi dan bisa saja menenggelamkan Kota Ende dan membuat semenanjung Ende menjadi pulau tersendiri, sehingga masyarakat Ende senantiasa menjaganya sebagai pulau kramat untuk menolak bala. Masih menurut cerita beraroma mistis, bahwa Pulau Koa di saat-saat tertentu pindah kembali menduduki tubuhnya di Gunung Meja. Sedangkan Gunung Wongge yang telah membunuh Gunung Meja akhirnya merasa bersalah dan menyesali perbuatannya dan lalu menyingkir jauh ke arah Utara Kota Ende. Parang yang di gunakan Gunung Wongge memenggal kepala Gunung Meja dibuang jauh ke arah barat dan menjelma menjadi Pulau Ende, Pulau yang diyakini masyarakat Ende sebagai parang milik Wongge, karena bentuknya yang menyerupai parang yang memanjang.


Gunung Iya disemenanjung Ende yang dilihat dari sisi timur, tampak Gunung Meja dengan Pulau Koa sebagai kepalanya yang terpenggal ( photo: lilianatwin.wordpress.com)
Sementara itu Gunung Iya yang merasa sedih karena terbunuhnya Gunung Meja, kemudian menunjukkan amarahnya dengan menjadi gunung berapi, yang masih aktif hingga saat ini. Konon kabarnya jika Gunung Iya mengeluarkan asap atau mengeluarkan semburan, maka masyarakat Ende meyakini bahwa Gunung Iya sedang menangis dan bersedih menyimpan kemarahannya hingga kini. Gunung Iya masih setia mendampingi Gunung Meja yang memang letaknya berdekatan. Sebagai kekasih Gunung Iya, jasad Gunung Meja menjadi pelindung bagi Kota Ende, jika sewaktu-waktu Gunung Iya meletus.
Meja, Iya dan Wongge kini telah menjadi tiga gunung yang bersaksi, walau hanya sebatas mitos ketiga gunung ini menjadi pesona tersendiri di Kabupaten Ende. Setiap kedatangan anda ke Kota Ende, akan terlihat jelas keberadaan Gunung Meja dengan puncak yang hilang, seolah terpenggal dan sesuai juga dengan namanya yang menyerupai meja yang rata dan datar. Keindahan alam yang diselimuti mitos tampaknya telah menarik perhatian para wisatawan lokal dan mancanegara yang telah mengakui keindahan alam di Ende ini. Pemandangan semenajung Ende dengan panorama Gunung Iya-nya, pesisir pantai dengan kepala Gunung Meja atau Pulau Koa, dan Bandara H. Hasan Aroeboesman dengan pemandangan Gunung Meja-nya yang mungil dan elegan, sebagai pelindung dan ikon kota serta juga keindahan Pulau Ende yang disebut sebagai kelewangnya Wongge. 


 Panorama Gunung Meja yang hampir bisa dilihat dari sudut-sudut Kota Ende, dilihat dari Lapangan Perse
Kisah cinta di atas secara sosial antropologis memberikan gambaran apa arti sesungguhnya cinta, bahwa cinta bukan sesuatu yang dipaksakan tetapi sesuatu yang harus dihargai. Hubungan personal lawan jenis lebih diikat dalam apa yang sering disebut chemistry atau unsur yang mengikat untuk saling memiliki di antara dua orang, yang juga sangat tergantung dari pembawaan diri masing-masing. Bukan sebuah pemaksaan kehendak, karena sesungguhnya dalam hubungan lawan jenis yang dicari adalah kebahagiaan. Amarah, dendam, kesombongan, iri hati dan rasa cemburu akan selalu ada dalam setiap manusia, hanya diperlukan pengendalian diri, jika tidak semuanya akan berujung kepada penyesalan. Legenda kisah percintaan tiga gunung, Gunung Meja, Wongge dan Iya di atas setidaknya menjadi petuah bijak bagi konteks kehidupan masyarakat lokal, bahwa harmoni kehidupan akan berjalan dengan baik jika kita saling menghargai perbedaan dan menerima kekurangan. Walau memang hanya sebatas mitos, kisah ini membawa pesan moral yang berarti dan menjadi pendidikan bagi anak-anak, baik sebagai dongeng menjelang tidur, berbagi cerita dengan teman sepermainan, menjadi bahan bacaan di sekolah atau juga bahan yang diceritakan di depan kelas.


Menyeberang ke Pulau Ende – Flores

Menyeberang ke Pulau Ende – Flores

Kali ini saya punya kesempatan menyeberang dan jalan-jalan ke pulau kecil yang ada di Nusa Tenggara Timur yaitu Pulau Ende. Pulau yang berada di selatan Pulau Flores ini, tepatnya berada di Barat Daya Kabupaten Ende. Nama pulau diambil dari nama kabupaten induknya, dan juga sama dengan nama ibu kota kabupaten. Menurut mitologi masyarakat setempat, Pulau Ende adalah jelmaan parang yang digunakan oleh Gunung Wongge untuk memenggal kepala Gunung Meja. Hal ini terlihat dari bentuk pulau yang menyerupai parang yang memanjang. Kisah tentang mitos Pulau Ende dapat dibaca lengkap di sini
Pulau Ende memiliki luas 63,03 km², yang didiami oleh ± 8.621 penduduk yang menempati sembilan desa yaitu Desa Ndoriwoy, Rendoraterua, Paderape, Aejeti, Puutara, Rorurangga, Redodori, Kazokapo dan Rendamenge. Umumnya masyarakat pulau kecil ini, memilih pekerjaan sebagai nelayan dan pedagang. Demikian juga dengan bahan makanan utama bukanlah beras sebagaimana penduduk daratan Flores. Konsumsi utama masyarakat Pulau Ende adalah singkong. 
 Jalur laut menuju Pulau Ende dilayani dengan kapal motor kayu atau oleh masyarakat setempat menyebutnya dengan istilah “taxi laut”, dari pelabuhan di Pasar Mbongawani Kota Ende ke Pulau Ende pulang pergi setiap harinya. Terdapat lima kapal yang beroperasi yaitu, kapal motor Harimau I, Harimau II, Harimau III, Al-Amin I dan Al-Amin II. Dengan jadwal rute pelayaran dari Pelabuhan Kota Ende ke Pulau Ende pukul 9.00 pagi dan 12.30 siang, sedangkan dari Pulau Ende ke Pelabuhan di Kota Ende pukul 05.00 pagi dan 12.30 siang. Masing-masing jadwal dilayani dua kapal, dengan waktu tempuh ± 45 menit untuk perjalanan sejauh 40 mil dari dan ke Pulau Ende. Di Pulau Ende kapal akan menyinggahi tiga pelabuhan di tiga desa yaitu Desa Paderape, Desa Puutara dan Desa Ekoreko. Ongkos menyeberang ke Pulau Ende antara Rp. 7.500-10.000, fluktuasi sesuai dengan harga BBM yang naik turun. 
Sarana transportasi kapal ini juga menarik untuk dibahas, seperti kapal yang memiliki dua dek yang diperuntukan bagi para penumpang. Dek dasar pada lambung kapal digunakan untuk penyimpanan barang penumpang, sedangkan dek atas tengah digunakan khusus untuk penumpang perempuan dan anak-anak. Untuk penumpang laki-laki dapat menempati dek pada haluan dan buritan. Kapal juga dilengkapi dengan kamar kecil pada buritan bawah kapal. Nahkoda yang menjalankan kemudi kapal menempati ruang bersama para penumpang laki-laki di dek buritan atas. Dalam satu pelayaran kapal bisa memuat hingga 100 orang penumpang, belum ditambah dengan barang-barang bawaan penumpang dan beberapa kendaraan roda dua yang bisa ditempatkan di samping dan haluan kapal. Karena infrastruktur pelabuhan yang belum memadai, maka untuk naik turun ke pantai harus menggunakan perahu kecil yang juga bisa digunakan laksana sekoci. Selain dilayani dengan kapal reguler juga terdapat kapal mesin yang bisa disewa jika pelayaran tidak pasti, seperti keperluan mendadak atau terjadinya perubahan cuaca. Perlu diingat bagi para pengunjung ke Pulau Ende, bahwa tidak terdapat penginapan sehingga pilihannya adalah pulang pada siangnya atau menginap di rumah-rumah penduduk.
 Penduduk Pulau Ende adalah 99,9% beragama Islam yang ditandai dengan keberadaan 13  mesjid dan tiga buah langgar. Sedangkan 0,01% adalah pendatang yang beragama lain, dengan maksud tidak untuk menetap, seperti pekerja proyek, pegawai pemerintahan dan tamu dari luar. Walau demikian sebagai pulau yang diisolasi dengan lautan, mempengaruhi masyarakat Pulau Ende dari masa lalu, sehingga banyak kisah dan peristiwa mistis yang ada di pulau ini seperti dinding batu yang mengeluarkan air merah darah (ngazumbu), batu ceper yang berbentuk bulat yang bisa mencukupi berapapun jumlah orang yang melengkarinya (bekas kediaman Embu Rembotu), Pulau yang berpindah-pindah (Pulau Songo), relasi geografis antara Pulau Ende dengan kiblat umat muslim di Mekah, dan masih banyak lagi. Sedangkan peristiwa mistis massal yang pernah terjadi yaitu ru’upota, yaitu hilangnya organ seksual pada anak-anak hingga orang dewasa, yang pada laki-laki kehilangan kelaminnya, sedangkan perempuan kehilangan payudaranya. Selain hal-hal mistis, terdapat juga destinasi wisata sejarah seperti bekas reruntuhan benteng Portugis di dusun Kemo Desa Rendoraterua dan juga diperkirakan ada di dusun Metinumba Desa Paderape.
 Ada beberapa versi masuknya Islam ke Pulau Ende yang diperkirakan sebelum abad ke-15, seperti dibawa oleh Jal Jaelani Wal Ikram atau dikenal degan nama Embu Rembotu dan juga ada keyakinan bahwa dibawa langsung Imam Safi’I sebagai utusan dari tanah Arab. Sedangkan versi lain bahwa Islam di bawa oleh orang-orang Makasar yang dulunya dikenal sebagai perompak (bajak laut). Di masa penguasaan Portugis sekitar awal abad ke-17, penduduk Pulau Ende sempat dikonversi menjadi pemeluk Katolik, namun seiring dengan berakhirnya kekuasaan Portugis di Pulau ini di akhir abad ke-18, penduduk pulau kembali menjadi pemeluk Islam yang taat secara turun temurun hingga kini. Pernah ada wacana pemerintah daerah kabupaten untuk merekonstruksi kembali situs benteng dan peribadatan peninggalan Portugis, tetapi ditolak oleh masyarakat.
 Konon penduduk Pulau Ende berasal dari keturunan pasangan Redodori dan Ndoriwoi (yang kini menjadi nama desa di Pulau Ende). Diceritakan bahwa terdapat seorang perempuan jelmaan dari laut yang bernama Ndoriwoi, sebagai mahluk jelmaan Ndoriwoi diam-diam mencintai seorang pemuda lajang yang kesehariannya sebagai nelayan bernama Redodori. Setiap pulang setelah melaut, Redodori selalu mendapati makanan telah disiapkan dirumahnya. Karena rasa penasarannya, maka Redodori meminta masyarakat untuk mengumpulkan ludah hasil memakan sirih pinang, untuk ditumpahkan ke perahu yang biasa Redodori gunakan. Redodori menginstruksikan masyarakat untuk mengabari hingga pelosok desa, seolah Redodori sudah meninggal. Sesaat setelah mendengar kabar tersebut, Ndoriwoi muncul untuk menangisi kematian Redodori di samping perahunya. Di saat itulah diketahui perempuan yang selama ini diam-diam menyiapkan santapan Redodori selama ini. Masyarakatpun dibuat tercengang oleh mahluk jelmaan ini dan lalu menangkapnya. Namun akhirnya Redodori bersedia menikahi Ndoriwoi dan anak keturunan mereka kemudian menjadi penghuni Pulau Ende hingga saat ini. Dan kemudian pulau Ende didatangi oleh para pendatang dari Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, yang menetap dan berbaur dengan masyarakat setempat. Berada di Pulau Ende, dengan budaya bercorak keislamannya, membawa ketentraman hati dan keramahan laku yang akan disuguhkan untuk para pengujung dan tamu. (*)


ASAL MULA KOTA ENDE

ASAL MULA BERDIRINYA KOTA ENDE
Cerita asal mula berdirinya Nua Ende meningkat menjadi Kota Ende, samar-samar saja. Dongeng-dongeng yang mengarah kesana tidak sama benar. Fragmen sejarah tidak memberi kejelasan. Karena itu tidak mudah memberikan jawaban atas pertanyaan : Oleh siapa dan kapan Nua Ende di mulaikan. Mythos yang samar-samar perlu diteliti bersampingan dengan fragmen sejarah, agar dua sumber ini saling membantu dalam usaha mencarikan jawaban yang baik dan benar serta lebih otentik.
1)    Segi Mythos
Mythos didirikan Nua Ende adalah unsur pra sejarah yang dapat dijadikan sumber penelitian. Dongeng-dongeng yang diteliti ini adalah kutipan dari karangan S.Roos “ Iets Over Ende “ dan karangan Van Suchtelen tentang onderafdeling Ende.
S.Roos membicarakan antara lain masalah berdirinya Nua Ende dan Tanah Ende B.B.C.M.M. Van Suchtelen Kontroleur onderafdeling Endemengemukan mythos Dori Woi, Kuraro, Jari Jawa. Perbedaan antara S.Roos dan van Suchtelen ialah mythos Kontroleur S.Roos (Sumbi) dibawakan dengan umum saja, sedangkan mythos Van Suchtelen diceritakan dengan diperinci.
S.ROOS Tentang Nua Ende ,Tana Ende
Walaupun tidak diperinci namun ceritera yang dikemukan Roos amat berharga. Diceriterakan kepadanya tahun 1872 bahwa kira-kira sepuluh turunan lalu sudah turun dua orang dari langit, Ambu Roru lelaki dan Ambu Mo` do wanita. Mereka kawin dan mendapat lima anak, tiga wanita dua lelaki. Satu wanita menghilang tanpa kembali lagi. Empat anak yang lain melanjutkan turunan Ambu Roru dan Ambu Mo`do
Pada suatu hari, Borokanda, Rako Madange, Keto Kuwa bersampan dari Pulau Ende ke Pulau Besar karena mereka memasang bubuk disana, untuk menangkap ikan.Mereka mendapat banyak ikan yang separohnya mereka makan ditempat dan yang sisa mereka bawa ke rumah. Sementara makan itu datang tuan tanah Ambu Nggo`be yang diajak turut makan.Pertemuan mereka membawakan persahabatan.
Ambu Nggo`be mengajak orang-orang itu meninggalkan Pulau Ende supaya berdiam dipulau besar. Anak isteri dan harta milik dapat diboyong kemudian Ambu Nggo`be berikan tanah dengan syarat mereka harus bayar, satu gading dan se utas rantai mas. Bahan warisan itu masih disimpan Kai Kembe seorang turunan lurus Ambu Nggo`be. Jadi semua syarat dipenuhi dan diselesaikan.Mereka menebang pohon dan semak memulaikan perkembangan yaitu Nua Roja yang kemudian diganti dengan nama Nua Ende.
Terjadi kawin mawin antara penduduk asal pulau Ende dan penduduk asli. Maka putera Ambu Roru kawin dengan putera Ambu Nggo`be.Beberapa waktu kemudian datang seorang lelaki dari Modjopahit dengan mengendarai ngambu atau ikan paus. Ia berdiam di Ende dan kawin dengan wanita anak putera ambu Roru dan Ambu Nggo`be .Pun seorang Cina berdiam di Ende dan kawin dengan dari keluarga sama ini. Orang Cina itu bernama Maga Rinu ( Sic Bapak Kapitan Nggo`be ).
Dari ceritera ini dapat disimpulkan bahwa Nua Ende dimulaikan oleh Ambu Nggo`be dan bantuan Ambu Roru dari Pulau Ende dan bantuan orang Majapahit serta orang Cina. Pengambil inisiatip dan penanggung jawabannya ialah Ambu Nggo`be sebagai tuan tanah besar.
B.B.C.M. Van suchtelen tentang Ende dan tana Ende.
Tiga dongeng berikut ini lebih terperinci yakni dongeng Dori Woi, Kuraro dan Jari Jawa.
A. Mythos Dori Woi
Atas kebaikan Dori Woi, Sanga Kula menjadi penduduk pertama Pulau Ende. Karena tidak mempunyai anak ia jadikan Raja Redo anak angkat. Redopun tidak mempunyai anak sehingga Ambu Roru dijadikan anak angkatnya. Ambu Roru kawin dengan Puteri Nuru Laila ( Nur Laila) asal daun lontar dan mendapat dua anak wanita, Ambu Mo’do dan Peteri Samasa. Puteri Samasa berangkat ke langit dan menghilang. Tetapi ia turun lagi ke Luwu, lalu kawin dengan seorang putera Luwu. Mereka ini menurunkan raja-raja Luwu di Sulawesi. Ambu Modo kawin ambu nggo’be dari Onewitu. Seorang puera mereka Mosa Pid kawin dengan wanita Sumba kemudian dengan wanita Nggela. Dari perkawinan ini dilahirkan dua puteri Soru dan Toni.
Soru kawin dengan Lesu Bata dari Sikka( teks asli Lika) dan menurunkan raja-raja Sikka. Toni kawin dengan Ambu Jua dari Ambutonda, menurunkan raja-raja Ende. Jelas dari dongeng Dori Woi bahwa ia penurun turunan raja-raja tetapi melalui Ambu Nggo’be. Ambu Nggo’be kawin juga dengan wanita dari Sikka bernama Sodong ( sic Bapak Kapitan Nggo’be). Dari cerita ini dapat dilihat bahwa berbagai orang turut membangun Nua Ende. Tetapi pengambil inisiatip dan penanggung jawabnya adalah tuan tanah yaitu Ambu Nggo’be.
B. Kuraro dan Nua Ende, Tana Ende
Seorang puteri Tonggo hamil dari kerbau putih. Ketika ayahnya mau membunuh kerbau ia halang-halangi karena kerbau putih itu suaminya. Ayah marah dan menolak dia dari gunung ke lembah. Dari peristiwa ini perempuan itu disebut Ambu Kora. Ia lahirkan puteranya Raro. Mereka berpindah ke Pulau Ende lalu tinggal dengan Sugi Mbo, Mosa Pio. Dalam perang dengan Numba mereka bantu Barai lawan Numba. Ketika Numba dan Barai bersatu lagi mereka terpaksa meminta tanah tempat kediaman kepada Embe Nggo’be dari Detu Kou. Tanah yang diberikan dibagi oleh Mosa Pio ialah Kora dan Raro mendapat Kuraro serta Sugi Mbo dan Mosa Pio mendapat yang sisa dimana mereka mendirikan Nua Ende. Pun cerita ini menjelaskan bahwa berbagai orang turut dalam meletakkan dasar bagi Nua Ende tetapi penanggung jawab resmi dan terutama ialah tuan rumah Ambu Nggo’be yang realisasinya memanfaatkan berbagai tenaga sahabat.
KESIMPULAN MYTHOS S. ROOS DAN VAN SUCHTELEN
Dari cerita donggeng-donggeng ternyata peranan Ambu Nggo’be menentukan, karena mempunyai kedudukan sebagai tuan tanah besar. Jadi usaha membangunkan Nua Ende ada suatu usaha menurut rencana Ambu Nggo’be. Dasar Nua Ende ini dalam perkembangannya sejarah meningkat menjadi Kota Ende. Dalam kegiatan membangun Kota Ende, Ambu Nggo’be memanfaatkan berbagai tenaga antara lain Ambu Roru, Sugi Mbo, Mosa Pio, Jari Jawa, Maga Rinu. Dua tenaga akhir adalah tenaga Jawa Majapahit dan tenaga Cina karang kapal. Jadi jawaban mythos terhadap pertanyaan siapa yang mendirikan kota Ende ialah Ambu Ngoo’be, cs Nua Ende di zaman Ambu Nggo’be adalah kota Ende in making.
Cacatan.
1.    S. Roos 1872. Tanah Ende terdiri dari satu negeri besar didataran pesisir. Batas-batasnya : Barat teluk Ende, Timur teluk Ipi, Utara gunung-gunung Ende, Selatan Gunug Meja, Roja, Ia serta Tanjung Ia yang menceraikan teluk Ipi dari teluk Ende.
2.    Nua Ende terletak menyusur pantai. Tak terlihat dari pantai sebab ditutup duri perang (cactus). Jalan-jalannya sempit berduri perang juga. Nua Ende terbagi atas lingkungan – lingkungan :
Ai Wani Sapu – Ai Wani –Ai Wani Tonda- Ndao- Emburima.Wani Wona – Embu Gaga – One Kota.Potu – Aembonga- Pemo.Manubara- Koposawu – Ambu Tonda.Ambu Wona – Ambu Dai – One Witu.Kuraro – Kerimando – Reko.
·         Penduduk Ende itu penduduk campuran dengan orang Sumba, Bima/Sumbawa, Pijo, Makasar. Pengaruh Makasar nampak jelas, pun dalam berpakian pengaruh Makasar itu nampak sekali.
2)    Segi Sejarah
Dr. G. P. Rouffare tandaskan : sumber Eropah terbaik untuk mengenal pulau-pulau dikawasan Timur Nusantara ialah Kisah Pelajaran Pigafeta. Ia turut pelayaran mengelilingi dunia 1519 / 1522, dikepalai oleh Fernao de Magalhaes. Setelah gugur 27 April 1521 di Matan dekat Zebu-Filipina, Yuan Sebastian de Elcano mengambil alih pimpinan. Dari lima kapal yang turut hanya satu kapal yang selamat yaitu kapal Victoria. Pencatat peristiwa harian yang tertib dalam pelayaran ialah Pigafeta. Dalam mengusut unsure histories dimanfaatkan buku karangan C. C. E. M. Lerouc, berjudul : De Elcanos tocht door den Timor – archipel met Magalhael ship Victoria. Buku ini diterbitkan di Weltevreden 1928. beberapa fakta yang berhubungan dengan Ende akan digencet dengan teliti.
(Kutipan halaman 46 dst.)
Judul dari sub bab : pemberitaan Pigafeta mengenai deretan pulau antara Timor dan Jawa. Teks asli berbahasa Spanyol, teks Belanda diterjemahkan Leroux, teks Indonesia oleh Pater Piet Petu.
“ dikatakan kepada kami (demikian Pigafeta) bahwa satu hari pelayaran dari sini ( Timor) dengan mengambil arah barat laut, akan kami temukan satu pulau dimana terhadap kayu manis (canella), dan pulau itu disebut Ende. Penduduknya kafir dan belum mempunyai raja. Disebutkan juga pulau-pulau yang terletak diantara Timor dan Jawa sampai Malaka : Ende, Tana Butun, Creueo, Chile, Bimakore, Aranaran, Mani, Sumbawa, Lomboch, Chorum, Java Major.”
Catatan dibuat ketika kapal Victoria berada di Atapupu (Atafufuz), antara Maubara dan Batu Gade 25 / 26 Januari 1522. Jadi mereka ada dalam pelayaran dari Timor menuju Jawa mengarungi laut Chidul.
NEGARA KERTAGAMA 1357
Sumber ini menceritakan perebutan wilayah oleh Majapahit dikawasan Timur Nusantara untuk mengalahkan Domp. Sumber ini tidak menyebut nama Ende. Tetapi satu sumber lain historis of Java Majapahit ( Vol II edisi 4 London 1817, hal. 121)
Pemberitaan itu dikutip Rafles dari manuskrip Natakoesoema mengenai kawasan Timur Nusantara : Sumenep, Bali.
Di tulis dalam manuskrip itu bahwa Ende adalah jajahan Majapahit direbut oleh Andya Ninggrat atau Ratu Pengging.
Route pelayaran 1357, melalui Larantuka, Solor menuju Laut Sawu mengunjugi pulau-pulau ; Timor, Ende atau FloresSumba, Bima mungkin juga Sabu (dimana terdapat kerajaan Majupai. Hubungkanlah peristiwa ini dengan myhthos Jari Jawa di Ende). Ceritera expedisi Majapahit disebut dalam Mythos yang dapat mempunyai dasar histories sehingga merupakan fakta-fakta yang didonggengkan. Atas dasar ini Natakoesoema menyebut Ende itu jajahan Majapahit sehingga dimanfaatkan Raflles dalam menyusun bukunya The history of Java.
Mendahului penerbitan buku, History of Java 1872, Pigafeta duluan menyebut Ende sebagai pulau penghasil kayu manis : 25/26 Januari 1522.
“ Arah Barat Barat Laut terdapat kayu manis dipegunungan (pemisah) yang memanjang diseluruh pulau, terutama Ende Utara dan Manggarai. Kayu manis itu adalah produk biasa disana”.
Dengan nama “ pulau kayu manis “ Pigafeta maksud di Pulau Besar bukan Pulau Ende kecil itu. Berdasarkan alasan bahwa pulau besar ini oleh Pigafeta disebut Ende, maka harus ada dasar yang benar ialah Nua Ende atau Tana Ende sudah ada mendahului pemberitaan Pigafeta.
Pada catatan kaki 2 terdapat kutipan C. C. F. M. Leroux dari buku P. A. van Tiele 1886 berjudul : Timbulnya kekuasaan Belanda di Hindia Timur. Halaman 19. Van Tiele mengutipnya dari surat Apollonius Scotte, tentang perebutan pulau Solor 1613.
“ Dari penduduk yang masuk kekuasaan kita (VOC) termasuk juga YNDE( Ende ) dan Galliau (kayian).”
Dikutip juga oleh van Tiele Mai 1614 bahwa tempat-tempat berdagang yang bertetangga dengan Solor di selatan ialah : Inde (Ende) Cicka (Sikka) dan Bajou (Bajo = Maumere ) dan Galliou ( Kayian) di utara.
Unsur Hindu Jawa di Ende 1357 (?) (kutipan halaman 41)
Pengaruh Majapahit disiratkan dalam donggeng yang tak jelas. Jari Jawa sudah datang dari Jawa mengendarai seekor ikan paus (ngambu). Ia menjadi raja I di Ende. Berita ini harus digencet dengan teliti dan kritis. Alasannya ialah karena pemberitaan Pigafeta tanggal 25/26 Januari 1522 mengatakan belum ada raja. Jadi ceritera Jari Jawa sebagai Raja I di Ende itu adalah ceritera belakangan, yakni sesudah 25/26 Januari 1522.
Dongeng yang dibawakan di Wolomari Ende Utara mengatakan, penduduk pertama Ende berasal dari Majapahit (lelaki, wanita, anak-anak). Ceritera ini harus diartikan dengan kritis karena tidak ada tanda-tanda transmigrasi penduduk Majapahit ke Ende. Ceritera yang historis mengatakan bahwa terjadi ekspedisi militer tahun 1357.
Unsur Cina di Ende
Ceritera seorang Cina yang menderita karam kapal dan diselamatkan di Ende dan kemudian menetap dan kawin disana (sie Roos) perlu diteliti dengan hati-hati. Nama orang Cina itu (sie Bapak Kapitan Nggo’be) ialah Maga Rinu.
Turunannya mungkin ada di Ambugaga.
Tetapi menurut sejarah sumber Tionghoa membicarakan hanya pulau Timor sebagai pulau penghasil kayu cendana yang digemari.
Dalam abad ke X pulau Timor belum dikenal dalam pemberitaan tua Cina. Waktu itu kayu cendana disebut santulum sebagai produk Pulau Jawa. Dikatakan juga bahwa produk ini hampir punah karena terlampau banyak digunakan untuk membuat ukiran-ukiran kayu dan untuk hulu keris. Pemberitaan lebih kemudian dari Tiongkok tahun1300 menyebutkan Pulau Timor itu Ti-wu. Pemberitaan oleh Chau Ju Kua dalam karangannya bernama Chu-fauchi membahas tetang kayu cendana di Timor, bahwa pulau ini takluk kepada kepada Jawa yang disebut cho-p’o.
Tentang pulau Borneo dikatakan terletak dekat Ti-mon (Ti-mor ) dan pulau Borneo mereka sebut Po-ni.
Tetapi berita tua dari Cina tentang Ende tidak ditemukan dalam sumber-sumber tua misalnya Pigafeta.


Sejarah Bajawa

Sejarah Bajawa
Bajawa berarti India belakang. Nenek moyang penduduk Bajawa berasal dari India belakang yang masuk ke pulau Jawa, kemudian mereka melanjutkan perjalanan melalui samudera menuju ke Flores dengan mengendarai sampan yang mereka anggap mirip seperti piring. Oleh sebab itu nama kota tempat tinggalnya di Flores disebut dengan Bhajawa, yang berarti piring dari Jawa. Pendaratan pertama mereka di Flores yaitu di daerah Aimere, kemudian mereka melanjutkan perjalanan darat hingga sampai ke Bajawa. Para pendatang tersebut membawa budaya dari Hindia belakang yang kemudian mereka padukan dengan budaya asli, yaitu Ngadhu dan Bhaga.
“Ngadhu” merupakan simbol laki-laki, sementara “Bhaga” mewakili simbol perempuan. Kedua simbol tersebut merupakan sarana pemersatu adat/klan. Setiap suku di Flores yang berdomisili disuatu daerah pasti memiliki satu Ngadhu. Bhaga merupakan perkumpulan para ibu sekaligus juga merujuk pada tempat berkumpulnya para ibu. Perkumpulan inilah yang akan merundingkan untuk pendirian Ngadhu. Setelah para ibu berkumpul, maka mereka juga mengundang para bapak untuk membicarakan tentang pendirian Ngadhu.
Ngadhu dan Bhaga memiliki peranan penting dalam upacara adat. Di dekat Ngadhu terdapat batu tempat menambatkan binatang korban (kerbau) yang akan disembelih. Dalam setiap kegiatan hajatan masyarakat, kisah awal kedatangan nenek moyang ke Bajawa selalu dibawakan. Seperti dalam upacara Sui O Uwi akan selalu diisi dengan pembacaan syair sejarah penduduk bajawa yang disampaikan dengan bahasa adat.
Ngadhu dan Bhaga di pergunakan dalam setiap acara Tahun Baru Adat (Reba). Tahun Baru Adat setiap suku sangat beragam mulai bulan Januari hingga Desember. Penetapan Tahun Baru Adat didasarkan pada tanggal kedatangan nenek moyang suku tertentu di Flores. Tanggal tersebut akan diperingati setiap tahun oleh suku masing-masing.


LKS PKn Kelas V (Tugas)

L K S
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS 5
(MATA KULIAH: PENGEMBANGAN BAHAN PEMBELAJARAN SD)
Oleh:
ARDIAN

PSKGJ – PPKHB NGADA ANGKATAN II
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
 2015



KATA PENGANTAR

Siswa-siswiku tercinta, mari kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kita telah memiliki buku LKS Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). LKS ini disusun secara sederhana karena pada komponen isinya bukan pada materi ajar tetapi pada pengembangan soal-soal dan latihan.
LKS ini disusun, untuk memudahkan pemahaman siswa-siswi sekalian terhadap PKn. Dengan demikian kamu dapat meningkatkan kemampuan dalam mata pelajaran PKn. Peningkatan kemampuan dalam PKn mencakup pemahaman konsep dan nilai budi pekerti. Semua ini berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa-siswiku, bacalah selalu tujuan pembelajaran dan kerjakan secara cermat soal-soal dan latihan yang tercantum dalam LKS Ini. Kalian dapat belajar melalui bimbingan gurumu, orang tuamu, atau teman-temanmu. Semoga dengan belajar yang baik, dapat mencapai cita-citamu.


                                                                                                Maumbawa,.........2015
                                                                                                Penyusun


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Pendahuluan    
Standar  Kompetensi, Kompetensi Dasar,  Indikator Dan Tujuan Pembelajaran   
Materi  Pembelajaran   
Lembar Kerja Siswa        
Lampiran          
DAFTAR PUSTAKA           




PENDAHULUAN
Materi  pembelajaran yang akan menjadi pembahasan dalam LKS ini adalah “Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Bahan pembelajaran ini untuk SD kelas 5 semester pertama.  Bahan ajar ini disusun secara sederhana dilengkapi dengan pengembangan soal-soal dan latihan agar siswa sekalian lebih mudah memahami materi pembelajaran terkait dengan materi pembelajaran ini.
Dalam LKS ini anda akan mendapatkan pengalaman belajar dalam bentuk teori dengan mengkaji konsep dan contoh-contoh yang nyata.
Dengan latihan dan contoh-contoh soal diharapkan siswa-siswi dapat memahami dan menguasai materi pembelajaran secara mendalam.
STANDAR  KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR,  INDIKATOR DAN TUJUAN PEMBELAJARAN
Ø  STANDAR KOMPETENSI
Memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Ø  KOMPETENSI DASAR
1.       Mendeskripsikan pengertian Negara Kesatuan Republik Indonesia
2.       Mendeskripsikan keberadaan NKRI
Ø  INDIKATOR
Setelah pembelajaran ini siswa diharapkan dapat:
1.       Menjelaskan definisi Negara Kesatuan RepublikIndonesia
2.       Mendeskripsikan  batas-batas wilayah indonesia
Ø   TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran yang akan dicapai setelah proses pembelajaran ialah siswa diharapkan dapat:
1.       Menyebutkan batas-batas wilayah daratan Indonesia
2.       Menjelaskan pengertian Negara Kesatuan RepublikIndonesia
3.       Menjelaskan bunyi pasal  1 ayat (1) UUD  1945
4.       Menyebutkan pembagian wilayah perairan Indonesiaberdasarkan konvensi PBB tentang Hukum Laut Internasional
5.       Menyebutkan letak wilayah NKRI


Ø  MATERI PEMBELAJARAN


NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
1.      Pengertian NKRI
Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara kesatuan yang berbentuk republik. Oleh karena itu, Negara Indonesia disebut Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bentuk Negara kesatuan ini dihubungkan dengan sila ketiga dari pancasila yang berbunyi “Persatuan Indonesia”. Dalam hal ini, Negara kesatuan dimaksudkan sebagai wadah persatuan seluruhIndonesia yang berbentuk kepulauan dan dihuni berbagai macam suku bangsa.
Dalam UUD 1945 juga disebutkan bahwa NegaraIndonesia adalah Negara republik. Negara republik adalah Negara dengan pemerintahan rakyat. Pemerintahan Negara republik berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Kepala Negara Republik Indonesia yang dijabat oleh presiden dipilih secara langsung oleh rakyat malalui pemilihan umum setiap lima tahun sekali. Oleh Karena itu, secara resmi telah ditetapkan bahwa bentuk NegaraIndonesia adalah Negara kesatuan dengan bentuk pemerintahan Republik.

2.      Keberadaan NKRI
Wilayah NKRI terletak diantara 6 derajat lintang utara sampai 11 derajat lintang selatan dan 95 derajat Bujur Timur sampai 141 derajat Bujur Timur. Wilayah NKRI yang luas  ini terdiri dari wilayah darat, laut dan udara.
Wilayah daratan Indonesia memiliki batas-batasnya. Batas-batas wilayah daratan ini hanya ada di bagian utara dan dibagian timur. Di bagian utara wilayah Indonesiaberbatasan dengan Malaysia Timur (serawak) di pulauKalimantan, Filipina, dan Pulau. Di bagian timur, wilayah daratan Indonesia berbatasan dengan wilayah papua nugini di pulau papua. Selain di kedua bagian itu, di bagian selatan pun terdapat Negara timor leste yang dahulu pernah menjadi bagian NKRI.
Berdasarkan Konvensi PBB tentang hukum Laut Internasional (Konvensi Jamaika 1982), perairan Indonesia dibagi menjadi tiga bagian, yaitu laut teritorial, batas landas kontinen, dan zona ekonomi eksklusif. Batas laut territorial, yaitu 12 mil dari titik terluar sebuah pulau ke laut bebas. Berdasarkan batas tersebut, Negara Indonesia memiliki kedaulatan atas air, bawah laut, dasar laut, dan udara disekitarnya termasuk kekayaan di dalamnya.


 LEMBAR KERJA SISWA 

                                                                                                                            
Ø  SOAL LATIHAN

1.      Sebutkan  batas-batas wilayah daratan Indonesiadi bagian utara!
2.      Jelaskan pengertian Negara Kesatuan RepublikIndonesia!
3.      Jelaskan bunyi pasal  1 ayat (1) UUD  1945!
4.      Sebutkan pembagian wilayah perairan Indonesiaberdasarkan konvensi PBB tentang Hukum Laut Internasional!
5.      Sebutkan letak wilayah NKRI!

LAMPIRAN



                                                                                                               
Ø  KUNCI  JAWABAN

1.      Batas-batas wilayah daratan Indonesia yaitu di bagian utara, wilayah Indonesia berbatasan dengan Malaysia Timur (serawak) di pulau Kalimantan, Filipina dan Palau.
2.      Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah wadah persatuan seluruh Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dihuni berbagai macam suku bangsa.
3.      Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 berbunyi bahwa NegaraIndonesia adalah Negara kesatuan yang berbentuk republik.
4.      Berdasarkan Konvensi PBB tentang hukum Laut Internasional, perairan Indonesia dibagi menjadi tiga bagian, yaitu laut teritorial, batas landas kontinen, dan zona ekonomi eksklusif.
5.      Letak wilayah NKRI adalah diantara 6 derajat lintang utara sampai 11 derajat lintang selatan dan 95 derajat Bujur Timur sampai 141 derajat Bujur Timur.


Ø  DAFTAR PUSTAKA

Dyah Sriwilujeng,  Dra, M.Pd.2007. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SD kelas 5.
                 Jakarta: esis